01. Seorang Karyawan dan Kucing Oranye

24 3 5
                                    

Rasa ingin tahu yang tinggi memang dimiliki oleh siapapun, entah itu manusia atau pun binatang. Namun, satu hal yang unik untuk dibahas tentang rasa ingin tahu ini adalah mereka yang tampak imut saat melakukannya.

Bayi manusia yang belajar mengenali benda-benda baru, belajar berbicara, dan atau sejenisnya, adalah sesuatu yang lumrah. Namun, apa kalian pernah memberi perhatian lebih pada makhluk berbulu bernama kucing?

Mereka hanyalah hewan pada umumnya yang mungkin memiliki nilai lebih karena tingkah polahnya. Jika kita membicarakan seekor kucing, tak jauh-jauh juga untuk mengenal sifat keingintahuannya yang sangat tinggi.

Hanya perlu seutas tali yang ujungnya melilit bulu atau gulungan bola benang wol, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat hewan malam itu berlarian ke sana ke mari dengan riangnya. Rasa ingin tahunya yang tinggi membuat kucing bergerak dengan sendiri.

Yah, itu sedikit hal yang aku pahami selama ini.

Jika ada yang bertanya kenapa aku tiba-tiba memikirkan hal random di tengah taman malam ini, mungkin jawabannya karena hewan berbulu oranye itu sedang duduk manis di kursi taman ini bersamaku.

Jika ada yang bertanya kenapa aku tiba-tiba memikirkan hal random di tengah taman malam ini, mungkin jawabannya karena hewan berbulu oranye itu sedang duduk manis di kursi taman ini bersamaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kucing oranya kecil yang aku perkirakan baru berumur beberapa bulan itu tampak tenang, padahal kucing liar pada umumnya pasti akan pergi jika didekati manusia, 'kan?

Seperti yang kubilang, kami duduk di bangku taman yang sudah sepi, jikalapun aku mengajak bicara kucing ini pun nampaknya tak akan ada yang menertawakannya. Namun, manusia bodoh mana yang mau berbicara sama hewan yang bahkan tak tahu bahasa manusia.

Parahnya, tiba-tiba aku mengingat ibu di desa.

Aku menyandarkan punggung, menghela napas agak panjang sembari memandang langit berpolusi ini.

Sudah hampir tujuh tahun merantau dan berakhir bekerja di perusahaan IT, tak ada perubahan besar dalam hidup ini. Bahkan di umur yang hampir menginjak kepala tiga ini aku tidak punya pasangan. Desakan untuk segera menikah dari keluarga di desa terus saja berdatangan. Rasanya kepala mau pecah.

Aku sempat berpikir, apa wajahku seburuk itu hingga tak ada perempuan yang melirik. Namun, juniorku yang berbadan bulat dan nggak ganteng itu saja sudah menikah dua tahun lalu, dengan seorang cosplayer cantik pula.

"Mungkin karena kami memiliki passion di bidang yang sama." Begitulah ucapnya padaku saat pertama kali mereka pacaran.

Passion, aku nggak sempat berpikir itu adalah alasan untuk mendapatkan pasangan.

Tapi tunggu, jika dibandingkan denganku, aku bahkan tak tertarik dengan apapun. Berbeda dengan mereka yang memang menyukai dunia Jejepangan, aku tak punya hobi seperti itu.

Apa mungkin aku perlu mencari hobi? Tapi apa, ya?

"Meow …"

Kucing oranye yang sejak tadi duduk tenang tiba-tiba sudah ada di pangkuan. Sejak kapan dia naik, selain itu matanya menatapku seolah ingin mengatakan sesuatu. Aku mungkin bisa memahami kucing karena dulu dibesarkan bareng kucing.

a Workman and the World of CatsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang