Prolog

2 2 0
                                    

Xabiru menjalankan kursi rodanya menuju sebuah taman yang berada tak jauh dari ruangan tempatnya dirawat. Dengan susah payah ia mengayuh roda dengan kedua tangannya. Kakinya yang belum sepenuhnya bisa bergerak karena terlalu lama koma membuatnya terpaksa harus menggunakan kursi roda. Untungnya kedua tangannya sudah bisa bergerak normal setelah seharian ia mencoba menggerakkannya kemarin.

Xabiru mengarahkan kursinya menuju pohon rindang, cuaca sore hari ini sangat indah dengan angin yang berhembus hingga membuat pohanan di sana bergoyang ke sana dan ke mari. Duduk di atas kursi roda sembari memandang pepohonan yang rindang di taman membuat laki-laki itu perlahan memejamkan matanya karena hembusan angin yang membuatnya mengantuk.

Hingga tibalah suara seorang gadis yang membuatnya membuka kedua matanya dan melihat ke arah gadis tersebut.

"Sakit apa?"

Laki-laki itu tak langsung menjawab karena pandangannya terkunci pada kedua bola mata gadis itu. Rasanya ia seperti terhipnotis. Sampai akhirnya gadis itu menggerakkan telapak tangannya dengan maksud menyadarkan Xabiru yang tengah melamun.

"Oh, nggak sakit apa-apa, sih."

Gadis itu mengerutkan kedua alisnya. Tidak sakit tapi duduk di kursi roda dan menggunakan pakaian khusus pasien. Apakah laki-laki itu berbohong atau tengah bercanda?

"Tapi kursi roda sama pakaian lo yang bilang kalau lo sakit."

"Enggak sakit, cuma koma doang."

"OH YA?! KOK BISA?!" Melupakan fakta bahwa mereka adalah dua orang asing yang bahkan tak mengetahui nama satu sama lain, gadis itu bersikap seolah mereka teman dekat.

Xabiru sangat malas mengingat kejadian yang membuatnya koma seperti sekarang, tapi entah mengapa mulutnya bergerak sendiri seolah bercerita dengan senang hati.

"Bisa aja, soalnya kecelakaan."

Gadis itu mengangguk paham, tetapi setelah itu ekspresi wajahnya berubah menjadi bingung. Ia ingin bertanya pada laki-laki di hadapannya, tetapi ia ragu karena pertanyaannya sedikit random.

Biru yang paham dengan ekspresi wajah gadis itu segera bertanya, "kenapa?"

"Kok koma bisa disebut koma tuh kenapa?"

Biru merespon dengan wajah yang bingung. Ia tak mengerti dengan pertanyaan gadis itu.

"Maksudnya kenapa harus koma? Kenapa nggak titik gitu?"

Dengan wajah polosnya gadis itu bertanya membuat Xabiru tertawa terbahak-bahak. Ia sangat tidak bisa menahan tawanya saat mendengar pertanyaan dan ekspresi wajah yang sangat polos dari gadis itu.

Ini adalah pertama kalinya Xabiru tertawa sejak 5 hari lalu ia terbangun dari tidur panjangnya. Rasanya sangat melegakan.

"Kok ketawa? Gue nanya serius loh padahal," ujar gadis itu.

"Lo salah tanya orang kalau gitu, gue 'kan pasien bukan dokter."

Gadis itu mengangguk pelan.

"Tapi kok muka lo tetep ganteng gitu, ya?"

Kali ini Xabiru terperangah dengan pertanyaan spontan dari gadis itu. Xabiru kikuk tak tahu harus merespon apa, yang ia lakukan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kok nggak jawab, sih? Gue tuh penasaran. Gue nggak mandi seharian aja, langsung muncul jerawat di jidat. Sedangkan lo yang koma, masa mukanya glowing gitu? Spill dong skincare lo," ucap gadis itu dengan sedikit heboh.

Xabiru terkekeh, "lo lucu ya."

"Banyak yang bilang gitu, sih."

Baru saja Xabiru hendak bertanya nama gadis itu, ponsel yang digenggam gadis itu pun berbunyi dan menampilkan sebuah notif pesan.

Setelah membaca pesan tersebut, gadis itu berdiri dari kursi yang berada di hadapan Xabiru.

"Gue pergi dulu, ya."

Xabiru menahan pergelangan tangan gadis itu, "boleh gue ngeramal lo dulu?"

Gadis itu terlihat bingung, tapi tetap meng-iya-kan pertanyaan Xabiru karena ia harus buru-buru pergi.

"Gue ramal kita akan ketemu lagi."

Walaupun wajahnya masih memasang ekspresi kebingungan, gadis itu tetap mengangguk sebelum pergi meninggalkan Xabiru yang menatap punggung gadis itu yang semakin lama hilang ditelan tikungan tembok.

-To Be Contiued-

Ramalan BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang