04. Seorang Karyawan dan Kamar Sebelah

16 2 14
                                    

Sudah satu minggu lebih sejak Fiona datang, sementara ini tak ada masalah serius. Kemarin, Bayu dan istrinya berkunjung ke kosan dan seperti yang sudah kuduga, dia alergi. Tak peduli apakah Fiona kucing asli atau jadi-jadian, efeknya tetap sama. Hampir semalaman kami disibukan dengan kejadian itu. Rencana adopsi yang sudah diharapkan pun akhirnya memang tak akan pernah terjadi. Namun, bukan itu masalahnya sekarang, tapi tentang seorang pria dari kamar sebelah tiba-tiba datang bertamu malam ini.

Mas Guntur, pria kurus dengan wajah yang selalu tampak serius. Meski terlihat lebih muda, umur Mas Guntur lebih tua dariku--itulah alasan kenapa aku memanggilnya ‘Mas’.

Lima belas menit berlalu dan kami tak banyak mengeluarkan obrolan. Dari tadi Mas Guntur tampak meneliti ke setiap sudut kamar. Sesekali dia tampak manggut-manggut seolah memahami sesuatu. Aku tidak yakin apa karena kopi buatanku yang enak atau kamarku yang memang berantakan. Bukannya aku malas untuk merapikannya, hanya saja hampir setiap hari aku pulang larut malam dan tak punya banyak sisa tenaga untuk sekadar berbenah. Aku juga belum bisa mengandalkan Fiona untuk mengurus kamar kosan.

Mas Guntur menyesap rokok dan menghembuskan asapnya perlahan. “Jangan bilang ke istriku kalau aku ngerokok dan ngopi di sini, ya!”

“Ah, i-iya, Mas. Tapi, memangnya kenapa kalau ketahuan ngerokok dan ngopi?”

“Aku punya riwayat penyakit lambung,” jawab Mas Guntur singkat. Aku tak tahu apa itu ada hubungannya.

Ruangan ini kembali lengang.

Jika ada yang bertanya kenapa kami tampak seperti orang asing, jawabannya sederhana. Karena kami memang orang asing. Maksudku, meski kamar kami bersebelahan, tapi ini adalah pertama kali bagi Mas Guntur bertamu. Jam kerja yang padat membuat kami tak bisa meluangkan waktu untuk saling mengenal lebih akrab, yang aku tahu, Mas Guntur tinggal bersama istrinya jauh sebelum aku tinggal di sini.

Ngomong-ngomong, aku bahkan belum pernah sekalipun menyapa istri Mas Guntur. Itu bukan berarti aku adalah tetangga yang buruk, oke? Aku hanya sungkan. Lagipula, jika Mas Guntur melarangku membicarakan soal apa yang terjadi sekarang, itu tak akan menjadi masalah besar.

Mas Guntur mendesah. Raut wajahnya berubah dari serius menjadi lebih santai saat melihat Fiona yang juga menatapnya dari sudut ruangan--sekarang Fiona dalam wujud kucing.

“Wah, aku nggak nyangka kalau kamu juga memelihara kucing, Dimas,” ucapnya sambil berjalan ke arah Fiona dan memungut kucing oranye itu. “Oh, kucing betina ternyata.”

Sial, tiba-tiba aku malu sendiri saat Mas Guntur dengan santainya melihat 'itu'. Andai Mas Guntur Fiona bukanlah kucing rumahan biasa, aku tak yakin dia akan sesantai itu. Namun, aku tidak bisa menuduhnya melakukan pelecehan. Maaf, Fiona ....

“Dimas, kenapa tiba-tiba murung gitu?” Pertanyaan Mas Guntur membangunkanku dari lamunan.

“Ah, iya, Mas, ada apa?” Aku nggak boleh bersikap aneh atau dia akan semakin curiga.

Mas Guntur kembali duduk sambil memangku Fiona. Ah, aku melihat Fiona tampak sedang menahan diri. Maaf, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa sekarang. Melakukan hal yang mencurigakan malah akan membuat semuanya manjadi lebih buruk.

“Ngomong-ngomong, tak biasanya Mas Guntur main ke kosan saya?” Aku mencoba membuka topik lain.

“Ah, kau tau? semalam di kamarmu agak berisik soal kucing, jadi istriku yang kebetulan juga menyukai kucing menyuruhku ke sini untuk melihat kucing milikmu, dan seperti yang istriku duga, kamu ternyata memang memelihara seekor kucing yang bagus. Meski ini kucing kampung, tapi bulunya lembut dan dia sangat tenang."

Dia teliti. Yah, tak diragukan lagi sih, lagipula istrinya memang pecinta kucing. Hal-hal sederhana seperti ini selalu menarik perhatian mereka.

“Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa kami nggak memelihara kucing, ‘kan?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

a Workman and the World of CatsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang