Apakah ini halusinasiku?

2 1 0
                                    


       Saat ini aku sedang berada di pulau Dewata tepatnya pantai Pandhawa yang terletak di pulau Bali. Jika ditanya kenapa aku bisa sampai sejauh ini?jawabannya ya karena suamikulah dia kan sangat posesif jadi aku bisa sampai disini karena dia ada kerjaan di dekat pantai ini makanya aku dapat menikmati keindahan selain di kerajaannya. Ku telusuri pantai dengan kaki telanjang. Merasakan lembutnya pasir pantai bersentuhan langsung dengan kulit. Andai saja aku bisa bebas seperti ubur-ubur bisa melindungi diri dengan racunnya. Tetap bisa berkumpul dengan keluarganya. Mamah,bagaimana kabarnya ya?akankah dia panik mencariku yang hilang tanpa ada kabar. Kenapa hidupku sangat rumit,bertemu dengan makhluk aneh tanpa bisa diduga. Mungkin orang diluar sana merasa aku sangat beruntung bertemu dengan pangeran dan menikahinya. Pangeran dengan tampang mempesona dan memiliki aura yang membuat wanita manapun bertekuk lutut,pastinya wanita itu bukan aku. Karena saat ini aku sedang meratapi nasibku yang sial. Memejamkan mata di depan matahari yang hampir meninggalkan pendarnya secara keseluruhan. Air mataku menetes tanpa ku sadari. Ketika membuka mata,aku mendapati ada sapu tangan yang terulur di depanku. Ku telusuri terus hingga aku menemukan sang pemilik sapu tangan. Saat itu waktu serasa berhenti berputar,jantungku berdetak lambat bahkan angin pun tak berani mengganggu barang sedetik pun.

'oh my God... apa ini halusinasiku?'

Bukan karena parasnya yang rupawan,bukan tentu saja. Namun yang membuat suasana serasa membeku adalah sosoknya,sosok yang sekian lama ku tunggu kehadirannya.

"Re..nan?!"tanyaku memastikan bercampur ketidakpercayaan. Ku lihat senyumnya mengembang dan sorot matanya memancarkan kerinduan yang ku rasakan juga.

"Iya vavan,it's me. Bagaimana kabarmu?ku harap selama kita berpisah kamu baik-baik saja"tanyanya penuh harap jika yang dia ucapkan terjadi padaku. Dia masih aan ku yang dulu. Masih lembut dan penuh perhatian. Sorot mata itu masih sama,sorot mata memuja yang membuatku merasa istimewa.

Tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadaku aku langsung spontan memeluk erat tubuhnya. Mendekap erat tubuh proposionalnya,mendesakkan kepalaku pada dada bidangnya dimana itu tempat favoritku dulu. Dia membalas pelukanku tak kalah erat hingga aku semakin terbenam kedalam kehangatan yang telah lama ku rindukan.

Ia terkekeh melihat tingkah spontanku, ku akui merdu suaranya yang paling ku rindukan saat kebersamaan kita.

"Kau sangat merindukanku ya" godanya membelai lembut rambut panjangku yang terurai.

Aku melepaskan pelukan kita,dan memasang muka cemberut andalanku saat aku merajuk kepadanya dengan tangan bersedekap didada aku mendongak menatap matanya yang kini memasang ekspresi bertanya.

"Kau jahat, kenapa baru kembali sekarang?" Protesku. Setelah sekian lama hanya terungkapkan di dalam hati akhirnya bisa juga tersampaikan pada pihak yang bersangkutan.

" I'm sorry I'm late. Aku dipaksa papa untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi di perusahaan cabang sini. Dan bagaimana denganmu,Van?mengapa kamu disini?" Katanya dengan kerutan di dahinya pertanda bahwa dia sedang berfikir keras alasan aku berada disini.

"Hmm...hanya liburan,membuang rasa bosan"jawabku menutupi kebenaran yang ada. Berusaha untuk mengeluarkan nada tenang agar tak mencurigakan.

Mendengar jawaban ku ia menyelidik menatapku. Lalu dia mengeluarkan senyum smirk kepadaku yang bertanda dia mengetahui kebohongan ku. Gawat,dia pasti tahu jika aku berusaha berbohong kepadanya.

"Lantas mengapa kamu menangis?" Tanyanya tenang karena berhasil memainkan taktik untuk menjebakku. Aku gugup tak tau harus menjawab apa.

"A..aku tidak menangis,siapa bilang aku nangis sendirian pula disini kayak orang gila aja" elakku.

"Nana aku mengenalmu melebihi kamu mengenal dirimu sendiri. Jadi jangan paksakan dirimu untuk berbohong kepadaku karena itu takkan berhasil" jawabnya telak. Aku tau bahwa aku tak bisa menghindarkannya dari kenyataan yang mencoba ku tutupi darinya.

Dan akhirnya aku menyerah. Mengalirlag semuanya. Semua yang telah terjadi kepadaku dari A-Z dimana mereka bertemu sekarang.

'Renan pov'

Gadisku ini tak pernah berubah dari dulu. Selalu saja menyembunyikan lukanya dan bersikap bahwa semuanya baik-baik saja padahal aku sangat mengetahui bahwa dibalik ekspresi ceria yang dia tunjukkan kepada orang-orang terdekatnya dalamnya sangat rapuh dan akan pecah kapan saja. Ketika ia menceritakan semua kejadian yang menimpanya aku sangat terkejut,lebih terkejut lagi ketika ia dipaksa menikah oleh seseorang yang bukan manusia biasa. Oh ini sangat sulit dicerna oleh akal sehat manusia manapun. Namun ketika ku tatap matanya,tak ada pancaran kebohongan sedikit pun melainkan pancaran ketakutan dan kebingungan.

Tak bisa ku bayangkan kehidupannya selama ku tinggalkan. Ia terus sesegukan menangis ketika menceritakan semuanya. Ku peluk dan belai rambutnya agar ia lebih tenang. Setelah selesai menceritakan kisahnya tak ada sepatah katapun yang terucap. Hanya nafas teratur yang ku rasakan saat menghembus kaosku yang basah karena air matanya. Terkejutnya adalah ia terlelah dengan lelahnya. Tanpa menunggu lama ku bopong tubuh lemahnya dan berjalan memasuki mobil. Aku akan mengajaknya ke tempat tinggalku yaitu panthouse sampai dia merasa sungguh telah baik-baik saja.

                                                                                   

Note:
     'Hidup yang sebenarnya bukan hanya soal cinta belaka atau derita kehidupan namun soal perjuangan dan pertahanan'

                                                                                   

Givana dan Kerajaan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang