Pilihan yang Rumit

2 1 1
                                    

"Aku yakin kau paham dengan jelas apa yang sebenarnya ku maksud " Jelasnya dengan memutar kedua bola matanya jengah akan tingkah suaminya itu.

Setelah mendengar pertanyaan givana,muka gio yang semulanya santai berubah menjadi datar dan itu secara naluriah membuat tubuh givana menegang takut.

"Sudah cukup givana,,sudah cukup mempermainkanku. Apa kau sudah lupa bahwa aku bisa melakukan apapun untuk tercapainya apapun yang menjadi keinginanku,dan saat ini yang menjadi keinginanku adalah memilikimu." Kata Gio dengan nada dingin yang amat menusuk.

"A...apa yang kau maksud?" Givana tau bahwa cepat atau lambat ia pun akan kehilangan cintanya,cinta yang telah ia nantikan kehadirannya setelah menunggu hampir 10 tahun kini tidak lama akan ia tinggalkan lagi, bahkan gio juga dengan teganya tak diijinkan untuk menemui keluarganya dan ia sangat yakin orangtuanya dengan penuh kekhawatiran menanyakannya dalam hati mereka kemanakah anak mereka satu-satunya itu pergi

"Ya,seperti yang ada dibenakmu. Aku akan membuatmu tak dapat berpaling sedikitpun dariku meski hanya sedetik." Gio menampakkan smirk andalannya untuk meremehkan lawan bicaranya dan givana tau pasti bahwa kalimat yang keluar dari mulut gio tak akan meleset sedikit pun. Apapun itu yang gio rencanakan itu tak akan pernah menjadi baik untuk dirinya.

"Tunggu saja tanggalnya sayang"lanjut gio menekankan kata sayang untuk menunjukkan bahwa janji yang ia ucapkan akan benar terjadinya,dan itu yang membuat darah givana berhenti mengalir menyebabkan mukanya memucat pasi.

Setelah mengusap pipi givana dengan lembut,gio meninggalkannya yang masih berdiri mematung seakan nyawanya telah meninggalkan raga.

~
S
K
I
P
~

Yang dilakukan givana hanyalah pasrah,ya dia sudah pasrah atas apapun yang akan terjadi padanya kedepan. Dia juga tak pernah membuka suara lagi setelah pembicaraan terakhir itu,dia seperti robot yang bila diperintah baru akan bergerak tanpa mengeluarkan suara sekata pun.

Saat ini givana sedang duduk di taman belakang, memandang hamparan bunga yang indah terbentang di depan mata. Namun jika diperhatikan lebih teliti akan didapatinya bahwa pandangan itu kosong tidak menangkap apapun yang terdampar di depannya,tanpa adanya yang tersirat di dalamnya. Dan tanpa givana sadari ada seseorang yang memandangnya sendu,merasakan sakit dan penyesalan akan apa yang telah ia perbuat kepadanya. Siapa lagi orang itu kalau tidak gio,ialah orang yang berperan besar merubah keadaan gadis itu. Tapi mau bagaimana lagi ini juga demi kebaikan kerajaan,secepat mungkin ia pun harus memikirkan tentang keturunannya jika tidak ia pikirkan dengan segera maka semua yang sudah dibangun oleh nenek moyangnya ini akan hancur tak bersisa.

Perlahan kedua kakinya melangkah tanpa komado dengan pandangan terpaku pada punggu seorang gadis yang terlihat rapuh itu. Gadis yang sudah menyita seluruh perhatian dan cintanya itu. Gio duduk di sampingnya itu kemudian merebahkan kepalanya  di bahu kecil dan rapuh milik givana sambil tangannya melingkupi pinggang kecil itu.

Tanpa bicara givana berusaha menyingkirkan tangan yang melilitnya hingga ia tak dapat bergerak bebas.

"Biarlah seperti ini sebentar"Ucap gio kemudian menyerukkan kepalanya ke leher jenjang givana,menghirup dengan rakus aroma khas dari tubuh gadis itu.

"Maaf" Satu kata itu mebuat gadis itu menolehkan kepalanya ke arah suara,ia begitu terkejut mendengar kalimat sakral keluar dari mulut makhluk angkuh seperti gio. Namun seolah mengetahui bahwa givana akan mencoba melihat keseriusan dalam wajahnya ia semakin menyerukkan wajahnya ke leher yang mungkin akan menjadi spot favoritnya di diri gadis itu. Menyerah karna tak dapat melihat wajah sang pemilik dari suara yang menyerukan kata maaf itu ia pun kembali memandang ke arah depan, siapa tau mungkin ia sedang berhalusinasi mendengar makhluk paling angkuh mengucapkan kata sakral itu.

"Maafkan aku! Kemarin aku dalam keadaan emosi hingga tanpa sengaja menyakitimu,ku mohon jangan diamkan aku seperti ini,aku sungguh tak sanggup didiamkan selama ini denganmu" lirihnya dan givana yakin bahwa ia bukan sedang berhalusinasi namun itu benar-benar permintaan maaf tulus dari seorang gio.

           'Givana'pov'

'Apakah aku sudah keterlaluan?ku rasa tidak karena dialah yang lebih dulu keterlaluan terhadapku,sangat arogan' keluhku dalam hati

Tunggu kenapa leherku basah?
Tanpa basa-basi lagi aku mendongakkan kepalanya walau harus dengan tenaga ekstra karna dia yang tidak mau menunjukkan mukanya,akhirnya berhasil aku dapat melihat wajah sembabnya itu.

"Kau menangis?"tanyaku

Jika sudah seperti ini aku pun merasa sangat amat bersalah sudah mendiaminya.

"Bagaimana seorang gio yang ditakuti orang bisa menangis karena didiami seorang gadis lemah"godaku mencoba mencairkan suasana. Dapat terlihat jelas mukanya memerah sampai ketelinganya. Ia kembali menyerukan wajahnya menyembunyikan muka merahnya.Uhhhhhhhh liat dia sangat manis jika begini.

"Sudahlah diam! ini juga kesalahanmu yang mendiamiku hingga membuatku begini" rajuknya,dan aku akui bahwa aku lebih menyukai sosoknya yang seperti ini lebih bisa digapai. Aku pun berhenti setelah puas mentertawakannya. Lalu suasana berubang begitu saja jadi hening dengan pikiran kami masing-masing.Entah apa yang sedang ia pikirkan,kalau aku jelas aku sedang memikirkan dia,tentu saja dia orang yang ku cinta memangnya siapa lagi.

"Van,aku menmginginkan keturunan darimu"Ucapnya tiba-tiba ditengah kemelut pikiranku,dan itu membuat pikiranku terputus begitu saja. Bagaimana bisa?aku?dan dia? kita?keturunan?oh tidak,ku rasa itu tak akan pernah bisa ku lakukan,bahkan memikirkan memiliki anak dengannya pun tak pernah terlintas dalam otakku lantas bagaimana bisa dia meminta hal itu?.

"Bukan apa-apa,hanya saja kita harus memiliki keturunan untuk menyelamatkan kerajaan kita. Apa kau tega melihat rakyat yang tak bersalah harus menderita karena keegoisan kita?"

"Akan aku pikirkan"jawabku dan aku yakin bila dia telah menolehkan kepalanya kepadaku,namun aku tetap tak mengalihkan pandanganku kepadanya.Aku sedang diambang kebimbangan.Setelah tak mendapati apapun dariku ia bangkit meninggalkanku yang dalam keadaan rumit memikirkan permintaannya.

Sungguh aku tak tau apa yang akan aku ambil,jujur aku tak akan sanggup bila mengorbankan orang tak bersalah untuk egoku namun aku tak punya nyalu melakukannya,memikirkannya saja sudah membuat wajahku memanas.

"Arrggghhhh....apa yang ku pikirkan"Teriakku frustasi menutupi wajahku yang sepenuhnya sudah berwarna merah seperti tomat busuk dengan kedua telapak tanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Givana dan Kerajaan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang