Tubuhnya lemas , syujin terduduk di ruangan itu , ia melihat sekeliling nya tak ada seorang pun yang keluar untuk menemuinya . Syujin merasa aneh , dia merasakan kesepian yang mendalam dan perasaan yang terus di hantui rasa takut , pasalnya syujin tak pernah peduli dengan keadaan sekitar ,dia lebih memilih untuk sendiri dan menjauh dari keramaian ,walau sering kali syujin merasa kesepian namun dia tak berharap lebih akan teman atau pun seseorang yang datang hanya sekedar berbincang dengannya . Namun hal ini berbeda ,dia begitu merasa kesepian dan menginginkan seseorang berada di sampingnya.
Syujin membaringkan tubuhnya di lantai dan memandang langit langit ruangan putih cerah yang membuat matanya silau.
"Bahkan di surga pun begitu sepi"
Gumam syujin . Dia pikir saat ini dia sudah mati tertembak dan pergi ke surga ."Kang syujin?" Tanya seorang pria di hadapannya , spontan syujin beranjak dari tidurnya dan memposisikan diri terduduk di hadapannya , pria itu berjongkok di hadapannya. Dia memakai topeng yang sama namun dia memakai jas putih dan nampak rapih. Syujin terkejut pasalnya baju yang pria itu kenakan sangatlah mirip dengan pria penembak itu.
Spontan syujin mundur dan menjauh, dia takut dan gemetar.
"Ada apa?"
Tanya sang pria itu sembari maju mendekati syujin.
Syujin telah menahan sekuat tenaga untuk tidak menangis dan memperlihatkan rasa takutnya di hadapan pria ini ,namun matanya tak dapat membohongi , dia rapuh."Tenanglah jangan takut, aku tidak akan menyakitimu ,percayalah." Ucap sang pria di hadapannya tanpa ragu . Dia menjulurkan tangannya pada syujin namun syujin hanya melihatnya dan enggan menyentuhnya.
Karna tak mau memaksa ,sang pria menarik kembali tangannya dan duduk bersila di hadapan syujin, duduk rapih memperhatikannya."Mengapa kau datang lagi? Apa kau tidak puas membunuh ku dan keluarga ku di dunia? Eohh?" Syujin mulai bergetar tandanya dia akan menangis ,ini kali pertamanya dia memperlihatkan kelemahannya di hadapan orang lain selain orang tuannya.
Syujin tak kuasa menahan tangisnya , air matanya mulai tak terbendung, namun dia berusaha untuk tetap menahannya walau beberapa tetes lolos dari matanya.Tangan sang pria mulai bergerak menuju wajah syujin ,dia membuka topeng syujin dan menyimpannya di samping nya.
Pria itu mengusap lembut air mata syujin.
Nampak sangat tulus.
"Hentikan , syujin ku tidak pernah lemah dan tidak akan lemah" ucap sang pria bertopeng
"Hentikan !!" Sahut syujin menepis tangan sang pria ,suaranya mulai bergetar dia amat takut, syujin mendorong tubuh pria itu hingga membuatnya terjatuh , syujin mengambil topeng nya dan berlari ke arah yang tak tentu .Pikirannya tak dapat terfokus , jantungnya terus berdegup keras , kakinya semakin melemas , dan tangisan yang tak dapat terbendung. Syujin melihat pria itu terus mengejarnya ,syujin tak tahu harus berlari ke arah mana , tempat ini menjulang panjang seperti lorong namun semua putih. Kaki syujin tak kuasa lagi berlari dia beberapa kali terjatuh namun mencoba bangkit lagi ,hingga kali ke tiga iya akan terjatuh pria itu memeluknya dari belakang dan menahannya.
"Hentikan ku mohon , ku mohon " bisik sang pria dengan suara dalamnya yang sedikit bergetar entah itu lelah karena berlari atau akan menangis. Pandangan syujin terfokus ke depan ,kakinya sudah tak kuat lagi , entah sejak kapan dia menjadi selemah ini. Syujin menumpukan badannya pada pelukan sang pria , mencengkram kuat lengan sang pria.
"Ku mohon, jangan.. " ucap syujin tak kuasa dia benar benar lemah dan tak dapat melawan.Masih dalam posisi yang sama ,pria yang menahan tubuh syujin dan syujin yang kian putus asa.
"Maaf kan aku , tapi aku bukan dia , aku bukan seseorang yang kau kira , dia bukan aku, percayalah"
"Tapi kau , baju kau , dan semuanya sangat mirip dengannya , dimana pistol mu , cepat tembakan sekarang pada ku" syujin masih tak percaya , namun pria di belakangnya tetap meluknya erat dan berusaha menenangkannya. Pikiran syujin tetap pada seorang pria pembunuh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Eyes
RandomIni cerita pertama aku, masih belajar kepenulisan. So semoga kalian suka. Trauma dengan masa lalunya menjadikan syujin hilang kendali. Terus mencari kebahagiaan dan kebebasan, hingga pada akhirnya dia memilih musnah atau menyerah.