13. Pindah Alam

10K 2.1K 273
                                    

Puanjang gaess.

🐳🐳

"Jadi itu bedanya seserahan lamaran sama seserahan nikahan." Gagah mengulurkan tangan dan membantu Sava turun dari mobil.

"Harus kita yang beli?" tanya Sava.

"Iya." Gagah mengangguk. Ia meraih tangan Sava dan menggenggamnya. "Kalo seserahan buat nikahan dari aku bebasin maunya kamu apa aja. Aku penuhin selama mampu."

Mereka berjalan memasuki mall. Gagah merangkul bahu Sava saat sedang di eskalator. "Aku punya ide," bisiknya.

Sava mendongak dan menatap Gagah. "Apa?"

Gagah tersenyum penuh makna, lalu sesampainya di lantai tujuan ia membawa Sava ke salah satu toko pakaian.

"Yang basic dulu, Sav," kata Gagah.

"Baju?"

Gagah berdecak. "Seserahan buat nikah itu, calon suami harus kasih sedetail-detailnya pakaian dari atas sampai bawah, luar sampai dalam buat calon istri."

"Emang gitu?" tanya Sava bingung. Ia malah baru tahu.

Gagah mengangguk. Ia membawa Sava ke salah satu sudut toko. "Nah ini."

"Gah." Sava protes melihat apa yang terpampang di depannya. "Aku nggak pernah pake itu."

"Besok pake kalo udah nikah sama aku." Gagah menjawab santai dan mengambil salah satu dari deretan baju haram. "Yang merah lebih menggoda, eh hitam lebih eksotis pasti kontras banget sama kulit kamu jadi keliatan makin aduhay, tapi yang putih bahannya lebih lembut. Nude juga cocok. Aku beli semua aja ya."

"Ngapain banyak-banyak?" Sava tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya kali ini. Ia melihati baju yang bahkan entah bisa disebut baju atau tidak.

"Buat ganti tiap jam dong, Sav." Gagah mengerling.

"Tiap jam?" Sava melotot. Ia mengambil beberapa baju dari tangan Gagah dan mengembalikan ke tempat semula. "Yang lain," ucapnya tegas sambil menarik tangan Gagah agar berpindah dari sana.

"Oh, kamu lebih pilih nggak pake emangnya? Aku sih oke oke aja." Gagah kembali berbisik di telinga Sava.

Sayangnya Sava tidak menanggapi. Perempuan itu berhenti di salah satu rak sepatu dengan deretan produk yang mewah di sana.

"Ya udah mulai dari sepatu dulu." Gagah maju dan ikut melihat deretan sepatu di depannya. "Kamu suka dari bawah kayaknya, Sav."

"Nggak."

Gagah tertawa mendengar nada sebal Sava. Paham juga apa yang ia bicarakan sedari tadi. Ia mengikuti langkah Sava yang makin bergeser saat memindai sepatu pilihannya. Terlalu fokus memperhatikan, Gagah kaget saat tubuhnya menabrak Sava yang diam saja tidak melanjutkan langkah.

"Gagah," panggil Sava sambil menunjuk ke arah atas.

"Aku ambilin ya. Yang mana?" Gagah mendekat dan menunjuk sepatu yang kiranya ingin Sava ambil. "Ini?" tunjuknya pada sepatu dengan heels cukup tinggi. Ia saja merinding membayangkan bagaimana kaki perempuan bisa berjalan di atas tumpuan sekecil itu.

"Iya." Sava menerimanya. "Makasih."

Gagah mengangguk. "Suka itu?"

Sava malah menggeleng.

Gagah makin bingung. Bukannya tadi Sava minta diambilkan itu kenapa sekarang malah bilang tidak suka? "Aku salah ambilnya berarti."

Sava masih diam dan memperhatikan benda di tangannya dengan lekat. Mematung beberapa saat sebelum kembali mendongak ke Gagah. "Aku nggak suka ini."

Fishing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang