Cerpen

65 1 0
                                    

Bisikan
Karya: LunettaSilver

"Pergi kamu! Suami tidak berguna!"

Itulah suara yang membangunkan ku dari tidur nyenyak ku, suara teriakan penuh amarah dari ibuku. Namun aku dapat mendengar dibalik suara itu, terdapat kesedihan yang mendalam.

Aku menghela nafas lalu, bangun berdiri dan membuka pintu dengan perlahan-lahan agar tidak membuat suara.

Dan di sanalah aku dapat melihat, ibuku yang melempari ayahku dengan barang-barang yang bisa ia ambil. Ayah hanya diam, menghiraukan ibu. Dia pun mengambil tasnya, lalu pergi keluar untuk bekerja.

Melihat itu, aku menutup pintu kamarku dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Ini semua sudah biasa bagiku. Setiap pagi, aku akan terbangun akibat teriakan orang tuaku lalu, berharap bahwa mereka tidak akan menyadariku dan akan menghiraukanku. Lebih baik dihiraukan dan dianggap tiada, daripada di beri perhatian penuh.

Saat setelah aku sudah siap, aku melihat ke arah cermin untuk memastikan apakah aku sudah rapih atau belum. Aku tersenyum kecil melihat pantulanku di cermin.

Namun tidak tahu apa yang terjadi, pantulanku bukan lagi tersenyum, tetapi menyeringai dengan seragam dilumuri warna merah darah.

Aku melihat kaget dan mundur beberapa langkah. Ingin sekali aku teriak tapi, tidak ada suara yang keluar. Sebelum aku dapat melakukan apa-apa, pantulan tersebut berubah, menampilkan diriku yang ketakutan. Seragam yang tadinya berlumuran merah darah itu, menghilang menjadi warna putih seragam sekolahku.

Apaan itu? Apa yang terjadi? Halusinasi? Sudahlah, nanti saja aku pikirkan. Aku harus berangkat ke sekolah, jika tidak, aku pasti akan terlambat.

Aku menarik nafas dan membuang nya, lalu aku pergi keluar dari kamarku perlahan-lahan, agar tidak diketahui ibuku. Namun, sepertinya keberuntungan tidak ada dipihakku. Saat melewati dapur, aku dapat mendengar suara ibuku yang memanggilku.

"Reina! Kamu anak tidak berguna! Darimana saja kamu?!" teriak ibu. Aku hanya bisa diam ketakutan. Aku masih dapat mengingat seberapa sakitnya pipiku akibat tamparan dari ibuku sendiri.

"M-maaf ibu, aku baru saja bangun," kataku mencoba untuk terlihat lebih berani. Namun aku tahu, kalau aku gagal.

"Dasar anak tidak berguna! Seharusnya kamu membantu ibu! Sini kamu!"kata ibu sambil berjalan ke arahku.

Melihat itu, aku langsung berlari dan membuka pintu rumah. Aku mengambil sepatuku dan berlari masih dengan kaos kakiku. Aku tidak berani melihat ke belakang, aku tidak ingin melihat muka ibu yang sudah pastinya dipenuhi amarah.

Setelah beberapa menit berlari, aku melihat ke belakang. Melihat bahwa ibu tidak mengikutiku, aku memakai sepatuku lalu berjalan ke sekolah.

Aku dapat melihat orang-orang yang menatapku dengan aneh. Namun entah mengapa, mata orang-orang di sekitarku berwarna merah menyala. Aku mengedipkan mataku dan seketika itu juga, mata mereka kembali normal.

Perasaanku tidak enak, aku pun mempercepat langkahku dengan takut.

Sampai di sekolah, aku hanya bisa menghela nafas lega. Untung aku tidak terlambat sekolah, aku tidak ingin mendapat hukuman, terlebih dari Bu Feny, yang merupakan guru pada jam pelajaran pertama hari ini.

Tiba di kelas, aku dengan tenang berjalan menuju tempat dudukku. Namun aku berhenti, melihat bouquet bunga spider lily merah yang ada di atas mejaku.

Aku diam sejenak, lalu aku mengambil bouquet bunga tersebut dan membuangnya di tempat sampah. Aku pun kembali ke tempat dudukku dan melihat sekitarku, ada beberapa murid yang sedang asik berbicara dengan teman mereka masing-masing, ada juga yang sedang asik bermain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen dan FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang