Rafandra, si pria tampan yang mempunyai karismatik sungguh luar biasa tak henti-hentinya melayangkan senyuman manisnya. Sejak kedatangannya ke kantor milik pamannya ini, ia selalu jadi pusat perhatian bagi sebagian karyawan yang kebetulan bekerja di bawah naungannya.
Sikapnya yang rendah hati membuat mereka tampak segan dan menghormatinya sebagai yang dihormati di departemen naungannya.
Rafandra berjalan pelan masuk kedalam ruangannya yang bernuansa serba putih dan hitam. Warna monokrom yang sederhana namun menyejukkan mata. Ia pun segera duduk di kursi kebanggaannya lalu menyambar tas yang berisi laptop dan menyalakannya.
Dua menit berselang, dari luar tampak seseorang mengetuk pintu ruangannya berulang kali. Fokus Rafandra teralihkan, dengan suara lantang ia menjawab ketukan itu. " Masuk."
Seseorang membuka pintu ruangan. Lalu muncullah satu orang wanita berperawakan kecil sedang, berambut pendek lurus dengan dandanan sederhana ala kantoran masuk ke ruangan dengan membawa map berwarna kuning.
"Selamat pagi pak Rafandra. Saya mau menyampaikan ini. Maaf telat, kemarin saya lupa memberitahu teman dan kebetulan saya sedang cuti." wanita itu menyerahkan map kuning sambil menunduk.
Rafandra tertegun sejenak. Tangannya membatu di udara lalu secepat kilat menyambar map kuning itu dan membuka isinya. Ia menghela napas, meletakkan map kuning itu dan mengalihkan pandangannya pada wanita mungil di hadapannya.
"Kamu tahu tidak, kalau dokumen ini sangat penting? Ini yang kemarin dicari oleh manajer kamu. Sampai saya suruh dia lembur beserta anak buahnya, hanya untuk mengetik ulang semuanya," tegasnya. Wanita itu semakin menunduk. Kali ini ia gemetar ketakutan. Bayangan pemecatan dirinya terbuka lebar di kepala.
"Maaf. Sekali lagi maaf," tunduknya. Rafandra segera membubuhkan tanda tangannya dan menyerahkan lagi map kuning itu.
"Kamu kemarin kemana saja? Pak Jaya kebingungan. Seharusnya, kamu titip ini ke teman atau manajer. Bukannya malah membebani mereka," tegas Rafandra sekali lagi. Wanita itu makin menunduk karena rasa bersalahnya. Berulang kali ia mengangguk sambil mengucap 'maaf'.
"Saya akan minta maaf pada pak Jaya," ujarnya. Rafandra menggelengkan kepalanya.
"Kamu jabatannya supervisor kan? Tahun ini ada promosi jabatan, kalau mau nama kamu ikut terbawa mulai sekarang tingkatkan performa kerja," tambahnya. Wanita itu menaikkan wajahnya, matanya berkaca-kaca mendengar berita yang membuatnya bahagia.
"Baik, pak. Saya akan berubah mulai sekarang."
Rafandra mengibaskan tangannya, memerintahkan wanita itu keluar dari ruangannya. "Balik kerja lagi sana."
Wanita itu menunduk lagi. "Terima kasih, pak."
Sepeninggal wanita itu keluar dari ruangan minimalisnya, Rafandra tak sengaja melirik pigura kecil cantik yang ia pajang di meja kerjanya. Pigura dengan gambar dua orang yang sangat ia sayangi.
Rafandra mengusap dan sesekali tersenyum melihat pigura itu. Ia menghela napas pelan lalu menciumnya.
'Tunggu papa pulang ya.'
Tepat di depan pintu ruangan Rafandra, Kayana mengusap dadanya pelan. Sembari menghela napas lega karena baru saja keluar dari ruangan bos besar. Ia bersyukur Rafandra, bos besar yang baru saja menjabat sebagai direktur selama satu bulan itu tak menggertak atau memarahinya. Pantas saja, semua karyawan senang padanya karena sikapnya yang bersahabat.
"Lagi ngapain di depan ruangan bos?" tanya seorang teman Kayana yang berdiri tepat di depannya. Kayana melonjak kaget. Ia mengusap dadanya kembali dan hampir saja mengumpat, andai saja pintu ruangan tidak terbuka dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream of me, Mr.CEO
RomanceKayana, ibu dua anak yang bekerja sebagai supervisor di perusahaan ternama harus terlibat dalam kerjasama konyol dengan CEO barunya yang keras kepala. Kayana pun terpaksa menerima walau akhirnya itu membuatnya luka.