Welcome buat kalian yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita aku.
Sedikit yang ingin aku jelasin kalo untuk prolog di sini gak ada sangkut pautnya dengan part selanjutnya ya. Satu hal lagi, ada beberapa part di dalam cerita ini aku ambil dari kisah nyata. awas jangan sampai baper.
Mohon untuk meninggalkan vote dan comment sebelum baca sebagai bentuk apresiasi kalian terhadap penulis😊
Selamat membaca.
Seorang gadis berparas cantik duduk di tepi sungai sembari melukis sesuatu. Rambut panjang bergelombang ia biarkan tergerai menyentuh rumput hijau. Tidak lupa asesoris jepit pita besar warna putih sangat senada dengan gaun putih yang tertutupi cardingan berwarna biru muda.
Tangannya yang mungil sangat lihai menggerakkan kuas di atas kanvas. Tak peduli jika gaunnya terkena cipratan cat. Namun, gadis itu tersenyum manis memperlihatkan satu dimple di bawah bagian kiri bibirnya.
Pemandangan sekitar sungai begitu indah. Air yang tenang. Bunga bermekaran. Serta dua angsa putih di sungai terlihat sangat serasi saat si angsa jantan mengikuti kemanapun si angsa betina pergi. Sungguh! gadis itu sangat antusias melukis apa yang ia lihat saat ini.
Tangan kanan yang memegang kuas digerakkan mengarah pada seorang pria jangkung yang berdiri tegak di dekat sungai memotret banyak hal di mulai dari bukit kemudian, pria jangkung itu memotret awan dan pohon.
Satu mata gadis itu menyipit untuk menyamakan kuas dengan posisi si pria yang akan ia di lukis. Terlihat gadis itu menggeleng karena objek yang ia lukis tidak sesuai, ia memiringkan kuasnya sehingga membentuk sebuah garis horizontal. Gadis itu mengangkat tangannya yang memegang dua kuas seperti meminta untuk berhenti ketika si pria berjalan menghampiri, "Lo diam di situ, gue masih melukis."
Mendengar ucapan itu, si pria mengangguk patuh walaupun gadis itu tidak melihatnya. Entah bisikan dari siapa, pria jangkung itu diam-diam memotret. Namun, aksinya sudah di ketahui oleh gadis itu.
Si pria tidak percaya dengan hasil potretnya sangat bagus saat gadis itu tanpa sengaja menyembulkan kepalanya di balik kanvas. lucu.
Gadis itu mengangkat tangannya untuk menyuruh si pria agar berdiri lebih dekat. Setelah dirasa pas, gadis itu mengangkat ibu jarinya. Nampaknya si pria yang menjadi model dari lukisan itu hanya menghela nafas pasrah karena ia hanya berdiri tegak dengan kamera yang mengalung di lehernya.
"Kaku banget gaya lo kayak gitu," Dengus gadis itu kesal.
Pria jangkung dengan style kaos putih polos ditutupi kemeja flannel hitam biru tidak terkancing dengan jeans hitam dan sepatu putih. Tak lupa topi putih pemberian dari si gadis. Terlihat sangat tampan di mata gadis itu. Siapapun juga beranggapan demikian.
Gadis itu kembali menggerakkan kuasnya di atas kanvas dengan cepat saat mendapatkan si pria diam-diam memotretnya lagi.
"Selesai!" Ujarnya antusias begitu melihat hasil lukisan yang sudah terselesaikan dengan sempurna.
"Gue mau lihat," pria jangkung itu berlari kecil menghampiri gadis itu berharap dapat melihat lukisan.
"Gak mau! Lukisan gue jelek, nanti lo ngeledekin lukisan gue kayak waktu SD." Gadis itu mengambil kanvas miliknya lalu berlari menghindari.
Secepat apapun gadis itu berlari akan tetap kalah dengan langkah kaki pria yang mengejarnya. Pria bertubuh tinggi mengambil kanvas milik gadis itu untuk melihat lukisannya. Namun, pria itu mengeluarkan ekspresi datar yang membuat gadis itu menutup matanya takut karena lukisannya mungkin saja tidak sesuai dengan ekspektasi pria dihadapannya.
Ditatapnya gadis yang berdiri dengan kebingungan, lalu tangan kanan pria itu terangkat untuk mengelus surai panjang bergelombang si gadis dengan gemas. Raut wajah yang tadinya datar kini sudah berubah menjadi sebuah senyuman bangga.
Diam-diam ia tersenyum senang dengan apa yang di lakukan pria itu. Untuk sesaat ia merasa seperti di cintai dengan pria yang selama ini ia nantikan.
"Lukisan lo bagus." Kedua sudut bibir terangkat membentuk sebuah senyuman, bahkan kedua dimple di pipinya terlihat jelas.
Gadis itu melebarkan matanya sumringah. Reflek ia berjinjit memeluk pria itu dengan lompat-lompat kecil. Ia senang karena bakat melukisnya sudah kembali ia kendalikan. Tentu pria itu terkejut dan tanpa ragu ia membalas pelukan hangat dari seseorang yang sudah lama ia inginkan.
Namun,
Dibalik kebahagiaan itu ada pula kebencian dari seorang gadis berambut pendek yang memerhatikan mereka dari balik pohon besar yang jaraknya tidak terlalu jauh. Aura kebencian serta kecemburuan terlihat sangat jelas, bahkan kedua tangannya sudah terkepal dengan kuat menahan api cemburu dengan pemandangan di depannya.
༺♥༻
Author note:
Haii untuk prolog nya segitu aja, nanti aku bakalan up untuk bagian satunya.btw ini adalah karya ketiga aku, buat yang belum mampir ke cerita aku sebelumnya, bisa mampir sekarang.
Semoga suka ya sama ceritanya, dan maaf jika kesalahan pada kata-katanya, typo, dan lainnya.
Semoga harimu menyenangkan!
Thank u!
KAMU SEDANG MEMBACA
KELVINAR
JugendliteraturSetelah putus dari sang mantan, Kinara tidak pernah mau berbicara ataupun melirik lelaki disekelilingnya, bahkan untuk jatuh cinta saja ia enggan karena takut tersakiti untuk yang kedua kalinya. Move on? Mungkin sebagian orang bisa melakukan hal te...