Malam-malamku

28 30 6
                                    

"Gue masih bisa merasakan sentuhan Joe disetiap tubuh gue. Meski hanya sampai disitu, tapi terasa nikmat. Gue pengen terus dan berlanjut dengannya, gue pengen dapetin miliknya. Gue pengen lebih Joe, gue pengen menyatu dengan lu." Ucap Raya dalam hati.

"Are you okay honey?" tanya Dita membangunkan lamunan Raya.
"Emh, iya okay kok."
"Akhir-akhir ini aura lu beda dari sebelumnya Ray, nggak ada yang pengen lu ceritain gituh ke gue?" Dita mencoba mengorek hal yang disembunyikan Raya.

Raya tak menjawabnya, dia hanya menggelengkan kepalanya dua kali.

"Hmmhh, gagal lagi. Udah 3 hari ini, gue tanya geleng-geleng mulu nih anak, mana ngelamun terus selama jam kuliah. Kenapa yaa ni anak?" ucap Dita dalam hati curiga.

"Nongki yuuk Ray, gue bete nih." Ucap Dita merengek.
"Emm sori Dit, nggak bisa."
"Kenapa? Biasanya lu selalu mau kalo gue yang ngajakin," ucap Dita sedikit kecewa.
"Iya, gue mau istirahat, capek Dit."  Ucap Raya memegang tengkuk lehernya.
"Yaahh, dari kemaren kita nggak pernah pulang bareng Ray. Ckk, yaudahlah."
"Jangan marah ya Dit," ucap Raya tersenyum.
"Sedikiiitt,"
"Hiiiihh Dita jangan gitu dong,"
"Hmm, iya iya. Mau gue anter balik nggak?"
Raya menggelengkan kepalanya.

"Huh, nggak asik. Yaudah gue balik dulu yaa."
"Hehe, iya Dit."
"Hati-hati di jalan Ray, kabarin gue kalo ada apa-apa."
"Iya, Dit. Lu juga hati-hati bawa motornya yaaa," ucap Raya tersenyum.

"Maaf ya Dit, malam-malam gue sekarang ada Joe. Gue nggak bisa kalo nggak ketemu dia, dia candu buat gue. Mikirin dia aja, udah ngebuat gue melayang." Gumam Raya sembari memegang kedua pipinya, yang mulai memanas.

"Eemmmhh eemmmhh eeemmhh,"

"Sayang, kenapa kau lebih aktif malam ini?" tanya Joe melepas ciuman mereka.
"Joe,"
"Hmm, iya sayang."
"Emm, itu,"
"Katakanlah,"
"Aku malu,"
"Kenapa? Jangan sungkan, katakanlah sayang."
"Aku ingin itu,"
"Itu?"
"Emm iya itu,"
"Ini?" Joe menunjukkan miliknya yang tertutup oleh celana.
Raya mengangguk pelan.

"Hahahahaha," Joe tertawa geli.

"Kok ketawa, iihh gue malu!" Raya menutup wajahnya.

"Sayang, nanti yaa. Belum saatnya," ucap Joe tersenyum.
"Kapan?"
"Nanti, kalau kamu udah siap."
"Gue udah siap kok,"
"Kamu belum siap sayang," ucap Joe mencubit kecil hidung Raya.
"Udah Joe, gue mau sekarang." Ucap Raya merengek.
"Nanti, tunggu kamu matang." Bisik Joe pelan.

"Eeemmmhhh," ciuman keduanya berlanjut, setiap ciuman dan sentuhan Joe membuat Raya mendesah.

"Kamu keluar nggak sayang?" Bisik Joe.
"I iya Joe," ucap Raya terbata, malu.
"Keluarkanlah sebanyak yang kamu mau,"
"Apa bisa? Kita kann, enggaakkk itu,,"
"Bisa sayang, aku bisa melakukannya untukmu. Kamu mau?"
"Iya Joe, mau."
"Ssttt, jangan kencang-kencang. Dari tatapanmu aku juga tau apa yang kamu inginkan sayang."

"Aahhh, gue bener-bener dibuat menggila setiap malamnya oleh Joe. Gue nggak tau dia dateng dari mana, dia melepas semua kepolosan gue. Tubuh gue begitu brutal saat bersentuhan dengannya. Dadanya yang bidang dan perfect, ingin kujelajahi setiap incinya. Aaahh, jadikan gue sepenuhnya milikmu Joe, secepatnya. Tolong Joe, secepatnya." Ucap Raya dalam hati.

"Drrttt drrttt drrrttt,"
"Emm," Raya mengernyitkan dahi dan membuka matanya pelan-pelan.

Terlihat pesan dari Joe,
"Sayang, kamu luar biasa. Aku menyayangimu, tunggu aku datang kembali."

"Huuffttt nyebelin, bales aahh."

"Kamu lebih luar biasa sayang, aku selalu merindukan sentuhanmu bahkan saat ini."
"Hahaha, kamu nakal sekarang ya. Untuk beberapa hari kedepan aku nggak bisa dateng."
"Kenapa?"
"Ada urusan yang harus diselesaikan dan, mengharuskan aku buat pergi dulu sementara."
"Mau pergi kemana? urusan apa? lama nggak?"
"Tunggu aku pulang yaa, perginya lumayan jauh. Nanti kuberikan pelayanan lebih dari sebelumnya."
"Jangan lama-lama,"
"Iya sayang, kamu jangan nakal sama cowok lain yaa."
"Pastinya, aku hanya milikmu seorang Joe."

Senyum Joe melebar melihat isi pesan Raya, hingga memperlihatkan kedua taringnya.

"Siapa?"
"Emh, nothing gham."
"Target baru Joe?"
"Jangan ucap kata itu, dia berbeda."
"Hohooiii, sepertinya seorang gadis."
"Apa dia manusia Joe?"
Joe pergi tak menjawab ucapan Agham.

Agham, adik kedua dari Joe. Keluarga bertaring mereka berisi 1 ayah, 2 ibu dan 7 anak. Sejak kecil, Agham selalu tertarik dengan milik Joe, begitupun kali ini.

"Hemm, sepertinya menarik." Ucap Agham dalam hati, menyeringai.

"Udah seminggu, tapii dia belum dateng lagi. Apa dia sengaja pergi ninggalin gue? Uft, Joe gue kangen." Gumam Raya menutupi wajahnya dengan bantal.

"Hmmhh, malam-malam gue sekarang sepi nggak ada dia, ya Tuhaaan, gue kenapa sii nggak bisa kalo nggak mikirin dia. Meski baru beberapa hari gue ngelakuin itu sama dia, tapi jujur gue yang sekarang udah nggak bisa kalo nggak ada dia. Huuuufftt, Pliiss pulang Joe." Ucap Raya dalam hati.

"Tok tok tok," suara ketukan pintu.

"Joe," Raya bangkit dari tempat tidurnya. Dia berharap yang mengetuk pintunya itu adalah Joe.

"Joe! Ka, eh kamu Dit." Raya kaget, ternyata yang didepan pintu kosannya itu bukan joe, melainkan Dita.

"Joe? siapa dia Ray?" Dita merasa asing dengan nama itu.
"Emm, hehe. Masuk dulu Dit,"

"Bukan dia ternyata, hmmh." Ucap Raya dalam hati."

"So, siapa Joe?"
"Emm, mau minum apa Dit?"
"Air mineral aja."
"Gue ambilin dulu yaa,"
"Hmm," Dita mulai mencurigai Raya.

"Ada yang aneh nih anak, bener kan firasat gue. Dari kemaren-kemaren tingkahnya nggak kayak dia yang biasa, dan sekarang gue denger dia manggil nama cowok! OMG Rayaaa, gue kepo bangeett. Bakal gue korek ampe akar-akar nya nih anak, gue mesti tau siapa Joe sebenernya." Ucap Dita dalam hati.

"Nih Dit," Raya memberikan secangkir gelas berisi air mineral.
"Siapa Joe?"
"Diminum dulu Dit,"

"Glekk gleekk gleekk gleekk,"
Dita meminum air itu dengan penuh semangat, hingga habis tak tersisa.

"Noh, udah. Sekarang cerita ke gue siapa Joe?"
"Emm,"
"Emm? Ayo dong Ray, cerita ke gue." Ucap Dita mulai emosi.
"I iya Dit, tapii,"
"Tapi apa lagi?" Dita menaikkan sebelah alisnya.
"Janji jangan bilang siapa-siapa ya,"
"Lu udah nggak percaya sama gue?"
"Bu bukan gitu Dit, gue cuma pengen lu janji aja." Raya sedikit mengulur waktu sebelum menceritakannya.
"Hmm," Dita menganggukkan kepalanya.
"Hmm, apa Dit?"
"Hmmmm, iyaaaa janji Rayaaa. Gue nggak akan cerita atau bocorin cerita lu ke siapapun. Puas?"
"Hehe iya Dit,"
"Siapa si Joe?"
"Gini Dit, ada satu hal lagi."
"Apa lagii Rayaaaa," Dita hampir kehilangan kesabarannya.
"Janji nggak bakal marah-marah ke gue." Raya mulai cemas, melihat respon Dita.
"Huuuhhh, gue mencoba untuk menghela nafas Raya. Belum mulai aja lu udah bikin gue marah-marah." Dita melirik tajam ke arah Raya.
"I iya maaf, tapi lu mesti janji jangan marah kalo udah gue ceritain."
"Oke, janji nggak marah-marah."







"Hai teman-teman, Terima kasih yang udah mau mampir dan membaca karyaku. Jangan lupa untuk like, komen, dan jadiin favorit juga, hehe. Minta dukungannya yaa, buat karyaku ini."

Salam,
Yuphie77.

My Forbidden love! [VAMPIRE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang