REMEDY | TOLONG JANGAN EGOIS!

27 7 16
                                    

Sore ini, Gilang sedang termenung di ayunan dekat kampusnya. Cowok itu sedang memikirkan Aya, mengapa gadis manis yang dicintainya itu beberapa hari ini tidak menjawab pesannya? Apakah di sana dia sesibuk itu? Sampai jawab pesan yang hanya beberapa menit pun tidak bisa?

Dirinya juga kuliah, sama seperti Aya. Tetapi dirinya tak pernah lupa untuk menanyakan kabar Aya setiap harinya melalu pesan. Namun, gadis itu tidak pernah membalasnya.

"Lo lagi apa, Ay?" lirihnya sembari menatap ke depan.

Jam kuliahnya sudah habis, maka dari itu Gilang memilih untuk menyendiri di taman dekat kampusnya.

Cowok itu kembali membuka aplikasi massage-nya. "Bales dong, Ay," ucapnya tersenyum miris sembari menatap nanar layar ponselnya.

Ia membuang napas kasar. Rokok yang berada di antara jari telunjuk dan tengahnya itu sudah mengecil. Langsung saja ia buang dan pijak.

Gilang mengambil sebatang rokok kembali dan membakarnya. Setelah itu, dengan santainya ia hisap.

Menenangkan.

"Gue harap lo baik-baik aja," rintihnya.

"WEH, GIL! KITA CARIIN TERNYATA LO DI SINI!" teriakan seseorang yang secara tiba-tiba itu membuat Gilang terlonjak kaget.

Gilang menoleh ke belakang dengan cepat. Ia membulatkan matanya, itu Gibran dan Dimas yang sedang jalan kemari. Cepat-cepat ia pijak rokoknya sampai mati.

Dimas langsung menepuk bahu kanan Gilang. "Ngapain lo di sini?" tanyanya.

"Ngapain aja kek," balas Gilang.

Gibran yang baru sampai langsung duduk di ayunan sebelah Gilang. "Kek bocah duduk di ayunan," ejeknya.

Gilang menatap sengit sahabatnya itu. "Lo juga! Gak sadar diri!" balasnya.

"Eh, bentar," ucap Dimas tiba-tiba. Cowok itu seperti mengendus-endus. "Kok bau rokok, ya? Lo ngerokok, Gil?" tanyanya membuat Gilang terkaget seketika.

Gibran menernyitkan dahinya. "Lo ngerokok? Sejak kapan? Kalau Aya sampai tahu dia bakalan marah banget loh sama lo," peringatnya.

Gilang menggeleng. "Gue gak ngerokok. Mungkin ini bau teman gue kali. Soalnya tadi gue sama temen gue di sini, dia ngerokok," ucapnya berbohong.

Dimas mengangguk percaya. "Bagus lo gak ngerokok. Kalau sampai iya, lo ngecewain Aya banget. Lo tau 'kan dia benci rokok karena benda itu yang buat bokapnya meninggal?"

Gilang mengangguk dan menatap ke arah lain. "Gue tau kok."

Gilang dan Dimas mengangguk kompak.

"Dorong gue dong, Dim!" pinta Gibran.

Dimas mengangguk. Cowok itu jalan ke arah Gibran.

"Bentar, gue belum si– EH!"

Belum sempat Gibran menyelesaikan ucapannya. Dimas lebih dulu mendorong badannya dari belakang. Alhasil, Gibran yang belum memegang pegangan Ayunan langsung tersungkur ke depan. Membuat Gilang tertawa terbahak-bahak.

"Monyet lo! Gue belum siap!" dumel Gibran saat merasa badannya lumayan nyeri.

Dimas memasang wajah tidak berdosanya. "Tadi bilang dorong lo, 'kan?" tanyanya.

Gibran berdecak. "Iya, gue mau main ayunan, bego!" makinya dengan sebal.

Dimas menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bilang dong kalau mau main ayunan, gue kira cuma dorong lo. Padahal gue udah seneng banget tadi," ucapnya terdengar lurus-lurus saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REMEDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang