For this time, i won't let anyone hurt me. Not even once.
*———
Gadis dengan training set berwarna pink itu berjalan dengan santai sembari menari kecil kala mendengar lagu yang mengalun lewat earphonenya. Memakai masker berserta kacamata hitam membingkai wajah manisnya. Ia memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang terkenal di ibu kota. Berbekal maps dan gawai, ia tidak jadi buta arah. Hei, dia ini lulusan terbaik salah satu universitas ternama USA.
Ia memasuki salah satu butik dengan pakaian yang catch her attention. Talenta dengan segera menuju ke sana sembari bersenandung.
Pramuniaga mengucapkan salam sopan. Talenta mengangguk tanpa memilih ia langsung menuju deretan baju dengan tangannya. "Mbak, saya mau model ini yah terus yang ada di sebelah sana, yang di gantung di atas sama yang di patung depan."
Pramuniaga mengangguk. "Baik, kak. Ada lagi?"
Talenta menggeleng. Ia perlu melihat tas dan juga sepatu di tempat lain. Setelah menyelesaikan transaksi. Talenta menenteng sepuluh paper bagnya di kedua tangan masing-masing lima. Talenta menuju butik khusus tas dan sepatu.
Mata talenta berbinar saat melihat clutch, handbag, slingbag serta ransel dengan berbagai model yang ada di dalam etalase. Ia ingin memilikinya. Dulu Mom dan Dad tidak pernah membatasi koleksi tas dan sepatunya hingga mansionnya memiliki satu ruang khusus berisi barang-barangnya.
"Selamat datang, selamat belanja..."
Talenta menunjuk tas sling bag, clutch, ransel kecil, dan handbag masing-masing tiga buah. "Ini, ini, sama ini tolong dibungkus ya mbak." pramuniaga wanita itu tampak membulatkan matanya. Pasalnya koleksi yang ditunjuk Talenta adalah barang dengan harga termahal di tokonya bekerja. Ah, pasti anak sultan pikir sang pramuniaga.
Talenta kemudian melihat jajaran rak sepatu. Nah, kalau ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dulu, sebagai penari Talenta tidak pernah kekurangan stok sepatu setiap koleksi keluarab terbaru oleh desainer ternama akan langsung sampai di tangannya. Ia melihat deretan flat shoes, dance shoes, keds shoes, high heels, boots, dan wedges.
Mata Talenta berbinar seketika ia ingin memborong semua koleksi toko ini tapi ia kemudian sadar kalau ia harus menahan diri. Demi kartu platinum ini dan harga dirinya mengingat wanita ular dan anak ular di rumahnya itu sangat licik, serakah, juga kikir bukan main.
Bibir gadis itu mencebik. Ia akan mengurangi jumlahnya menjadi lima buah untuk tiap model sepatu. Dalam sekejap belanjaan Talenta penuh bukan main. Sekarang ia harus bagaimana? Tidak mungkin ia membawa pulang semua belanjaan ini ke rumah dengan santai. Pasti iblis-iblis di rumah akan menghardik dan menghancurkan barangnya. Tidak, tidak! Talenta tidak akan pernah rela.
Satu ide kemudian terlintas kembali di kepalanya. Kepala Talenta mendongak menatap langit biru di atasnya di depan pintu mall. "Dear mama, semoga tidak marah kalau uangnya aku beliin satu unit apartemen yah? Please, i beg you. Ini demi perbaikan mental." melihat pendar matahari menusuk retinanya, Talenta menganggapnya sebagai persetujuan mendiang mama.
¤
¤
¤
"Ini merupakan apartemen terdekat dari daerah kelapa gading, Mbak. Kami masih mempunyai dua unit kosong. 201 sama 202. Kira-kira mbak berminat yang mana?" sang pramuniaga dengan telaten menjelaskan fasiltas-fasilitas dan sejarah apartemen yang ada di depan Talenta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TALENTA] ON GOING
Romansa*** Eleanor Arvamena itu seorang gadis yang classy, Royal like a princess and swag like hell. Dia cerdas, tangkas, dan selalu kompetitif dalam setiap momen. Sayang, kehidupan gadis dua puluh empat tahun itu harus pupus akibat peluru nyasar tepat di...