awalan

264 33 6
                                    

Jemari Boruto menekan semua tombol yang tertera pada remote tersebut. Dia menjelajahi semua chanel telivisi miliknya itu, tetapi yang didapati hanya wajahnya yang tertera terus menerus. Padahal, berita yang disiarkan itu sudah seminggu ditampilkan, tentang dirinya yang menemukan gigi ikan Dunkleosteus.

Dunkleosteus merupakan ikan raksasa purba yang berasal dari perairan Amerika serikat. Diperkirakan ikan purba ini hidup pada 400 juta tahun yang lalu. Usut punya usut, Dunkleosteus merupakan puncak tertinggi rantai makanan.

Oke, kita skip bagian ini.

Segera Boruto mengganti kembali chanel televisinya. Ya kali ini, acara tersebut membicarakan buku terbaru milik Boruto yang penjualannya meledak di dalam negeri maupun luar negeri.

Merasa muak dengan wajahnya yang sedari tadi muncul, Boruto segera menekan tombol off pada remote televisi, dan membanting tubuhnya ke sofa empuk berwarna kismis terang.

"Kakak, kenapa televisinya dimatikan? Aku kan ingin melihat wajahmu." Sergah Himawari tiba-tiba, yang sudah ada dibelakang kursi Boruto, entah sejak kapan.

Merasa kaget dengan kehadiran Himawari, Boruto pun segera menatap mata milik adiknya itu, dengan tremor.
"Himawari, kenapa sih hobinya suka mengagetkan kakak?"

"Biarin, berarti kita impas dong. Satu sama." Segera gadis berusia 23 tahun itu, berlari meninggalkan kakaknya sambil mengejek. Jika diingat, beberapa hari yang lalu, Boruto sengaja mematikan lampu kamar mandi milik Himawari. Tentu saja aksi Boruto ini, membuat Himawari mengira matanya ditutup oleh tangan setan. Boruto sendiri heran, dia yang terlalu jail, atau adiknya yang terlalu hiperbola.

Di tengah lamunan Boruto, ponsel yang berada di saku celananya bergetar dengan hebat. Segera Boruto mengangkat panggilan dari seberang sana, dan menjawabnya dengan ramah.
"Halo Dai, Boruto yang cakep ada disini." Sapa Boruto kepada rekan kerjanya, sekaligus sahabat karibnya itu.

"Aku ingin memaki dirimu hari ini, karena ke PD-an dirimu yang selalu di atas rata-rata. Ah lupakan yang ku katakan tadi, aku lagi tak mau menabung dosa hari ini. Ngomong-ngomong Bolt, profesor Katasuke ingin bertemu denganmu hari ini. Dia sudah ada di ruanganmu sekarang."

"What? Seriously? Ngomong-ngomong, Dai. Profesor Katasuke kan memiliki keahlian dalam bidang sains penerapan teknologi pada tubuh manusia, tetapi kenapa dia ingin bertemu denganku yang jelas-jelas seorang arkeolog?" Ujar Boruto sambil berdiri dari tempat duduknya, dan mengambil kunci mobil yang tergeletak tepat di nakas.

Terdengar desahan panjang dari telepon seluler Boruto. Nada suara Shikadai terdengar merasa bosan dengan pertanyaan Boruto, yang seperti biasanya memiliki rumus panjang x lebar x tinggi.
"Dasar merepotkan. Tinggal kemari saja, dan tanyakan itu padanya, bukan diriku. Paham kan Boruto?"

"Baiklah, baiklah aku paham. Dasar pria berambut tinggi dengan tensi darah yang tidak kalah tinggi."

"Sia-" segera Boruto mematikan ponselnya. Dia tak mau mendengarkan celotehan dari Shikadai lagi. Ya walaupun dia tau, sesampainya di tempat kerja, Shikadai pasti akan menabung dosa akibat mencaci Boruto kembali.

~~~

Boruto melangkahkan kakinya ke arah sensor pintu tersebut. Pintu etalase pun terbuka dengan lebar, dan memperlihatkan teman karibnya itu sedang memegang tablet sembari menugaskan petugas kebersihan untuk membenahkan replika fosil Tyrannosaurus.
"Shikadai!" Teriak Boruto sembari mempercepat langkahnya mendekati Shikadai. Pria bersurai kuning itu dengan sigap menangkis replika ekor dinosaurus yang siap menghantam kepala Shikadai. Hasilnya pun adalah, Boruto mendapati goresan lumayan besar di lengan bawahnya.

"Boruto!" Kaget Shikadai saat melihat aliran darah Boruto bercucuran begitu saja. "Sorry."

"It's okay. This is not your fault. Tapi lain kali, jangan terlalu fokus dengan tablet mu, nanas!" Boruto meluapkan emosinya, bukan karena luka yang didapatinya. Hanya saja, dia tak ingin sahabatnya itu terluka di lain hari.

"Aku panggil Sumire untuk membantu membersihkan lukamu." Ujar Shikadai begitu saja. Tetapi, Boruto dengan cepat menolaknya dengan menggelengkan kepala kencang.
"Sialan kau. Semua orang di instalasi ini benar-benar kurang ajar ya, sukanya menjodohkan ku dengannya."

"Abisnya, kau sudah berumur 25 tahun, Boruto. Lagian Sumire juga memiliki perasaan spesial pada dirimu." Boruto segera menyentil dahi Shikadai kuat, tentu saja tubuh Shikadai menjadi terhuyung hebat.

"Iya deh, calon bapak-bapak. Ciah bapak-bapak. Sudah ya, aku bisa mengobatinya sendirian kok, lagian profesor Katasuke juga sudah menungguku. Dah Shikadai." Segera Boruto meninggalkan Shikadai sambil memegang lengan bawahnya.

Sebelum bertemu dengan Katasuke, Boruto mengobati lengannya dengan telaten. Bagi Boruto, luka seperti ini sudah hal biasa. Mengigat pria berambut kuning itu sering berpergian ke hutan tak bertuan. Bahkan dirinya sudah sering terkena bisah ular, ataupun cakaran kucing besar.

Tok tok tok
Tangan Boruto mengetuk pintu dimana Katasuke sudah menunggu sejak lama. Dia buka lebar pintu tersebut, dan memamerkan senyumannya kepada profesor yang dikenal karena penemuan teknologinya yang selalu menarik.
"Maaf pak, aku membuatmu menunggu lama." Ujar pria berusia 25 tahun itu kepada Katasuke. Sedangkan Katasuke, hanya menggelengkan kepalanya tak keberatan.

Segera Boruto menutup pintu ruangannya pelan, lalu mengambil posisi duduk tepat di depan Katasuke.
"Jadi, apa ada yang kau inginkan dariku?" Tanya Boruto tanpa aba-aba. Pasalnya dia belum pernah bekerja sama dengan Katasuke.

Segera Katasuke menganggukkan kepalanya tanpa dosa.
"Ya kau benar aku menginginkan suatu hal darimu. Lebih tepatnya, lagi kita akan saling membutuhkan satu sama lain. Menjadi partner ker-"

"Iya iyaa, tinggal katakan saja pak. Kau berbicara terlalu bertele-tele." Boruto memotong omongan Katasuke, karena dia tak suka berbasa-basi dengan orang yang tidak akrab dengannya.

"Jadi, baru-baru ini alat sains milikku mendeteksi suatu keajaiban dunia yang belum terpecahkan sama sekali. Kau tau, tentang pengelana waktu? Juga dunia dengan dimensi yang berbeda? Aku tertarik dengan semua hal i-" lagi-lagi, omongan Katasuke dipotong oleh Boruto.

"Tidak ada yang percaya dengan omongan mu itu. Selain anak TK yang menonton serial Doraemon maupun detektif Konan, pak." Boruto menjawabnya sambil memamerkan wajah yang bengis dan angkuh.

"Ohh Ayolah Namikaze Boruto, lokasinya berada di Paradise Palace, di Eropa bagian Utara. Nanti aku akan menyuruh adik unguku itu untuk menyiapkan 1 helikopter yang menuju ke sana." Mendengarkan informasi lokasi yang Katasuke katakan, Boruto semakin menggelengkan kepalanya. Terlintas rasa trauma di benaknya, ketika mendengar lokasi tersebut.

"Ohh aku ingat, kau membenci nama daerah ini, bukan? Apakah ini, seorang arkeolog yang terkenal hebat dan tak menakuti rintangan apapun, ternyata membenci tempat ini ya?" Lagi-lagi Katasuke memancing Boruto.

"Bukannya begitu, hanya saja yang kau katakan itu. Tak masuk akal bagiku." Boruto menundukkan kepalanya. Tiba-tiba, Terbayang wajah ayahnya yang tersenyum hangat.

"Ohh kalau begitu, Mari kita bekerja sama, Namikaze Boruto. Selaku anak dari Namikaze Naruto yang dulunya arkeolog handal seperti dirimu." ujar Katasuke sembari membenarkan posisi kacamatanya.

Boruto berdiri tegak dari posisinya, bermaksud untuk keluar. Tetapi, pernyataan yang terlisan dari mulut Katasuke dapat menghipnotisnya.

"usut punya usut, di tempat itu ada kerangka kelelawar purba dan teka-teki tulisan tembok milik Eropa pada saat zaman purba loh. Bagaimana, kau setuju tidak?"

segera Boruto memutar matanya malas. Di relung hatinya, dia ingin sekali ke tempat yang sudah Katasuke jelaskan. Tetapi, ada trauma besar yang membuatnya takut untuk pergi ke sana.

"oh ayolah Boruto. Aku yakin kau menyukainya kan? kau dapat menemukan itu semua. Dan aku akan mendapatkan informasi tentang-"

"ah baiklah. aku terima." Pangkas Boruto tanpa pikir panjang.

archaeologist: the mystery of the secluded castle||Boruto x Sarada (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang