Rencana Pernikahan

4 2 0
                                    

Ku kerahkan seluruh energiku untuk menyelamatkan gadis yang kucintai. Aku mulai merasakan tubuhku melemah. Hingga seberkas tenaga terakhirku yang ku keluarkan dia belum juga menunjukkan tanda-tanda akan siuman. Tak dapat bertahan lebih lama lagi kegelapan mulai menelanku dengan perlahan. Sebelum kegelapan menguasai kesadaranku secara keseluruhan aku melihat sekilas kelopak matanya bergerak secara perlahan. Ku pikir usahaku telah berhasil menyelamatkannya dari maut. Belum sempurna kelopak itu terbuka aku sudah tergelatak tak sadarkan diri dan aku tak tau apa yang terjadi selanjutnya.

'Givana 'pov'

Ku buka mata ini secara perlahan. Pertama kali ku lihat adalah pemandangan langit-langit sebuah ruangan yang berwarna dark blue. Ku pikir ini bukanlah kamarku,karena kamarku berwarna cerah bukan gelap. Sepertinya ruangan ini sangat familiar,dimanakah ini?. Tunggu sebentar, sepertinya aku mengingatnya bukankah ini ruangan dimana tempat dulu aku diculik oleh lelaki sinting itu?lantas mengapa aku bisa kembali kesini lagi? Aku rasa terakhir aku ingat bahwa aku benar-benar pulang ke rumah dan sedang berbaring untuk mengistirahatkan badan yang lelah di kasur ku yang empuk dan nyaman, kenapa tiba-tiba saja sudah berpindah tempat seperti ini?.

Ku coba untuk bangkit secara perlahan karena rasa sakit kepala masih terasa dan itu berhasil membuatku mengernyit sesaat menahan sakit. Ku tapakkan kaki ke lantai hingga menyadari bahwa telapak kakiku menginjak sesuatu yang pasti bukan lantai. Sontak bola mataku membola melihat seseorang yang selalu terlihat angkuh terbujur tak berdaya dengan mata tertutup rapat di bawah tempat tidur. Oh tidak jangan sampai ada yang salah paham dan mengira akulah penyebab lelaki ini tak sadarkan diri meski aku tak melakukan apapun tapi siapa yang mau mempercayainya sedangkan aku sendiri bukan siapa-siapa disini yang harus mereka percayai.

Segera aku berlari ke pintu,dan baru kusadari pintu ini pun didesain dengan mantra hingga yang dapat membukanya adalah orang yang memiliki sihir. Karena tak menemukan ide lain aku pun mencoba cara yang biasa dilakukan manusia biasa saat sedang terkunci disebuah ruangan.

"Tolongggg!!! Siapapun diluar tolong aku!!" Teriakku sambil menggedor-gedor pintu dari dalam. Meski aku berharap bisa lepas dari pria ini dan tak memungkiri bahwa aku sedikit senang melihatnya yang biasanya bersikap sewena-wena terhadapku kini berbaring tak berdaya dengan wajah pucat,namun sayangberibu sayang jiwa kemanusiaanku tak bisa melihatnya berbaring tak berdaya di lantai yang dingin dan kotor.

Tak lama berselang,aku mendengar suara desingan angin lembut pertanda bahwa ada yang berusaha membuka pintu ini. Dan itu menghentikan tanganku yang sudah memerah untuk terus menggedor pintu.

'krieeetttt..'suara pintu kamar itu semakin membuatku takut karena tak ada yang benar-benar ku kenal selain lelaki yang terbujur dilantai itu. Aku takut jika ternyata orang itu berniat jahat kepadaku. 

Pintu pun terbuka dan munculkan sepasang suami istri yang masih terlihat muda dibalik pintu terbuka itu.

"Maaf apakah kalian bersedia menolong pria yang terbujur lemah itu?aku sangat khawatir dengan keadaannya" pintaku kepada mereka menahanras takutku dengan hanya menunjukkan muka cemasku yang tak dapat ku tutupi dengan baik. Tak dapat terbaca raut muka mereka saat permintaan pertolonganku terucap. Akankah semua baik-baik saja? Tiba-tiba aku merasa akan ada badai yang akan merubah kehidupanku dengan drastis. Mereka mulai mengikis jarak dimana aku dan pria itu berada.

"Kau sungguh ingin menyelamatkannya?"tanya wanita yang ku ketahui istri dari pria disampingnya dengan memasang raut yang tak terbaca sambil tetap mengarahkan pandangannya ke sosok yang terbaring itu. Aku yakin meski pandangannya tak tertuju padaku kalimat pertanyaan itu sudah pasti untukku.

Aku hanya dapat menganggukan kepalaku dengan tegas karena biar bagaimanapun sikap dia yang semena-mena terhadapku aku pun masih memiliki rasa kemanusiaan meski dia bukan manusia sepertiku tapi tetap saja aku harus menolongnya terlepas dari siapapun itu.

"Kalau begitu kau harus menikahinya untuk dapat menyelamatkan dia." Jawaban terlontar dari pria disebelahnya dengan muka datar dan tak memungkiri bahwa jawaban itu membuat jantungku berhenti berdetak barang semenit.

"Apa? Menikah? Aku? Dengannya? Gak,saya gak akan pernah mau menikah dengan pria arogan sepertinya!!" Teriakku secara spontan menolak usulan itu. Yang benar saja masak aku harus menikahi orang yang baru ku kenal tanpa rasa cinta lagi, mau jadi apa hidupku.

"Maaf jika perkataan saya tidak sopan dan terkesan bar-bar,tapi saya tidak bisa begitu saja menikahi orang yang bahkan tidak saya cintai dan saya pun hanya sekedar tau nama dan tempat tinggalnya." Jelasku saat menyadari bahwa jawaban spontanku tadi tidak bisa dinilai baik.

"Tidak perlu terburu semua akan baik-baik saja saat waktu berlalu,dan benih cinta akan hadir diantara kalian seiring kebersamaan kalian."jawaban lembut wanita itu membungkam alasan yang ku buat. Dan untuk pertama kalinya mata biru jernih itu memandangku dengan amat mempesona.

"Tapi..." Aku tetap mencoba mematahkan semua kata-kata tidak masuk akal yang mereka lontarkan. Memang ada ya jika mau menyelamatkan orang dari maut harus Menikahinya? Namun aku tak terkejut lagi adanya mereka saja sudah tak bisa diterima akal sehat manapun.

"Tidak ada tapi-tapian lagi. Kamu akan menikahinya saat bulan purnama bersinar dengan terangnya. Mau tidak mau kamu harus menyetujuinya karena dia telah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanmu yang sedang diambang kematian." Potong pria itu dengan intonasi tak terbantahkan. Tanpa mendengar apapun lagi pasangan itu meninggalkan diriku yang terpaku mendengar jawaban sepihak itu. Sebelum meninggalkanku sepenuhnya,wanita itu berbalik ke arahku dan mengusap lembut ujung kepalaku yang membuatku sedikit tenang karena perlakuannya.

'diambang kematian?bukannya aku hanya tertidur saja?'tanya batin ku bingung.

Sekarang tinggallah kita berdua. Tanpa sadar mataku terpaku pada handphone yang menyala karena pesan masuk. Namun bukan pesannya yang menjadi titik fokusku namun tanggal dan hari dimana saat ini aku berdiri di kamar lelaki arogan ini. Ternyata benar bahwa aku bukan hanya sekedar tidur pada umumnya. Dan aku mulai percaya apa yang kedua orang itu katakan bukan sekedar bualan saja. Meski batinku terus saja bertanya-tanya mengapa aku mengalami hal yang dapat menghilangkan nyawa. Aku mendekat kepada tubuh yang saat ini masih terbaring dan tak terlihat adanya kehidupan didalam tubuh itu. Ku genggam tangannya perlahan takut jika itu menyakitinya. Tangannya tak sehangat saat ia pertama kali menggenggam tanganku dengan paksa. Ku amati dirinya yang tenang tanpa ada raut lainnya. Baru ku sadari bahwa saat terpejam ia sangatlah tampan hingga membuat jantungku berdetak tak berirama. Tak akan ada yang bisa menebak hal kejam apa yang bisa ia lakukan ketika mata ini terbuka,karena saat menutup mata ia terlihat seperti seorang malaikat. Tanpa ku sadari aku pun terlelap dengan sendirinya di atas tangannya.

Givana dan Kerajaan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang