Tiada yang lebih indah dari suara detak jantungnya dan hembusan nafasnya .....
Tiada yang lebih menenangkan ketika melihat senyumnya ....
Tiada yang lebih menyentuh kalbu saat di dekapannya...
Sore itu begitu gelap, suara gemuru petir dan derasnya hujan diluar sana membuat ruangan ini begitu dingin. Lamunanku buyar saat tangan kekar itu memelukku erat dari belakang.
"Apa yang sedang mengganggu fikiranmu ? Kau hanya mengaduk-aduk sup itu tanpa memakannya". bisiknya tepat disebelah telingaku. Aku hanya tersenyum kecil dan mengelus kepalanya.
"Tidak ada sayang, aku hanya memikirkan sesuatu kecil yang tidak penting" ucapku meyakinkannya.
Adegan itu terhenti seketika saat ponselnya berbunyi. Dia mencium keningku singkat sebelum beranjak pergi untuk mengambil ponsel itu.
Yaa. . . Aku sudah tau siapa penelpon itu, dan tiap kali dering itu berbunyi aku seakan di tampar keras oleh kenyataan bahwa aku tidak akan pernah bisa memilikinya seutuhnya.
Sakit??? Tentu sakit, tapi aku lebih sakit jika harus berpisah dengannya. Andai kau tau rasa ini lebih besar dari rasaku padanya. Meskipun aku tau kau tidak akan melakukan hal sama. Aku begitu lemah, aku tak berdaya di hadapanya, aku tidak bisa melepaskanya, aku tidak bisa menolaknya, aku selalu bertekuk lutut dihadapanya, aku sungguh tak bisa hidup tanpanya, sekuat apapun aku berusaha dan pada akhirnya aku akan kembali padanya, aku tidak bisa mengakhiri kegilaan ini, aku benci perasaan ini, aku benci mencintaimu, tapi aku bisa apa. Aku hancur dan hilang tanpamu.
Mengapa?
Mengapa kau harus memasukkan aku kedalam kehidupanmu?
Mengapa harus ada hari itu, hari dimana kita bertemu. Harusnya aku tidak ada disana, harusnya aku tidak pergi kesana, dan seharusnya kita tidak pernah bertemu.
Agar aku baik-baik saja
