Kenyataan yang Terungkap

3 2 0
                                    

Setelah menenangkan ketegangannya Givana tersadar oleh kenyataan yang mengejutkan ia melamunkan apa yang dikatakan Gio tentang Kak Surya. Givana tak menyadari bahwa sedari perjalanan ia diperhatikan oleh Gio hingga sampai di Istana Gio masih saja mengamatinya dalam diam, hingga ia lelah dan memutuskan untuk bersuara. 

"Sayang apa yang sedang menari di otak cantikmu ini hingga kamu bisa mengabaikanku?" Tanya gio lembut dan Givana masih saja mengabaikan keberadaannya.

"Oh ayolah,sayangg aku tak bisa kau acuhkan seperti aku adalah tembok yang tak menarik" tak mendapat reaksi apa-apa dari sang empunya nama,emosi Gio pun mulai tersulut.

"Givana..."geram Gio, namun emosinya langsung sirna saat otaknya memikirkan ide yang cemerlang untuk menyadarkan istri tercintanya.

Gio memajukan wajahnya secara perlahan mendekati wajah Givana dengan pandangan terpaku pada bibir merah delima milik Givana. Perlahan tapi pasti ketika keduanya mulai menempel erat Gio mulai menggerakkan bibirnya melumat lembut. Hal itu berhasil membuat Givana berjengkit kaget,namun sudah terlambat menyadari saat tangan kekar Gio melingkar erat pada pinggulnya dan menahan tengkuknya agar mengikuti pergerakan kepala Gio. Pelukan tangan Gio semakin erat mengakibatkan tubuh keduanya tidak menyisakan celah sedikitpun. Givana semakin gugup dibuatnya,jantungnya berdetak keras entah karena kekurangan oksigen atau terpancing oleh suasana yang dibuat oleh Gio.

"Eemmmm..."mengetahui givana mulai kehabisan nafas Gio pun melepaskan pagutan mereka. Ia menyeringai senang dengan tangannya bergerak mengusap perlahan bibir yang telah ia buat bengkak.

"Sejak kapan kita tiba di Istana?" Pertanyaan itu keluar dari mulutnya setelah ia mengambil nafas dengan rakus.

"Sejak sesuatu memasuki otak kecilmu itu sehingga mengabaikan panggilanku kesekian kalinya. Makanya aku memakai cara menyenangkan untuk menyadarkanmu"jawab Gio seraya tersenyum senang.

"Maafkan aku gio,tapi bisakah kau melepaskan tanganmu dari pinggulku?karena keadaan ini membuatku..."

"Salah tingkah? Oh ayolah sayang kamu kan istriku jadi aku berhak melakukan apapun terhadapmu"goda Gio memotong kalimat yang dilontarkan Givana.

Givana menundukkan kepalanya untuk menutupi mukanya yang memerah tersipu malu terhadap suaminya yang saat ini masih saja merangkul erat pinggulnya. Gio pun gemas melihat tingkah sang istri yang malu-malu. Dengan perlahan ia mengangkat dagu Givana dan mengarahkan untuk menatap kedua mata tajamnya.

"Jadi,apa yang sedang kamu pikirkan sedari tadi?" Tanya Gio kesekian kalinya. Melihat tatapan tajam Gio membuat Givana merasakan takut meski masih ada kelembutan didalam tatapan itu.

"Aku hanya memikirkan Kak Surya"

"Aku tidak menyangka selama ini dia bukan manusia normal pada umumnya" Lanjut Givana ketika melihat Gio mengetatkan rahangnya pertanda bahwa ia menahan emosi karena sang pujaan hatinya memikirkan lelaki lain saat sedang bersama dengannya.

"Kau sungguh sangat polos sayang,mungkin saja jika kamu masih berkeliaran di luar sana kamu akan banyak diperdaya oleh orang-orang" kata Gio mencoba membuka pikiran givana bahwa dunia ini tak sesimple kelihatannya.

Givana memikirkan kalimat yang dikatakan suaminya itu tentang kenyataan yang baru ia ketahui. Entah kenapa dalam sekejap kehidupannya sangat rumit dengan dikelilingi manusia yang memiliki kekuatan diatas manusia normal lainnya. Bahkan semua ini tak pernah terlintas dalam pikirannya apalagi fantasinya. Yah untuk saat ini yang bisa givana lakukan adalah pasrah pada takdir yang akan membawanya.

"Baiklah tak perlu dipikirkan terlalu larut,aku akan menjagamu bagaimana pun caranya agar dia tak akan bisa mengambilmu dariku. Saat ini yang harus kamu lakukan adalah bersiap untuk makan malam bersama keluarga besarku. Aku akan menunggumu dibawah sayang" ucap Gio dan berlalu setelah selesai mengecup lembut kening givana.

Saat Gio menghentikan kecupannya givana merasa kehilangan. Mungkinkah benih cinta telah hadir di hatinya?

"Kak Surya aku tak pernah menduga akan kenyataan tentang dirimu mungkin kalau bukan karena suamiku aku tak akan pernah mengetahuinya. Mengapa kau menyembunyikannya dariku? Sungguh aku sangat kecewa kepadamu kak" Lirih givana tanpa menyadari bahwa ada yang mendengarkan monolognya dibalik pintu. Bersamaan dengan pintu kamar mandi yang tertutup orang dibalik pintu itu pun juga melangkah pergi meninggalkan penghuni kamar yang sedang membersihkan diri.

Givana dan Kerajaan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang