® Sorry For Typo
Warn: part terpanjang!
Chanwoo tersenyum manis saat ia bisa melihat tawa bahagia anak-anak panti asuhan yang mendapat kan hadiah dari dirinya. Eun Woo dan dirinya mendatangi panti asuhan di mana banyak anak jalanan dan anak yang di buang oleh orangtuanya. Hati Chanwoo tergerak untuk menolong mereka karena pernah suatu hari Chanwoo bertemu dengan anak panti yang menangis di jalan dengan sepatu yang jebol, karena itulah Chanwoo menyumbang banyak bahan makanan, baju, seragam, buku, tas dan sepatu.
Eun Woo menepuk pundak keponakannya saat Chanwoo terbengong di depan jalan raya. Chanwoo tidak menghiraukan pamannya itu, ia berjalan menjauh dari pamannya yang kini berdiri menatap cemas Chanwoo, pasal nya pemuda itu memberitahukan kepada nya bahwa kakak nya kini sedang terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit dan Junghwan membutuhkan pendonor jantung untuk menunjang hidup Junghwan.
Kaki jenjang Chanwoo melangkah pelan ke arah resepsionis rumah sakit, ia sudah siap untuk saat ini, toh hidup nya sudah tidak lama lagi, tinggal menunggu hitungan jam ia sudah tidak bisa bernafas lagi. Chanwoo mengusap kasar air mata nya, ia tidak mau menangis lagi, setelah ini ia akan bahagia begitupun dengan keluarganya. Mereka akan bahagia tanpa dirinya.
Ini adalah musim salju terakhir untuk Chanwoo, Januari, dimana bulan yang selalu Chanwoo tunggu, namun untuk saat ini dia serasa tidak mau menunggu Januari ini. Banyak kejadian yang membuat dirinya sesak, ia bahkan susah bernafas saat mengingat betapa berat nya hidup. Tangan nya menyentuh satu tetesan hujan salju, tangannya dingin dan ini adalah salju terakhir dan terindah untuk dirinya.
"Aku pulang", Chanwoo mengulas senyuman saat ia mendongak melihat gelapnya langit malam tanpa bintang itu, satu tetes darah kini keluar dari hidung nya.
Chanwoo kembali dari atap rumah sakit, ia melangkah pelan ke arah poli anak, dimana ia sudah berjanji untuk memberikan ginjal nya pada anak itu. Anak itu sedang tertidur saat Chanwoo berkunjung, ia hanya berbincang dengan orang tua anak itu, sebelum ia pergi, Chanwoo meninggalkan beberapa lembar uang pada orang tua anak itu untuk kebutuhan nya. Kini ia melanjutkan berjalan ke gadis kecil yang buta, gadis kecil itu langsung memeluk lutut Chanwoo, Chanwoo berjongkok mensejajarkan diri nya dengan tubuh anak kecil itu.
"Kakak, kakak jangan pergi, aku tidak apa jika tidak bisa melihat asalkan kakak jangan pergi....hiks", Chanwoo menghapus air mata gadis kecil itu dan mengecup kening gadis kecil, ia bawa tangannya untuk di dekap.
"Jangan menolak keberuntungan dari Tuhan, ini adalah jalan yang terbaik untuk kita berdua. Berjanjilah pada kakak agar kau menggunakan mata ku ini dengan baik, kau faham hm?", gadis kecil itu mengangguk dan ia langsung memeluk tubuh kurus Chanwoo.
"Terima kasih kak, kakak berhati malaikat", Chanwoo hanya mengangguk dan mengelus lembut punggung gadis kecil yang ada di dekapannya.
Chanwoo melanjutkan langkahnya, ia melihat tubuh ibu nya dari belakang, sungguh ia ingin memeluk tubuh ibu nya. Karena ini hari terakhir untuk nya, ia ingin ibunya memeluk dirinya sebelum ia pergi jauh dan tak kembali pada mereka. Dada Chanwoo terasa sesak saat mengingat bahwa umurnya sudah tak lagi lama, ia masih ingin melihat kakak, ayah dan ibunya. Ia masih ingin banyak berbuat baik, ia ingin memberikan kado untuk ayah nya yang akan berulang tahun, bahkan dia sudah mempersiapkan hadiah nya.
Chanwoo berjalan kembali menuju ruangan Chanyeol, kini keadaannya sudah sangat lemah, kepalanya sudah sangat sakit, darah dari hidung nya semakin banyak bahkan beberapa kali ia terbatuk darah. Chanwoo menahan tubuhnya di tembok saat nafasnya tersengal-sengal, dada nya serasa di remas kuat-kuat, kepala nya seakan-akan ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam. Ia harus menahan darah yang terus menerus keluar dari mulut dan juga hidung nya, ia terus mengerjapkan matanya agar kesadarannya tetap stabil, namun itu sia-sia, pandangan nya semakin menggelap.