Prologue— TALENTA∆∆∆
—Eden Musical And Drama Academy.
Ballroom dari kampus bergengsi itu sangat ramai di isi oleh ribuan peserta yang hari ini juga meraih kelulusan setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi. Dekorasi ruangan beserta mesin pengatur suhu menggantung di setiap sudut dinding berwarna putih gading.
"Mari kita sambut lulusan terbaik jenjang master of arts dari mahasiswi kita, Eleanor Arvamena untuk maju dan memberikan pidatonya di atas mimbar. Kepada saudari Eleanor kami persilakan..." master of ceremony dari acara kelulusan itu dengan penuh senyum memanggil sang gadis.
Dari ribuan kursi yang berisi para lulusan, seorang gadis cantik berdiri dengan wajah yang tegas. Langkahnya begitu anggun mengalun seiring jejaknya. Dia, Elena yang mengurai senyum tipis mulai menaiki mimbar untuk membawakan pidato kelulusan. Rasa bangga meliputi netra cokelat madunya yang indah. Gadis itu melirik barisan kiri dari tempatnya, tempat duduk kedua orang tuanya yang menatapnya haru dengan mata berkaca-kaca.
"Good morning fellas, thank you very much for the opportunity. First of all let me express my gratitude to God for His grace that we can gather in good condition today. With all respect the rector, dean, seniors, colleagues, and my friends in this University. Here, I'm standing as the representative of all graduate. Actually, I never target myself to be the best student or scoring lots of achievements. All i know is i just want to give my best for everything as much as i can. And over there..." Elena menunjuk kedua orang tuanya dengan senyum manis bersama setetes air mata bahagia.
"Thank you for my two angels for making me as their princess. I'm so grateful and..." belum selesai Elena mengucapkan pidatonya manakala dari arah depan tepatnya di pintu ball room yang sedang tertutup, sebuah proyektil tajam melesat kencang menembus pintu tersebut hingga menuju ke bagian mimbar.
Peluru itu juga menembus ke tubuh seseorang. Tepat di jantungnya yang berdetak kencang sebelum ia sempat menyelamatkan diri. Pagi itu dalam khidmatnya acara kelulusan, sebuah peristiwa berdarah terjadi dan berita menyebar secepat kilat yang datang menyambar.
Elena putri pengusaha berlian ternama di kota X mengembuskan napas terakhirnya.
*
*
*
*
*
Elena terbangun di suatu tempat asing. Sebuah padang rumput yang sangat luas tanpa ia tahu ujungnya. Mengusap kedua mata dan menutup mulutnya yang tadi menguap sebab menahan kantuk. Ia mengerjap kaget. Dalam gerakan gesit gadis itu meraba letak dadanya namun ia tidak menemukan bekas luka lalu saat ia memperhatikan penampilannya— gaun putih selutut tanpa motif.
"Ini aneh, bukankah tadi aku berada di atas mimbar memberikan pidato kelulusan. Lalu ada mom and dad, juga peluru—wait, apa aku sudah mati?" monolog gadis itu bertanya-tanya.
"Kakak belum meninggal."
"Ya ampun, kaget." Elena tersentak. Ah, gadis itu seketika latah. Siapa suruh suara lembut namun menusuk ini menyapa rungunya tanpa permisi.
Perlahan, Elena menoleh melihat sang empu yang tadi bicara. "Kau siapa?"
"Aku orang mati."
Elena mengernyit. Menatap gadis yang mesem di depannya dengan perempat siku yang tercetak jelas di keningnya. Umur gadis ini jelas masih muda, Elena kira mungkin belasan tahun. Wajahnya juga teduh dan manis namun tidak dengan riak matanya yang gelap seperti awan mendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TALENTA] ON GOING
Romance*** Eleanor Arvamena itu seorang gadis yang classy, Royal like a princess and swag like hell. Dia cerdas, tangkas, dan selalu kompetitif dalam setiap momen. Sayang, kehidupan gadis dua puluh empat tahun itu harus pupus akibat peluru nyasar tepat di...