Prolog

652 11 6
                                    

Temaram rembulan kini mulai bersembunyi pada awan hitam.

Suara katak bersahutan memecah keheningan malam.

Tetes -tetes air langit mulai membasahi tanah gersang yang sedari tadi meronta meminta belas kasih Tuhan.

Nyanyian rindu semakin terasa menyayat hati, mengiris perasaan, dan melukai kenangan.

Gemuruh petir mewakili sesak dalam dada ini, rinai hujan mewakili air mata ini,
dan angin mewakili kenangan yang mulai terbang bersama rindu.

Mata ini masih saja menerawang jauh ke luar batas bayang-bayang rindu.

Aku tak bisa berhenti merindu,
yang kubisa hanyalah mendo'a dan berharap kau kembali disisiku lagi.

Jujur aku masih tak bisa melupakannya.

Demi apa aku masih tak bisa melupakannya ? Demi Ia yang telah membuat hatiku memujanya.

Sakit ini? Aku tak lagi peduli!

Rindu,sungguh merindu ku dibuatnya.

Tapi bayangan kelam itu masih membuat hatiku kelu, membuat air mata ini tak sanggup dibendung, dan membuat pikiran ini mengulang semua kesakitan itu.

Sungguh aku tak mengerti kegamangan hati ini,
kemanakah hati ini akan berlabuh,
antara bayang-bayang masa lalu atau hati yang baru.

Hati yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang