∆∆
"Sweet but Swag. I'm not weak yet a loser. I'm a badass queen and full of anger."
—¤—
∆∆
"Non Ara, yakin mau pulang sekarang?"
Talenta menatap Bibi Marni dengan pandangan meyakinkan. Ia sudah sembuh. Ia pastikan itu. Ia bosan dengan aroma obat-obatan dan rumah sakit. Sudah dua minggu ia terbaring seperti lansia. Makan disuapi bahkan dimandikan seperti anak kecil. Jika di kehidupannya yang dulu, Elena tidak pernah membiarkan waktunya terbuang secara percuma. Time is money. Untuk raganya yang sekarang sudah pasti ia harus bekerja keras membuat uang berpihak padanya.
"Bibiku sayang, aku udah sembuh kok. Nih, lihat aku udah bisa jalan." Talenta menunjukkan kedua kakinya yang maju dan mundur lalu berlari kecil ditempat. "Bahkan udah bisa lari ngejar banteng matador nih." Talenta menggoda setengah bergurau.
Hati sang Bibi menghangat melihat sang Nona yang kembali ceria. Ia bertekad untuk menyayangi sang Nona seperti anaknya sendiri. Nona Ara mungkin terlihat tegar namun sangat rapuh di dalamnya.
"Oke deh. Bibi mau temuin administrasi dulu ya Non. Sekalian ngehubungin Pak Ucup buat jemput kita. Non, tunggu di sini ya." Bibi Marni mengusap lembut kepalanya.
Sesudah administrasi pembayaran selesai. Talenta bersama Bibi Marni menaiki mobil yang dikendarai pak ucup yaitu supir pribadi keluarganya. Jalanan Jakarta tampak ramai dan sangat padat. Talenta akan membiasakan diri dengan lingkungan yang baru dan terasa asing untuknya. Walaupun ini membuatnya seperti anak bayi yang baru belajar berjalan. Ia akan berusaha semaksimal mungkin. Demi hidup yang lebig baik.
Rumah megah dengan dua lantai menyapa netra Talenta manakala gerbang terbuka otomatis. Talenta menatap bangunan di depannya dengan tatapan menilai.
"Ewh, pondok seperti ini bahkan bisa dibeli oleh Dad sebanyak ratusan unit dalam satu menit," gumam Talenta samar. Ah, apa kabar Mommy dan Daddynya di LA sana. Apakah mereka menangisi kepergian sang putri semata wayang dan berlarut-larut dalam kesedihan? Talenta mendadak rindu berat dengan mereka.
"Ayo, Non. Kita masuk. Tuan dan Nyonya udah nungguin di dalem." Bibi Marni menuntun tangannya ke dalam rumah.
"Welcome to the hell," ucap Talenta tanpa suara.
Memasuki area pintu depan ruang tamu tampak lengang tapi tidak dengan gelak tawa yang tercipta di ruang tengah. Tepatnya di ruang makan. Di sana, Talenta dapat melihat lima orang sedang berbahagia tanpa kehadirannya.
"Ish, kak Revan udah jangan berantakin rambut aku!" sebuah suara cempreng manja menjijikan menyapa rungu Talenta yang suci.
"Abang kan gemes sama kamu, Dek."
"Iya, abisnya lo cantik banget gak kaya si idiot satu itu. Udah jelek, goblok, hidup lagi."
"Kak Devan gak boleh ngomong gitu. Gimanapun Kak Ara tetep adik kalian. Dia juga kakak aku." suara sok lembut itu kembali mengalun.
Sang Tuan dan Nyonya hanya diam sesekali tersenyum melihat interaksi anak-anak mereka. Saat itu netra sang Nyonya bertemu dengan mata Talenta yang menatapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TALENTA] ON GOING
Romance*** Eleanor Arvamena itu seorang gadis yang classy, Royal like a princess and swag like hell. Dia cerdas, tangkas, dan selalu kompetitif dalam setiap momen. Sayang, kehidupan gadis dua puluh empat tahun itu harus pupus akibat peluru nyasar tepat di...