Kepingan ke-empat : Api Cemburu

176 7 0
                                    

"Pagi Asha!"sapanya ceria ketika melewati meja kerjaku.

"Ehmm..." hanya ku jawab dengan anggukan dan dehaman.

"Lo sakit Sha ?" tanyanya penasaran.

"Enggak kok, gapapa." jawabku sambil menghindar dari tatapan mata kelam sekelam malam itu.

"Bener, lo gapapa ?" tanyanya menelisik.

"Iya, gapapa. Udah dulu ya kerjaan gue masih banyak nih." jawabku dengan nada datar bin dingin. Aku mulai beringsut meninggalkan meja kerjaku menuju pantry.

"Oke, semangat yaa!" pekiknya dari arah koridor menuju ruang kerjanya.

Hatiku terasa ngilu jika bertemu dan bersitatap dengan mata kelam itu. Ngilu melihat kenyataan pahit bahwa ia telah memiliki yang lain. Tapi kenapa jika benar ia telah memiliki orang lain di hatinya ia masih perhatian padaku ? Kenapa ia masih mengirim pesan kata-kata 'manis'--yang sungguh menyakitkan hatiku ? Kenapa ia juga masih rajin, semakin rajin malah mengirim pesan singkat hanya untuk mengingatkan aku shalat malam dan puasa sunnah ? Kenapa ? Kenapa ia malah memberikan perhatian lebih padaku ?

Aku mempercepat langkahku menuju pantry, aku tak ingin ada yang melihat tetesan air hangat dari mataku ini. Ahh...sungguh cengeng sekali diriku ini, hanya masalah hati saja sampai melibatkan air mata.

Kuaduk secangkir kopi yang telah kubuat dan mulai menyesapnya dengan perlahan berharap dengan secangkir kopi yang kutenggak dapat menenangkan pikiran dan hatiku yang sedang kacau.

Kulangkahkan kakiku kembali menuju meja kerjaku sembari menghapus air mata yang sudah bertengger di pelupuk mata.

Tetapi mataku yang sembab ini menangkap sesosok wanita dengan postur tubuh proposional bak model dengan balutan dress berwarna cream bermotif daisy selutut memasuki ruangan lelaki bertubuh tegap itu.

Dan ia kembali keluar bersama Abian Raka Fahlevi dengan canda tawa diantara mereka.

Tak biasanya seorang Abian menemui clien-nya seakrab itu, Ia adalah manusia yang super kaku denga orang yang baru ia kenal. Sepertinya Ia sudah cukup lama mengenal wanita itu, telaah otakku. Ahh, perasaan apa lagi ini ? Aneh rasanya. Seperti hati yang tak terima dengan apa yang kulihat ini.

"Sha...gue nitip kerjaan gue di elo ya, entar kalo Pak Hardi dateng lo kasiin aja rancangan rumah yang udah gue design." kata Iyan menerangkan apa yang ia perintahkan kepadaku sembari memberikan gulungan kertas yang ia bawa.

"Oh iya, emang lo mau kemana?" jawabku singkat sambil mencuri pandang kepada wanita berparas ayu di sampingnya.

"Gue mau makan siang sama dia." jawabnya sambil menunjuk gadis berambut wavy nan ayu itu.

Aku hanya bisa ber-oh ria mendengar jawabannya. Tapi aku sangat penasaran dengan si wanita itu. Penasaran kah atau cemburu kah ? Ahahaa...ada-ada saja aku ini.
Kamu pikir kamu siapa Sha beraninya cemburu ?-- batinku.

"Oh iya kenalin nih, namanya Dina. Temen gue, baru pulang ke semarang. Lama di Madagascar dia." terangnya seperti ia mengetahui isi pikiranku yang sedari tadi bertanya-tanya siapa wanita itu.

"Oohh...kenalin aku Aufa Asha Nova, panggil aja Asha. Lama di Semarang, dari orok udah di Semarang." jawabku cengengesan--berusaha mencairkan suasana hatiku sebenarnya, seraya menjabat tangan putih dengan jemari yang berhias kuku-kuku cantik nan terawat itu.

"Hahaa...kamu lucu ya orangnya. Oh iya, ralat enggak lama di Madagascar tapi Milan, belajar fashion designer disana." sahut wanita yang disebut Iyan bernama Dina itu.

Hati yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang