*Dua*

128 21 0
                                    

®Sorry For Typo

Ada kalanya seorang anak di perlakukan baik oleh ke dua orang tuanya, entah itu perhatian kecil atau senyuman manis untuk menyemangati awal pagi mereka. Chanwoo sangat menginginkan hal itu, mata nya selalu berair ketika melihat Hanbin maupun Jennie selalu memperlakukan Junghwan sangat baik, setiap pagi baik Hanbin maupun Jennie selalu mencium kening Junghwan, sedangkan Chanwoo tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Ibu dan ayah nya hanya memandang nya sebentar setelah itu mereka akan kembali fokus pada Junghwan.

Seperti hari ini, hari ini adalah hari dimana Chanwoo dan Junghwan memasuki kelas dua SHS. Seperti biasa Junghwan mendapat nilai tertinggi lagi, dan Chanwoo hanya mendapat peringkat ke dua di kelas seni. Sejak pulang dari sekolah Junghwan Hanbin dan Jennie membanggakan Junghwan pada tetangga nya yang bertanya tentang nilai Junghwan, namun mereka tidak membanggakan Chanwoo. Hanbin dan Jennie bahkan tidak datang ke sekolah Chanwoo, mereka beralasan Junghwan mendapat peringkat tertinggi sehingga orang tua harus hadir di acara itu.

Chanwoo menyeret kaki nya menuju kamar nya, kamar sederhana dengan tembok berwarna putih dan hanya sedikit poster baseball kesukaannya. Tubuh kurus nya ia lempar ke kasur empuk nya, sedangkan tangan nya yang masih membawa nilai raport ia bawa di depan wajah nya. Chanwoo serasa ingin merusak gendang telinga nya saat ia mendengar suara ayah dan ibunya yang terus membanggakan Junghwan. Hati nya kembali sakit saat ini, badannya panas dan dingin, dan keringat dingin mulai membanjiri tubuh Chanwoo.

"Hiks...", Chanwoo menutup rapat mulut nya, ia tidak boleh merusak momen bahagia Junghwan dan orang tua nya.

"Kenapa ayah dan ibu tidak pernah sekalipun memandang aku?, apa aku bukan anak kalian?, ibu ayah apa kalian tidak mau memeluk ku sekalipun itu yang terakhir kali nya?", Chanwoo menutup mata nya menikmati rasa nyeri di dada nya.

Chanwoo buru-buru berdiri dari posisi tidur nya saat ia merasa kepalanya seperti di robek, Chanwoo meremat rambut nya dengan sangat kuat berharap rasa sakit yang mendera di kepala nya akan hilang. Sekarang yang di rasa Chanwoo adalah sebuah cairan yang mengalir di hidung nya, cairan pekat berwarna merah dengan bau anyir itu keluar dari hidung nya, tak lama kemudian dada nya kembali nyeri, bukan nyeri karena sakit hati, namun ini sangat sakit. Chanwoo terbatuk dengan keras, dapat ia lihat cipratan darah keluar dari mulut nya kali ini, darah nya bahkan mengotori lantai porselen kamar nya.

Dengan sisa tenaga ia berdiri menjauhi ranjang, darah masih saja keluar dari hidung dan mulut nya. Chanwoo terus terbatuk hingga dada nya kembali sakit, ia mengeluarkan seluruh darah yang mengalir dari mulut dan hidung nya. Ia membasuh wajah dan mulut nya, ia tatap wajah pucat nya yang sayu, ia kembali tersenyum tipis mengingat kejadian tadi. Benarkan kalau Chanwoo tidak berhak bahagia?.

"Tuhan kau begitu baik pada ku, kau selalu mendengar doa ku, haahhh akhirnya", Chanwoo bersandar di wastafel kamar mandi nya, ia masih meremat dada nya yang masih sakit.

Tangan Chanwoo terulur untuk mengambil sesuatu dari saku celana hitam nya, sebuah benda tajam yang tidak ada karat sedikit pun, silauan benda tajam itu menembus mata bulat Chanwoo. Ia arahkan benda tajam itu di pergelangan tangan nya, ia gores sedikit demi sedikit, ia meresapi rasa sakit yang ia rasakan, tidak bisa di jelaskan bagaimana rasa nya, namun ia bisa merasa lega saat ada darah yang mengalir dari pergelangan tangannya.

"Ini sakit, namun aku menyukai nya".

Pernah mengenal self harm?, mungkin sebagian orang asing dengan kata-kata itu, namun bagi orang yang memiliki depresi seperti aku akan faham atau bahkan mengerti apa itu self harm. Self harm adalah perbuatan menyakiti diri sendiri dengan benda tajam atau tumpul untuk pelampiasan rasa sakit dan putus asa yang mendera diri nya. Self harm bisa di bilang bunuh diri kecil, pelaku self harm akan merasa tenang dan merasa ringan saat melakukan perbuatan menyakitkan itu, namun bagi seorang yang memiliki depresi itu hanya awalan untuk diri nya.

The last January snow seasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang