"KAMU GILA?!"
"Nilai 85 buat apa Vallesha?!" bentak kasar itu keluar begitu saja dari mulut Stevany, Mama Vallesha.
"Mama udah cari guru les buat kamu! nilai kamu bukannya naik malah anjlok?!"
"Kamu bisa gak sih, buat Papa sama Mama bangga?!"
"Seberapa pun aku usaha itu gak berarti di mata Mama"
"CONTOH RACHEL! DIA SELALU DAPET NILAI SEMPURNA?! GAK KAYA KAMU?!" bentak Stevany.
"AKU VALLESHA BUKAN RACHEL MAH!" balas Vallesha tak kalah keras. Dadanya naik turun menahan amarah yang sedari tadi ia pendam.
Stevany melangkah mendekati Vallesha "BERANI KAMU BENTAK MAMA?!"
Prang!
Vallesha memejamkan matanya ketika piring itu mengenai kaki kanan nya.
"KAMU ITU CUMA BEBAN VALLESHA!"
"NYESEL MAMA NGELAHIRIN KAMU?!" hati Vallesha mencelos ketika mendengar penuturan Stevany.
"Ada apa ini" ucap seseorang baru saja datang.
Vallesha mendongak menatap seseorang yang baru saja datang.
"Urus adik kamu itu!" perintah Stevany melenggang pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kenapa?" tanya orang tadi.
Vallesha terdiam sebentar "Lo tau sendiri" ucapnya dingin, kemudian berlalu menuju lantai dua tepatnya kamar miliknya.
Ia berbalik arah saat melangkahkan kakinya "Gue yang beresin kaca. Lo gak usah Dav" lanjutnya kemudian melenggang pergi.
Orang yang tadi Vallesha panggil "Dav" merupakan Kakak laki-lakinya, Leovan Davin Valderon, selisih umur mereka hanya terpaut 3 tahun.
Vallesha dengan telaten membersihkan serpihan kaca, namun jari nya tak sengaja tergores oleh benda tajam itu.
"Ssshh" ringisnya sakit namun tak sesakit hatinya yang selalu dipaksa sempurna oleh kedua orang tuanya.
"Udah sini gue aja" ucap Davin mengambil alih serpihan kaca piring.
Vallesha berjalan menuju westafel membersihkan luka nya. Ia tak memperdulikan luka tersebut baginya itu adalah hal biasa.
Davin memperhatikan gerak-gerik Vallesha "Diobatin" ucapnya melanjutkan kesibukannya yang tengah tertunda.
"Udah lah biarin nanti juga sembuh, dikit doang"
Davin menghela nafas, adik perempuannya memang sangat keras kepala "Serah" jawabnya singkat kemudian membuang serpihan kaca.
Vallesha termenung menatap keluar jendela kaca kamarnya. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 00.15 tetapi gadis itu masih terjaga.
"Vall"
Vallesha hanya diam ketika namanya dipanggil, ia sudah tau siapa. Dan apa yang akan dibicarakannya.
"Lo itu seharusnya gak usah bentak Mama, Vall" ucap Davin.
Vallesha menghela nafas "Dia dulu yang bentak gue"
"Nilai kimia lo berapa?" tanya Davin duduk disebelah Vallesha.
Gadis itu menghembuskan nafasnya kasar "Bisa gak, sehari aja gak usah bahas itu"
"Vall, lo itu kurang usaha. Bahkan Rachel belajar sampai jam satu pagi sedangkan lo apa? jam segini belum tidur, kalo lo gak niat belajar ya tidur. Gak usah santai gini"
Vallesha menatap dalam lelaki dihadapannya "RACHEL, RACHEL TERUS?! KALIAN NGANGGEP GUE APA SIH?!SAMPAH?!" ucap Vallesha menaikan dua oktaf suaranya.
"Bahkan gue belajar sampe jam tiga pagi, apa lo pada ngehargain gue? nggak kan"
"Emang yang paling ngertiin gue itu Kenzo, yang lain cuma nganggep gue sampah" lanjutnya tertawa miris.
"Gak usah bahas orang yang udah gak ada!, ikhlasin dia"
Vallesha menatap tak percaya kearah Kakak pertama nya. "LO BILANG UDAH GAK ADA? KENZO MASIH ADA DAV?! CUMA DIA LAGI KOMA?! DAN SE ENAK ITU LO BILANG DIA GAK ADA?!"
"GILA LO?!"
"CUMA KEN YANG TAU JADI GUE DAV?! APA YANG LAIN PEDULI?! GAK KAN?!"
"Walaupun dengan kejadian itu membuat gue dibenci oleh mereka, tapi gue gak nyalahin Kenzo"
"Dia Kakak lelaki gue sekaligus kembaran gue yang selalu dengerin keluh kesah gue"
"Apa ada selain Ken yang peduli sama gue? nggak kan?"
Davin terdiam "Lo belajarnya yang serius Al. Gak usah mikir yang lain"
"Gak usah mikir yang lain kata lo? setiap hari gue dapet caci maki dari orang tua sendiri Dav. Lo pikir kejadian itu bakal ilang sendirinya?gak bakal. Mungkin sampai gue mati bakal tetep keinget"
"Gue pengin nyerah Dav, tapi keadaan seolah memaksa gue buat bertahan"
KAMU SEDANG MEMBACA
VALLESHA
Teen Fiction🦋𝖉𝖎 𝖗𝖆𝖓𝖌𝖐𝖚𝖑 𝖔𝖑𝖊𝖍 𝖑𝖚𝖐𝖆 𝖉𝖎 𝖐𝖚𝖆𝖙𝖐𝖆𝖓 𝖔𝖑𝖊𝖍 𝖗𝖆𝖘𝖆, 𝖉𝖆𝖓 𝖙𝖊𝖗𝖙𝖆𝖜𝖆 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖕𝖚𝖗𝖆-𝖕𝖚𝖗𝖆 🦋 Seorang yang terlihat ceria namun ternyata memiliki beribu rahasia. Kehidupan nya berubah setelah Bunda nya pergi me...