*Satu*

344 22 0
                                    


®Sorry for typo.

Terkadang sakit hati bisa dari lingkungan terdekat kita, orang terdekat kita bisa menjadi penyebab luka yang dalam dan tajam. Namun orang terdekat kita bahkan acuh tak acuh dan seolah-olah tidak peduli dengan apa yang entah tak di sengaja atau di sengaja oleh mereka bahwa mereka menyakiti diri kita sendiri, banyak orang di luaran sana mengatakan bahwa rumah adalah tempat dimana kita merasa aman, nyaman dan bahagia. Namun pemikiran kecil ku menganggap itu semua telah salah saat ini, rumah adalah penjara dan penyiksaan mental bagi orang-orang yang tertekan seperti ku, mereka akan menganggap ini adalah sebuah bualan atau omong kosong, namun aku yakin di luaran sana pasti setuju dengan opini ku ini.

Ketika anak seusia ku akan senang dan bahagia bepergian dengan orang tua nya atau temannya, menghabiskan banyak waktu untuk mencari jati diri dan menikmati masa muda, berbanding terbalik dengan aku, aku akan selalu menangis di pojokan kamar ku yang temaram, menangis tanpa mengeluarkan suara dan menekan serta memukul dada ku sendiri agar rasa sakit dan sesak ikut hilang. Aku menganggap dunia tidak akan adil dengan orang pendiam dan punya depresi seperti aku, mereka akan memandang remeh dan jijik pada ku, aku yakin akan hal itu, sangat yakin, mereka akan bilang 'mungkin kau kurang Iman', 'jangan lebay', 'jangan cari perhatian dengan kata-kata jelek itu', atau mereka akan menertawakan aku yang bicara tentang hidup ku.

Nama nya Jung Chanwoo, anak dari Jung Hanbin dan Jung Jennie. Chanwoo bukanlah anak tunggal, ia memiliki saudara laki-laki bernama Jung Junghwan, pemuda yang memiliki garis wajah hampir sangat mirip dengan Chanwoo, bahkan ketika mereka berjalan bersama orang tidak akan pernah bisa membedakan mana Chanwoo dan mana Junghwan. Mereka anak kembar, tidak ada kakak atau pun adik, namun itu seperti hanya akal-akalan kedua orangtuanya agar mereka bisa membagi kasih sayang yang berbeda pada ke dua putra kembar nya.

Junghwan ia selalu di bangga-banggakan oleh Hanbin maupun Jennie, ketika Junghwan mendapat peringkat tertinggi di kelas pemuda tampan itu akan selalu mendapat pujian dan sanjungan dari ke dua orang tuanya. Junghwan memang memilih jurusan bisnis untuk sekolah akhir nya, ia ingin meneruskan kerajaan bisnis ayah nya, setiap hari pemuda itu akan berkutat dengan kertas-kertas putih yang berisi deretan tulisan tentang bisnis. Ia bahkan selalu di banggakan oleh Hanbin di kantor nya dan bahkan Junghwan lah yang di gadang-gadang akan menjadi penerus Jung Corp, perusahaan milik Hanbin.

Jennie bahkan selalu memperhatikan pemuda bernama Junghwan itu, ia dengan bangga nya mengenalkan Junghwan pada teman-teman sosialita nya. Junghwan bak anak emas keluarga Jung, banyak orang yang suka dengan Junghwan, Junghwan di sayang, Junghwan di sanjung, Junghwan di banggakan, dan Junghwan selalu mendapat kasih sayang dan perhatian yang lebih dari Hanbin maupun Jennie.

Tidak seperti Chanwoo.

Pemuda yang memiliki hidung paling mancung di keluarga nya itu diperlakukan berbeda dengan Junghwan, kalau Junghwan selalu di banggakan berbeda dengan Chanwoo, ia akan selalu di sembunyikan bahkan seperti tidak terlihat oleh kedua orangtuanya. Chanwoo tidak minat dengan dunia bisnis seperti kembarannya, Jung Junghwan, ia lebih menyukai seni. Chanwoo bukanlah anak pandai ataupun bodoh, kepandaiannya rata-rata, namun ia juga pernah juara kelas, menjadi yang tertinggi di kelas.

Chanwoo selalu punya anggapan bahwa ketika ia bisa pandai dengan apa yang ia pilih, maka ayah dan ibu nya akan melihatnya dan menganggap keberadaan nya memang ada. Suatu hari Chanwoo pernah mendapatkan juara dalam lomba melukis, kaki nya berjalan cepat ke dalam rumah dengan tangan penuh dengan piala, hadiah serta piagam yang tertera nama nya di sana. Pemandangan pertama yang Chanwoo lihat adalah ibu nya yang duduk sambil mengelus lembut kepala Junghwan, Chanwoo akhirnya bergabung juga di sana dan menunjukkan semua apa yang pemuda itu dapat, ibu nya tersenyum dan hanya melihat apa yang Chanwoo bawa.

"Wah anak ibu hebat, kamu taruh di kamar kamu saja ya!".

Senyuman manis Chanwoo yang mengembang kembali redup, bibir nya melengkung ke bawah. Ibu nya nampak biasa saja bahkan menganggap prestasi yang di dapat oleh Chanwoo hanya sebatas angin lalu, Jennie bahkan menyuruh piagam penghargaan itu di pajang di kamar Chanwoo sendiri, padahal di kamar tamu dan ruangan keluarga berjejer piagam-piagam milik Junghwan. Tak satu pun ada nama Chanwoo di sana, hati anak mana yang tidak sakit melihat perlakuan tidak adil dari orang tua nya?.

Chanwoo saat itu hanya tertawa melihat keadaan nya, piagam yang ada di genggaman tangannya ia buang begitu saja, sama seperti dulu-dulu, orang tua nya masih sama saja. Chanwoo membaringkan tubuh kurus nya di ranjang putih polos nya, air mata nya berjatuhan saat otak kecil nya mengingat perlakuan kedua orangtuanya semenjak Chanwoo kecil, sangat sakit, saat iris mata bulat nya melihat di nakas sampai tempat tidur nya, dimana foto keluarga nya di pajang. Chanwoo berdiri jauh dari ayah dan ibu nya, sedangkan Junghwan, ia di gandeng oleh ibu nya dan bahu nya di peluk oleh ayah nya, Chanwoo kembali menangis saat itu, ia merasakan nyeri di bagian dada kiri nya melihat itu semua.

•••••

"Chanwoo kau bisa berangkat naik taksi kan?, ayah dan ibu mau antar Junghwan ke sekolah, ada rapat wali murid di sana".

Chanwoo menghentikan kegiatan makan nya saat Hanbin berkata begitu, meski hati nya sakit namun ia memaksakan diri untuk tetap tersenyum dan mengangguk, "Iya, aku berangkat dulu".

Chanwoo melangkahkan kaki jenjang nya menjauhi meja makan, makanannya masih banyak saat ia meninggal kan meja makan tadi, namun hati nya tidak kuat saat semua omongan Hanbin dan Jennie yang selalu membangga-banggakan Junghwan. Chanwoo juga anak mereka, Chanwoo juga sangat ingin di suapi seperti Junghwan, dan di beri ciuman di kening setiap pagi oleh Hanbin maupun Jennie, apa permintaan Chanwoo itu berlebihan?, Chanwoo sangat ingin merasakan pelukan kedua orangtuanya meskipun itu adalah yang terakhir kali untuk nya.

Mata bulat Chanwoo menelisik setiap sisi dalam bus, banyak orang yang pergi kerja menggunakan bus saat ini, Chanwoo memilih naik bus karena ia tidak ingin merepotkan ke dua orang tuanya untuk membayar mahalnya taksi. Chanwoo kembali merasakan sakit di dada nya saat iris mata bulat nya melihat anak kecil yang sedang di suapi oleh ibu nya, ibu anak kecil itu sangat perhatian dan sayang pada anak nya, ia menyuapi anak nya sebelum pergi ke sekolah. Senyuman tipis Chanwoo mengembang saat ia membayangkan diri nya lah yang berada di posisi anak kecil itu, pasti menyenangkan.

"Aku juga ingin", Chanwoo tersenyum kecut dengan tangan yang menghapus air mata yang turun.

"Bodoh, kau tidak akan mendapatkan semua itu Chanwoo", Chanwoo memukul kepala nya sendiri saat membayangkan hal itu, mana mau Jennie menyuapi anak bodoh seperti nya?.

Mata indah Chanwoo terpejam rapat untuk menahan air mata nya, hati nya sakit sekali, sekalipun ia menjadi yang terbaik, Chanwoo tidak akan bisa menjadi seperti Junghwan yang hampir mendekati sempurna.

"Aku ingin mati saja".




















The last January snow seasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang