BAB 3

354 60 18
                                    

Jangan lupa untuk vote ya!!!

Selamat membaca 🖤

•••

Saat ini jam istirahat sedang berlangsung, seperempat orang dari siswa 11 MIPA 1 tengah berada dikelas saat ini.

Brak!

Pintu kelas 11 MIPA 1 terbuka lebar dihantam seseorang disana. Seisi kelas pun dibuat kaget oleh kehadiran seorang gadis diambang pintu yang terlihat kesal tanpa ekspresi. Tak terkecuali Abram, Wara, dan Leo yang dibuat ternganga.

"Apakah Bastian Schweinsteiger ada?" Ucap gadis dengan ekspresi datarnya.

Scarlett mendekati gerombolan Leo berada, tepatnya didepan Sang Ketua Osis tersebut. Mendekatkan wajahnya pada Leo dan menarik dasi cowok itu yang terlihat sedikit tersentak.

Apalagi Wara dan Abram disana yang masih mematung kaku.

"Hei Ketua Osis! Apa Bastian Schweinsteiger ada disini?" Tanya Scarlett lagi pada Leo.

Leo hanya diam, meneguk ludah. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Aku disini," Seorang cowok dengan wajah bulat polos berkacamata dibangku paling pojok terlihat mengangkat tangannya. Ekspresi wajahnya yang menengang bertanya-tanya mengapa Scarlett sedang mencarinya.

Gadis itu menatap cowok culun itu.
Sebelah bibir gadis itu terangkat, menandakan aja sesuatu yang terjadi pada keduanya.

Dengan cepat Scarlett melepaskan genggamannya pada Dasi Leo, membuat tubuh Leo merasa lega seketika.

"Apa-apaan dia!" Batin Leo.

Scarlett melipat tangan didepan dada, berjalan mendekati Bastian yang tentu saja diekori Vanilla disana.

Gadis itu duduk dengan santai dimeja Bastian, menyilangkan kaki dan mengambil secarik kertas yang berada disakunya.

Apalagi ini Ya Tuhan! Batin Ella hanya pasrah.

Jiwa Ella memang berada ditubuh Scarlett. Namun, apakah ia bertukar jiwa atau justru hanya sebatas jiwa tak berdaya diraga Scarlett? Itu yang membuatnya masih tak mengerti bagaimana mengendalikan tubuh gadis ini.

"Aku sangat mencintaimu Scarlett, sudah setahun ini saat pertama kali aku melihat engkau melewati gerbang sekolah dengan tatapan yang anggun. Itu membuatku terpikat kepadamu. Apakah kamu mau menjadi pacarku?" Scarlett membaca lantang sebuah surat yang tentu saja ia dapatkan dari Bastian.

Bastian hanya pasrah, ia hanya meneguk salivanya cepat. Rasa malu itu menjalar seketika ditubuhnya. Membuat lutut cowok itu melemas.

Seisi kelas dibuat tercengang melihat Bastian yang dikenal sebagai seorang yang culun dan pendiam ternyata mempunyai keberanian mengungkapkan perasaannya pada Scarlett yang tak mempunyai hati. Jika memang begitu, itu memang resikonya.

"Jadi ..." Ucapan Scarlett menggantung, sorot mata tajam Scarlett melihat pria didepannya dengan tersenyum simpul disana.

"Cowok idiot ini mau jadi pacar gua HAHAHAHAHA?" Scarlett tertawa lepas disana. Tertawa bagaikan seorang psikopat.

Bastian langsung terduduk lemas dihadapan gadis itu, "Tolong hentikan!" Mohon Cowok itu yang terlihat ingin menangis.

Iba? Itu tak ada dikamus kehidupan Scarlett. Justru Gadis itu makin tertantang, ia langsung menjambak bagian tengah rambut Bastian. Dan dengan paksa mendongakkan kepala cowok itu keatas agar terpampang wajah culunnya yang terlihat memohon ampun.

SCARLETTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang