Perpustakaan Tua

7 12 3
                                    

"Ray, sepulang dari kampus nanti, lu mau kemana?" tanya Dita.
"Emm, bingung gue. Tapi yang pasti, gue mau mampir ke perpustakaan Dit," ucap Raya melihat sekeliling taman depan kampus.
"Perpustakaan kampus?" tanya Dita.
"Nggak lah, bosen gue disitu mulu. Gue mau searching di google nanti, perpustakaan yang bagus daerah sini. Paling nanti gue kesitu Dit," ucap Raya.
"Oh gitu, gue nggak ikut yaa. Elu kan tau, gue nggak suka yang namanya perpustakaan," ucap Dita sembari merapikan rambutnya.
"Lagian siapa juga yang mau ngajakin elu," ucap Raya melirik kearah Dita.
"Hehe, ya kali gitu. Kan elu nggak bisa jauh dari gue," ucap Dita tersenyum.
"Yee males banget, emang lu sendiri mau kemana Dit?" tanya Raya.
"Mau kencan gue," ucap Dita tersenyum.

"Kencan?" tanya Raya memastikan ucapan Dita.
Dita berjalan mundur didepan Raya, sembari menganggukkan kepalanya dan tersenyum senang.

"Kok lu nggak pernah bilang ke gue," ucap Raya menyipitkan matanya.
"Bilang apa?" tanya Dita memanyunkan bibirnya.
"Kalo lu udah punya pacar Diittt," ucap Raya mencubit pipi Dita.
"Uuwff sakit Rayaa, lagian ngapain gue bilang-bilang." Ucap Dita mengelus-elus pipinya, yang sedikit memerah karena cubitan Raya.
"Jadi gitu sekarang, main rahasia-rahasiaan sama gue? oke deh," ucap Raya melipat kedua tangannya.
"Elu juga sama," ucap Dita menepuk pundak Raya.
"Nggak lah, sama apaan Dit? emang gue ngerahasiain apa dari lu? kan nggak ada," ucap Raya mulai kesal.
"Tentang Joe," ucap Dita berdiri tepat didepan Raya, menghentikan langkahnya.

"Joe? kan lu udah gue ceritain semuanya, sampe ke hal yang begituan juga. Nah ini tentang pacar lu? boro-boro gue tau lu punya pacar, lu lagi pedekate sama cowok aja gue nggak tau Dit." Ucap Raya mencibirkan bibirnya.
"Itu juga karena gue nyamperin elu dikosan, coba kalo gue nggak kesitu. Terus gue nggak maksa-maksa biar lu cerita ke gue, emang lu bakal blak-blakkan cerita ke gue tanpa gue paksa kayak kemarin? ayo ngomong," ucap Dita ngotot.
"Emm, nggak gitu Dit." Ucap Raya merasa tak enak dengan ucapan Dita.
"Nggak gitu gimana? coba jelasin ke gue?" tanya Dita sambil menaruh ke dua tangan dipinggangnya.
"Iya maaf, pas itu gue cuma belum siap aja cerita ke elu." Ucap Raya merasa bersalah dengan ucapannya.

"Hmmhh, yukk ke kantin sebelum masuk kelas. Gue pengen ngemil," ucap Dita menarik tangan Raya.
"Ayooo cerita Diitt, gue penasaraaann." Ucap Raya sembari menggandeng Dita.
"Hiihh, iya nanti gue ceritain. Sekarang kantin, yukk kita otewe ke kantin." Ucap Dita menunjuk  koridor arah kantin.

Sepanjang koridor menuju kantin, Raya terus merengek agar Dita menceritakan tentang pacarnya itu. Mereka kuliah dibidang yang sama, kejuruan ekonomi. Tidak ada rahasia diantara mereka, bahkan tentang ukuran BH yang dikenakan masing-masing.

"Mpok bohaii, mau beli pukisnya dong lima ribu," ucap Dita pada pelayan kantin.
"Mau yang dingin apa yang baru mateng mba Dita?" tanya mpok bohai.
"Yang baru mateng dong mpok," ucap Dita mengedipkan matanya.
"Okay cantiikk, tunggu bentar yaa," ucap mpok bohai.
"Siap mpok," ucap Dita tersenyum.

"Hei, sejak kapan lu panggil dia mpok bohai?" tanya Raya menegur Dita.
"Sejak lu nggak masuk kampus kemaren-kemaren. Gue jadi akrab sama pelayan kantin, mpok Nani." Ucap Dita melirik tajam kearah Raya.
"Tapi kenapa manggilnya bohai coba? haha," tanya Raya terkekeh.
"Lu nggak liat Ray? noh liat baik-baik body mpok Nani. Beeeehh bohai sayaang, body lu aja kalah sama mpok Nani. Makanya gue panggil dia mpok bohai, lagian dia juga nggak masalah kok gue panggil bohai," ucap Dita tersenyum.
"Hahaa dasar lu," ucap Raya terkekeh geli.

"Mba cantiik, nih pukisnya." Ucap mpok bohai, memberikan pukis pesanan Dita.
"Oke mpok, nih uangnya yaa," ucap Dita.
"Makasih cantiikk," ucap mpok bohai tersenyum.
"Sama-sama mpok bohaaaiii," ucap Dita tersenyum.

"Hmmhh, lu mau beli apa Ray?" tanya Dita, sembari mencium aroma pukis.
"Emm, nggak deh."
"Kenapa lu?"
"Lagi nggak pengen aja," ucap Raya tersenyum.
"Yaudah, kita langsung ke kelas aja deh."
"Oke, yukk!"

"Baik, sekarang saya akan menjelaskan tentang Ekonometrika. Bab pertama, akan saya mulai mengenai hubungan variabel-variabel ekonomi. Silahkan buka buku panduannya halaman 5,"

"Tok tok tok," suara ketukan pintu.

"Masuuk,"

"Permisi pak, maaf kita telat." Ucap Dita dan Raya sedikit membungkukkan badan.
"Ya, duduk." Ucap pak Bimo singkat, dia adalah dosen ekonometrika.

"Bagi yang baru mengikuti kelas, silahkan buka buku panduan ekonometrika halaman 5, bab pertama." Ucap pak Bimo melirik kearah Dita dan Raya.

"Psstt, elu sii pake ke kantin dulu," bisik Raya sedikit menyenggol pundak Dita.
"Yaa sorii," bisik Dita mengedipkan sebelah matanya.

Saat kelas pak Bimo dimulai, seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang hadir nampak begitu serius dan antusias mendengarkan penjelasan yang diberikan olehnya. Berbeda dengan Raya, dia nampak memikirkan sesuatu dan sedikit gelisah berada dikelas itu.

"Hhmmhh, akhirnya selesai juga." Ucap Dita sembari merenggangkan lengannya.

"Elu beneran mau ke perpustakaan Ray?"
"Iya Dit, kebetulan gue udah searching tadi."
"Oh, dimana?"
"Ada, deket sini kok."
"Hmmhh, yaudah kalo gitu hati-hati ya."
"Iya, oiya lu masih punya hutang sama gue Dit," ucap Raya beranjak dari tempat duduknya.
"Hutang apaa?" tanya Dita mengernyitkan dahinya.
"Tentang pacar lu,"
"Oh, oke oke. Nanti gue cerita ke elu yaa," ucap Dita tersenyum.
"Oke, daahhh duluan yaakk." Ucap Raya berjalan keluar, sembari melambaikan tangan ke arah Dita.
"Oke, daaahh," ucap Dita melambai balik ke arah Raya.

Raya memesan gojek untuk mengantarnya kesebuah perpustakaan, jaraknya sekitar 5 kilometer dari kampus.

"Udah sampe mba." Ucap abang gojek yang dipesan Raya, berhenti tepat didepan perpustakaan yang cukup besar namun tak begitu ramai.
"Iya pak, ini uangnya ya pak," ucap Dita membayar gojek tersebut.
"Iya mba, makasih ya mba,"
"Sama-sama pak."

Raya memasuki perpustakaan tersebut, dia melangkah pelan sembari mengamati setiap sudut perpustakaan.

"Bangunannya udah tua ternyata," gumam Raya pelan.

"Hai," ucap seorang pria menyapa Raya.
Raya terdiam dan mengamati pria itu, pria dengan tinggi badan sekitar 180 cm dan kulit berwarna putih sedikit pucat tepat berdiri didepannya.

"Siapa dia?" gumam Raya dalam hati.

"Kenalin gue Agham," ucap pria tersebut mengenalkan dirinya.
"Eh, ee gue Raya." Ucap Raya sedikit gugup.

"Raya, selamat datang di perpustakaan tua ini." Ucap Agham seolah menyambut kedatangan Raya dengan tersenyum.

"Maksudnya apa? perpustakaan tua? kok gue makin ngerasa merinding gini ya," ucap Raya dalam hati cemas, sembari memegang tungkak lehernya.





"Hai teman-teman, terima kasih yang udah mau mampir dan membaca karyaku. Jangan lupa untuk like, komen, dan votenya ya, hehe. Mohon dukungannya, buat karyaku ini."

Salam,
Yuphie77.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Forbidden love! [VAMPIRE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang