Ketindihan

29 30 7
                                    

"Bentar, dia bilang ngeliat cowok? cowok siapa? aakhhh Ditaaa, gue jadi tambah nggak karuan nih kepikiran, mana nggak bisa tidur dari tadi lagi. Uuukhh pegel banget bahu gue, gue balsemin aja deh." Ucap Raya dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 8 pagi, Raya menuju kantin kampusnya. Dia duduk sendirian menunggu kedatangan Dita, dan melamun memikirkan kejadian semalam.

"Hmmm males banget hari ini, gue pengen nggak masuk kelas. Aaghh," ucap Raya dalam hati.

"Phakk," Dita menepuk pundak Raya.
"Hmm, iya Dit. Kenapa?" tanya Raya pelan.
"Astagaa, apa yang terjadi Ray?" tanya Dita terkejut.
"Maksudnya?" tanya Raya tak mengerti pertanyaan Dita.
"Gue melihat dua bola mata panda didepan mata gue, hehe." Ucap Dita terkekeh.
"Aagh jangan ngledekin gue Dit," ucap Raya menutup wajah dengan lengan tangannya.
"Haha, abis ngapain lu semalem?" tanya Dita.
"Nggak bisa tidur Dit," ucap Raya.
"Terus? Kenapa nggak bisa tidur? ada yang lu pikirin?" tanya Dita.
Raya menjawabnya dengan anggukan kepala dua kali.
"Hmm kenapa? ada yang ganggu fikiran lu? atauuu lu ditagih ibu kos?" tanya Dita.
Raya menggeleng-gelengkan kepalanya dua kali.
"Aduuh jangan cuma ngangguk sama geleng-geleng dong Ray, mana ngerti gue. Cerita dong, lu kenapa?" tanya Dita sambil mengelus pundak Raya.

5 menit telah berlalu, Raya masih tetap diam dan menutupi wajah dengan lengan tangannya.
"Ah bete gue, kalo nggak mau cerita yaudah. Gue juga nggak mau cerita ke elu tentang semalem." Ucap Dita sambil melirik kearah Raya.

"E-eeh, iya gimana semalem Dit? gue penasaran, ucap Raya yang tiba-tiba semangat setelah mendengar ucapan Dita.
"Nah kepo kan lu? gue nggak mau cerita," ucap Dita ngambek.
"Hiihh jangan gitu dong Dit, jangan ngambek atuuh. Ayo cerita, gue penasaran dari semalem Dit." Ucap Raya sedikit memohon.
"Tapi lu juga harus cerita," ucap Dita mengangkat sebelah alisnya.
"Tentang?"
"Lu hari ini kenapa lah,"
"Hmm, okeh okeh. Jadii, gimana?"
"Huft, dasar. Jadi gini,,"

Dita menceritakan mimpinya semalam sebelum dia mengirimkan pesan ke Raya dengan penuh antusias. Namun, Raya nampak tak begitu kaget mendengar cerita mimpi Dita.

"Ekspresi lu kok, biasa aja Ray?"
"Hmm," Raya mengangkat kedua bahunya.
"Lu kenal siapa laki-laki itu?"
"Nggak Dit," Raya tertunduk lemas.
"Jangan-jangan ada yang iseng sama lu,"
"Maksud lu?"
"Sebenernya, gue nggak percaya sii hal-hal begini."
"Hal-hal begini? maksudnya?"
"Hal-hal mistis Ray, lu ngertilaahh maksud gue apa."

Raya terdiam sesaat, mungkin yang dikatakan Dita ada benarnya. Tapi, selama ini dia tak memiliki penggemar ataupun sebaliknya orang yang tak menyukainya. Dari sudut pandang Raya, semua terlihat sama.

"Tapi Dit, lu pikir deh. Aneh nggak sih, kalo ini mistis?"
"Aneh kenapa? justru kalo bukan mistis malah lebih aneh lagi Ray, apa lagi coba? gue mimpiin sosok cowok yang ternyata lu juga pernah mimpiin tuh cowok."
"Iya iya gue ngerti, tapi kann kalo dibilang ada yang suka sama gue, siapa coba? gue kan nggak deket sama cowok-cowok kampus, terus nih yaa kalo ada yang nggak suka sama gue? gue sendiri nggak pernah nyari ribut sama lingkungan sekitar gue."
"Lu bener juga sih Ray, aaaahh gue jadi ikut pusing mikirin lu." Dita bersender dibangku kantin dengan sedikit lemas.

"Hmm yaudah Dit, mungkin ini cuma ilusi gue. Anggep aja ini mimpi tidur gue yang kacau karena gue lagi kecapean akhir-akhir ini, daann kebetulan lu juga lagi sering dengerin cerita tentang hal-hal aneh gue. Jadii udah anggep gitu aja, jangan difikirin lagi ya Dit." Raya mencoba menenangkan Dita, agar sahabat nya itu tak khawatir tentang nya.

"Yakin lu Ray? gue masih kepikiran nih, soalnya aneh misterius gitu buat gue."
"Iyaa yakin kok Dit,"
"Lu jangan pura-pura baik-baik aja ya Ray, kalo ada apa-apa bilang ke gue."
"Iyaa Dita sayaang," Raya tersenyum dan memeluk Dita.

"Gue khawatir Dit, tapii gue nggak mau ngelibatin lu." Ucap Raya dalam hati gelisah.

Malam pun tiba, tak seperti malam-malam sebelumnya. Kali ini Raya merasakan kantuk yang luar biasa.

"Huaaaamm, huaaaaamm," beberapa kali Raya menguap, mata nya mulai berair karena menahan rasa kantuknya itu.

"Emmhh, kayaknya gara-gara semalem kurang tidur. Huaaaamm, aahh ngantuk bangeett,"

"Raya, Ray, terdengar seseorang pria berbisik di telinganya.

"Emh, siapa ya?" Raya terbangun.
Dilihatnya seorang pria tampan, matanya berwarna merah gelap, tubuhnya begitu kekar dan terlihat seksi.
"Hai Raya," pria itu tersenyum.

Raya terbangun dari tempat tidurnya.

"Hah, ka kamu si siapa?" ucap Raya terbata.
"Oh, kenalin. Gue Joe,"
"Joe?"
"Iya,"
"Kamu kok bisa dikamarku?"
"Raya lupa? Kan kamu yang ngajakin masuk ke kamar." Ucap Joe tersenyum.
"Gu gue?"

"Omg! sejak kapan?" ucap Raya dalam hati.

"Ka kamu,"
"Ssssttttt," Joe menghentikan perkataan Raya dengan jarinya, tepat dibibir kecil Raya.
"Bolehkah?" bisik Joe ditelinga Raya.

"Cup"
Satu kecupan mendarat dibibir Raya.

"Hei," ucap Raya yang kaget, kemudian menutupi bibirnya dengan telapak tangannya.

"Jangan ditutupin,"

"Emmmhh,"
Joe kembali mencium Raya, ciuman yang berawal pelan, berlanjut memanas.

"Huh huh huh," nafas keduanya beradu.

"Pelan-pelan sayang, aku milikmu." Bisik Joe.

"Emmmhh eeemmmhhh,"

Joe melepas ciumannya dari bibir Raya, dia mulai menjelajahi area leher Raya.
Raya menggeliat geli, ini pertama buatnya merasakan hal ini. Tangan Joe tak diam begitu saja, dia mulai membuka setiap kancing baju milik Raya.

"Ja jangan disitu Joe, hmmhh." Ucap Raya mulai mendesah.

Joe menindih badan Raya, dari leher bibirnya mulai menjelajahi area dada Raya.
"Sudah mulai masak ya buahnya," bisik Joe menggoda Raya.

"Blussshh," wajah Raya merona malu dengan ucapan Joe.

Joe melanjutkan aksinya, dia mulai bermain di dada Raya.

"Aaahhh eeemmmhh emmmhh, joe joe joe"
Berulangkali Raya mendesah dan menyebut nama Joe.

"Bagaimana sayang? apa harus ku lanjutkan? atau sampai disini saja?" ucap Joe mendekati bibir Raya.

Tanpa sadar Raya menganggukkan kepalanya. Tubuhnya menginginkan lebih dari itu. Tangan mungil Raya, membelai rambut Joe dan punggungnya.

"Coba katakan padaku Raya,"
Raya menganggukkan kepalanya.
"Aku butuh kau mengucapkannya, memohon kepadaku Raya." Ucap Joe sambil mengusap bibir Raya pelan.

"Iya Joe, aku mau." Ucap Raya tertunduk malu.
"Angkat kepalamu sayang, kita sudah sampai setengah. Katakanlah dengan jelas menghadapku,"
"Iya Joe," Raya memberanikan diri melihat kearah mata Joe.
"Memohonlah Raya, akan kulanjutkan untukmu." Ucap Joe tersenyum penuh pikat.

"Deg deg deg deg," detak jantung Raya berdetak tak menentu.
"Huh huh huuh, hmmmhh," nafasnya pun mulai memburu.

"Kumohon Joe, lakukanlah. Aku mau, aku mau lebih dari ini."








"Hai teman-teman, Terima kasih yang udah mau mampir dan membaca karyaku. Jangan lupa untuk like, komen, dan jadiin favorit juga, hehe. Minta dukungannya yaa, buat karyaku ini."

Salam,
Yuphie77.

My Forbidden love! [VAMPIRE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang