part 02

255 62 302
                                    

Denganmu, aku bagaikan ratu yang selalu dijaga dua puluh empat jam

Didalam mobil, tangan kiri Dave tidak berhenti mengelus kepala Shila yang bersandar dipundaknya. Shila tertidur diperjalanan, mungkin karena kecapekan menangis terus. Dave juga sesekali memberikan kecupan pada puncak kepala Shila saat lampu merah.

Setelah sampai di lobi apartemen, dia memarkirkan mobil merahnya, kemudian menggendong Shila kedalam apartemen.

Dia menidurkan Shila dengan begitu hati-hati karena takut membuat Shila terbangun. Setelah mengambil air hangat dan kotak p3k, dia menggulungkan kemeja putihnya sampai siku, supaya tidak menganggu kegiatannya. Dia membuka pakaian Shila dan menyisakan bra dan celana dalam. Hampir saja Shila telanjang, tetapi Dave mengurungkan niatnya karena pasti Shila akan mengamuk. Katakan saja Dave gila. Karena memang sikap dia sedikit gila. Dia tak akan peduli jika ada yang mengatainya gila. Toh, Shila sebentar lagi akan kembali menjadi miliknya. Hanya miliknya.

Setelah mengelap tubuh Shila, Dave mengobati tubuh yang terdapat memar dan luka itu dengan telaten. Tangan, kaki, perut, punggung, hampir seluruh badan Shila ada bekas memar. Dia begitu tak menyangka jika ibu dan saudara tiri Shila akan sekejam ini.

Sesekali Dave mendengar Shila yang merintih saat dirinya sedang mengobati bagian luka itu dengan obat merah. Dave tahu ini begitu perih. Namun, dia tetap harus melanjutkan mengobati tubuh Shila, karena jika tidak diobati pasti akan infeksi.

"Ssh...." Meskipun Shila sedang tertidur, dia tetap merasakan perih pada tubuhnya, hingga tanpa sadar dia meringis.

"Ssstt... Sebentar, La. Yang kuat biar cepat sembuh, Sayang." Dave mengecup pelipis Shila sebelum melanjutkan mengobati Shila. Kecupan yang diberikan Dave, membuat tidur Shila kembali tenang.

Kalau saja Shila sedang tidak tidur, sudah pasti pipi dia akan bersemu mendengar Dave memanggilnya Sayang.

Karena sudah beres mengobatinya, Dave mencari selimut yang paling lembut untuk Shila, karena dia tidak mau Shila merasakan tidak nyaman dan sakit saat memakai selimut yang kurang lembut. Dia akan selalu membuat Shila terlindungi saat bersamanya, dia juga ingin menebus waktu yang telah terbuang sia-sia selama dua tahun itu untuk lebih mencintai Shila.

Waktu sudah menunjukkan jam dua pagi, tetapi Dave tetap harus mandi karena merasakan lengket karena keringat. Padahal walaupun tidak mandi, bau tubuh Dave tidak bau sama sekali. Mau bau bagaimana coba, Dave salah satu cowok yang menjaga sekali kebersihan. Dia tidak menyukai sesuatu yang kotor.

Dengan hanya memakai celana boxer dia berbaring di sampingnya Shila, kemudian memeluk pelan tubuh Shila. Jika saja tubuh Shila tidak sedang sakit, sudah pasti Dave akan memeluknya begitu erat.

Cup

"Night, Lalaku. Nice dream." Itulah ucapan manis dari Dave sebelum menyusul Shila ke alam mimpi. Hingga merekapun tertidur dengan berpelukan yang terasa begitu nyaman bagi mereka.

...

Mata tajamnya menatap intens pujaan hati yang tertidur lelap. Mulut yang sedikit terbuka dan dengkuran halus yang keluar dari bibir mungilnya, hingga dia pun terkekeh sendiri merasakan gemas. Rasa rindu yang menggebu kini telah terluapkan, sang pujaan telah hadir kembali di depan matanya.

"Bangun, hey...." Dave meniup wajah Shila untuk membangunkan sang putri tidur.

Lihat! Sudah pukul sembilan siang, tetapi sang putri belum juga membuka kedua matanya.

"Lalaku. Sayang... bangun...." Dave mengelus kedua pipi Shila.

Cara Dave sepertinya salah, Karena terlihat sang putri tidur semakin nyaman dalam tidurnya.

Dave menghela nafas, susah juga ternyata membangunkan putri tidur ini. Lebih baik dia mandi terlebih dahulu, sambil menunggu Shila terbangun.

Teriakkan Shila membuatnya terkejut. Dengan sigap dia memakai handuk sepinggang. Untung saja, dia telah selesai dengan acara mandinya.

Sedikit berlari dia menghampiri Shila.

...

Aku tersentak saat tanganku terasa panas. Sontak aku terbangun dari tidur lelapku. Aku sudah bisa menebak kalau Nia yang menumpahkan air panas pada tanganku, karena aku melihat jelas Nia sedang memegang gayung.

"Nia, kamu kenapa numpahin air panas ke tangan aku?" Aku meniup tanganku yang sudah melepuh itu sambil meringis.

"Lah, terserah gue, dong!"

"Aaa... Ibu... Kak Shila marah-marah sama aku." Jantungku seakan ingin melompat dari tempatnya, saudara tiriku ini pasti akan membuatku mendapatkan siksaan lebih dari ibu tiriku.

Ibu tiriku yang bernama Mona membuka pintu kamarku dengan kencang. Dia merengkuh tubuh anak kandungnya dengan kasih sayang. Namun, dia menatap tajam padaku hingga aku tak berani membalas tatapannya dan menundukkan kepalaku.

"Kenapa, Sayang?" Nada suara ibu tiriku terdengar begitu khawatir pada anak kandung dan paling dia sayangi.

"Kak Shila marahin aku. Dia kira aku nyiram dia pakai air panas. Padahal aku cuman mau bangunin Kak Shila." Nia mengadu dan mengeluarkan air mata palsunya, hingga ibu tiriku tersulut emosi.

Aku diseret kedalam kamar mandi dengan begitu kasar. Ibu tiriku memasukan kepalaku kedalam bak yang berisi air penuh itu. Kemudian, dia mengeluarkan kepalaku sebentar, memasukan kembali kepalaku dan begitu seterusnya sampai tubuhku terasa lemas.

Mereka meninggalkanku yang tidak berdaya begitu saja, tanpa rasa bersalah. Sampai aku bertanya dalam hati 'apa kalian tidak mempunyai hati?'

Rasanya, ini menyakitkan, untuk menghirup udara saja rasanya sulit. Sesak! Ibu... Aku tidak kuat. Kenapa?! Kenapa, aku harus diperlakukan seperti ini? Apa, salahku? Apa, karena aku bukan anak kandung ibu?

"IBUUU, SAKIIITT."

"AAAAA...."

Tangan dingin itu menyentuh wajahku, hingga aku membulatkan kedua mataku.

Mimpi! Aku hanya bermimpi?

Aku menghela nafas, aku kira kejadian itu terulang lagi, aku bersyukur karena ini hanya mimpi buruku. Walaupun, ini hanya mimpi, tetapi membuatku kembali merasakan sesaknya hingga aku tak kuasa untuk membendung tangisku lagi.

...

Dave menyentuh wajah Shila dan mengusapnya pelan, hingga mata cantik terbuka dan membulat sempurna. Ah, lucu sekali! Pasti Shila terkejut karena tangan Dave yang dingin, wajar saja dia baru selesai mandi.

Rasa gemasnya langsung berubah menjadi khawatir karena tiba-tiba Shila menangis meraung dan menatap takut pada dirinya.

Dave menyentuh lengan Shila dan Shila segera menghindarinya dengan cara memundurkan dirinya sampai mentok pada kepala ranjang.

"Hey, Lala...." Dave mengernyit, kenapa Shila seperti takut kepadanya.

Bukankah semalam semua baik-baik saja. Ya, walaupun Shila menangis terus. Dave tahu dari dulu sikap Shila salah satunya adalah cengeng.

"SAKIITT..."

" IBU..."

"AKU MOHON... JANGAN SIKSA AKU LAGI."

Shila seolah melihat Mona di hadapannya. Dia juga begitu takut, bayang ibu tirinya yang menatap Shila begitu tajam. Shila tahu sebentar lagi ibunya pasti akan menyiksanya seperti biasanya. Mungkin saja Shila, kan?

Habislah sudah kesabaran seorang Dave. Dia begitu khawatir akan kondisi Shila.
Pekikan dan tangisan keras Shila membuat kepalanya pening sampai membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

PLAK!

"SHILA STANLEY! INI SAYA MAS DAVE KAMU. SADAR, SHILA!"



Vote and komen 😘

Follow:

@sitirohimah227

Ig: rohimah9232

Tiktok: sitir.I.5

FB: Siti Rohimah

Jodohku, Mantan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang