® Sorry For Typo
Seperti yang Chanwoo bilang tempo hari, ia ingin menyumbang beberapa sumbangan untuk panti asuhan dengan uang hasil keringatnya sendiri. Jadi di sinilah Chanwoo berada, di cafe yang terkenal milik pamannya, Cha Eun Woo, ia bekerja paruh baya, setelah pulang sekolah pemuda berumur 17 tahun itu akan pergi bekerja pada paman nya.
Chanwoo juga sering berkunjung ke rumah sakit Chanyeol, hanya sekedar menanyakan tentang obat atau keadaan nya yang kadang sukar memburuk. Dokter bermata lebar itu juga memberitahu hal penting pada Chanwoo agar pemuda itu tidak terlalu bekerja keras dan capek. Namun bukan Chanwoo kalau tidak keras kepala, ia tetap rela bekerja dan terus mengalami kecapean. Chanwoo juga selalu berkunjung ke anak kecil penderita kelainan pada ginjal nya, ia selalu menghibur anak kecil itu dan berjanji akan memberikan dua ginjal nya pada nya.
Nasib Chanwoo sedang baik-baik akhir-akhir ini menurut diri nya sendiri, pada saat Chanwoo kembali membeli obat, Chanwoo mendatangi seorang anak yang menderita katarak, katarak itu sangat lah parah membuat anak perempuan bermarga Kim yang Chanwoo temui harus menderita buta. Hati kecil Chanwoo tergerak untuk mendonorkan mata indah nya, awal nya gadis kecil itu menolak karena pemuda yang ingin rela mendonorkan mata untuk nya itu masih sehat, namun Chanwoo memberitahu bahwa keadaannya kurang baik, hingga akhirnya gadis kecil itu mau dengan tawaran Chanwoo.
Chanwoo duduk di salah satu kursi yang tersedia di cafe milik pamannya, matahari sangat terik hari ini. Tangan panjang Chanwoo terulur untuk membuka topi putih nya, telapak tangannya mengibas pelan agar ada aliran udara sejuk menerpa leher nya. Chanwoo harus bekerja lebih keras lagi agar cita-cita nya tetap tercapai, walau umur nya sudah tidak lagi lama. Chanyeol menvonis Chanwoo hanya bisa bertahan dua bulan. Singkat, sangat singkat, karena kanker yang di derita Chanwoo sudah lama dan ia tak kunjung memeriksakan diri pada dokter.
"Kau tidak pulang?", Chanwoo tersadar dari lamunannya dan menengok di samping kanannya dimana pamannya duduk bergabung dengannya.
Chanwoo menggeleng kan kepalanya sebagai jawaban, "Paman takut kau kecapean", Eun Woo berbicara dengan nada khawatir.
"Tidak apa-apa paman", Chanwoo menyunggingkan senyuman manis nya pada paman yang sudah ia anggap seperti ayah nya sendiri.
"Paman ingin kau memberitahukan penyakit mu pada kedua orangtuamu".
Chanwoo hanya menggeleng pelan dengan menundukkan kepalanya dalam-dalam, pamannya itu sudah tau bahwa Chanwoo menderita penyakit berbahaya. Saat seminggu yang lalu Chanwoo memaksa Eun Woo untuk menerima nya agar bisa bekerja di cafe milik nya, hari itu juga Chanwoo bekerja. Namun baru setengah hari pemuda itu bekerja, penyakit nya kambuh yang mana membuat nya jatuh pingsan. Eun Woo langsung membawa nya ke rumah sakit. Pertama kali Eun Woo mendengar bahwa keponakannya menderita kanker ia terkejut bukan main.
Eun Woo bahkan mendesak Chanwoo untuk menjelaskan apa yang di katakan oleh dokter, Eun Woo bahkan berharap itu semua hanya perkataan bohong dokter. Namun semua itu pupus saat Chanwoo dengan mulut yang bergetar dan air mata yang membanjiri pipi nya berkata bahwa semua itu memang benar adanya. Disitulah Eun Woo merasakan dunianya serasa sesak, belum kering tanah kubur mendiang istri dan anaknya, kini ia harus mendengar kabar buruk bahwa keponakannya mengalami penyakit mematikan dan umur nya tak lagi lama. Eun Woo juga yang pertama membentak Chanwoo karena pemuda itu tidak mau memberitahu orang tua nya tentang keadaannya, namun setelah Chanwoo menceritakan semua yang terjadi pada hidup nya dan keinginan kecil nya, Eun Woo dengan tidak rela menuruti keinginan Chanwoo.
"Paman".
Eun Woo memiringkan kepalanya ke kiri saat keponakannya memanggil, dilihatnya pemuda itu menatap langit cerah yang ada di atas kepalanya.