Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
===
srettttt
bunyi suara bukaan jendela itu terdengar. Remaja bersurai pirang keabu abuan itupun mulai beranjak masuk kedalam ruangan gudang tua tak terurus itu dengan rasa rindu terhadap sosok si mungil yang menghuninya
"KACCHAN!" bunyi teriakan itu terdengar di kedua telinga milik Bakugo
sontak netra merah itu menangkap sosok mungil yang seperti biasanya, mengenakan seragam smp lengkap miliknya kini tengah berlarian sembari melompat melompat di tengah kerumunan benda benda tua terbengkalai gudang. Izuku, dengan senangnya mulai berlarian mengejar sosok kacchan kesayangannya yang baru saja masuk
"Akhirnya kacchan datang juga! aku sudah menunggumu sejak tadi" senyum merekah dengan cantiknya di wajah si rambut brokoli, Bakugo hanya menatapnya dengan wajah datar dengan kedua tangan yang setia menghinggap di saku seragam miliknya
"eoh, kacchan? apa kau baik baik saja?"
"kenapa lampunya hidup?"
"eh?"
"bukankah sudah ku bilang untuk matikan lampunya hah?! Dasar Deku bodoh!"
Bakugo tidak amnesia kok, ia jelas ingat pesan terakhirnya sebelum benar benar meninggalkan si bodoh itu disana. 'tutup lampunya'. itu kalimat terakhir Bakugo sebelum pergi meninggalkan gudang, namun tampaknya si bocah dengan pipi berbintik itu tidak mendengarkannya atau pun berpura pura tidak mendengarkan
"benarkah?" tanya Izuku sembari memiringkan kepalanya, Bakugo menatap si bodoh itu untuk beberapa saat dengan wajah datar miliknya
sulit. Sulit bagi Bakugo untuk melepaskan amarahnya ke si mungil. padahal kebanyakan emosi Bakugo di picu karena ulah remaja bertumbuh pendek tersebut tapi entah kenapa dirinya tidak bisa melepaskan semuanya langsung ke si pembuat ulah. bahkan kini tangan yang sering dipakai untuk mengancam orang orang di sekitarnya tersebut sudah mulai terangkat dan mengelus lembut surai surai hijau gelap milik Deku sialan yang terus berhasil membuatnya luluh setiap hari
