CHAPTER 5 - CREAM TULIP

1 0 0
                                    

Akhirnya lanjutin lagi, udah lama banget gak pegang Wp. Sorry....


silakan dinikmati ceritanya.....




Kondisi canggung ini membuat Wisma sedikit tidak nyaman. Dirinya disuguhi teh oleh gadis di depannya sambil ditatap sinis oleh lelaki di belakang si gadis.


"Kenapa kamu bisa disana?" Tanya Wisma membuka percakapan.

"Kamu sendiri?" Jawab Shira yang sama sekali tidak menjawab apa – apa.


'Sudah kuduga' Batin Wisma.


Wisma melihat tatapan sendu dari lelaki di belakang Shira menatap gadis itu lekat – lekat.


"Kau diusir? Apa kabur? Hmm... sepertinya kabur ya." Ucapnya santai sambil meminum teh yang ada di depannya.


Wisma sedikit terkejut dengan anggapan orang di depannya ini. Tau dari mana dia.


"Bajumu masih bagus. Bawa koper pula. Dikantongmu juga ada dompet. Rasanya gak mungkin aja ada orang diusir sesiap itu. " Ucap Shira tanpa melihat Wisma.


Sekali Shira bertatapan dengan Wisma. Ekspresi datar tak terbaca itu membuat Wisma sedikit merinding. Seperti dirinya sedang ditelanjangi dan gadis itu melihat segalanya.


"Masih ada uang berapa?" Tanya lelaki di belakang Shira itu.

"Sekitar 3 juta." Jawab Wisma.

"Hmm.. Kita bisa sewain rumah buat kamu. Udah lengkap kamar dan dapur. Biayanya murah kok." Ucap Lelaki itu

"Murah?" Tanya Wisma


Dia mendapatkan rumah sewa murah dan lengkap yang benar saja.


"Iya cukup kerja sama kita. Bisa jadi gratis, dipotong dari gaji sih." Ucap lelaki itu.

"Kerja apa?" Tanya wisma dengan curiga.


Lelaki itu hanya melihat Shira, menyuruh Gadis itu menjelaskan. Wisma yang melihat interaksi itu makin curiga.

Mereka pergi ke suatu tempat dan Wisma sangat menyesal berpikiran buruk terhadap dua orang dihadapannya saat ini.


"Nah adik – adik hari ini kita belajar menghitung yaa.... yang benar dapat hadiah dari kakak." Ucap lelaki di depan sana sedang mengajar anak – anak di sebuah panti asuhan.

"Abis mikir yang aneh – aneh ya." Ucap Shira yang ada disampingnya.

"Habis kirain kerja apa. Dikasih rumah sewa murah dan lengkap." Ucap Wisma

"Kami juga kabur dari rumah."Ucap Shira menjeda dan terdiam. Tidak yakin apakah harus menceritakannya atau tidak.

"Kau tidak harus menceritakannya kalau tidak mau. Toh aku juga belum bilang apa – apa kan." Ucap Wisma yang kembali menatap Lelaki di depan sana, yang membuat suasana ceria di tempat ini.

"Namanya Fahmi. 17 tahun." Ucap Shira


'ahhh... kalau dipikir pikir laki – laki itu tidak pernah mengucapkan namanya.'


Kelas di depannya sudah selesai dan anak – anak berhamburan keluar karena waktunya makan. Suasana ruangan yang sunyi dan hanya ada 3 orang di dalamnya yang saling terdiam. Shira memberikan minum pada Fahmi. Keduanya tidak ada yang bersuara.


'Kalau dilihat – lihat Shira jarang sekali bicara panjang.'


"Kau sudah melihat caraku mengajar tadi kan?" Ucap Fahmi tiba – tiba.

"Ahh... Iya. Apa selanjutnya aku?"Ucap Fahmi

"Mana mungkin. Untuk sementara ini kau bantu ibu panti saja. Menyediakan makanan dan bersih – bersih."

"Hah? Lalu untuk apa kau membawaku ke dalam kelasnya?" Ucap Wisma sedikit kesal.

"Untuk menunjukkan, mereka berbeda. Mereka membutuhkan kasih sayang yang lebih. Mereka dilahirkan dan banyak yang dibuang oleh keluarga mereka sendiri. Mereka juga masihlah anak anak yang tidak tahu apa – apa. Kami berusaha memberikan mereka afeksi, karena walaupun mereka tidak memiliki keluarga kandung mereka. Mereka memiliki keluarga mereka disini."Ucap Fahmi panjang lebar


Tiba – tiba Shira memutuskan untuk pergi, entah kemana.


"Ikut denganku. Karena kau sudah menjadi kawan kami. Kurasa kau perlu tau tentang kami. Dan alasan mengapa kami ada disini." Ucap Fahmi

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Lanjutt......

Family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang