⛓️ 05. ☠️

428 129 30
                                    

Jeno dan Jaemin segera mendatangi tempat sesuai lokasi yang telah dikirim oleh Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno dan Jaemin segera mendatangi tempat sesuai lokasi yang telah dikirim oleh Renjun. Jarak yang ditempuh lumayan memakan waktu dan menguras tenaga mereka.

Sebelum mendatangi lokasi yang dikirim oleh Renjun, Jeno dan Jaemin sudah mengobati luka-luka yang ada di tubuh Jisung serta membersihkan jaketnya yang penuh dengan lumpur.

Mereka juga meminta Haechan untuk menjaga Jisung sementara waktu selagi mereka menjemput Renjun dan dua temannya yaitu Mark dan Chenle.

Setibanya di tempat yang dituju, Jeno dan Jaemin hanya melihat Mark dan Chenle yang sedang terlelap tidur beralaskan daun. Lantas, di manakah Renjun?

Banyak pertanyaan bermunculan dalam pikiran mereka serta perasaan cemas memikirkan di mana keberadaan Renjun saat ini.

"Woy, bangun!" ucap Jaemin sambil menggoyangkan pelan tubuh Mark dan Chenle secara bergantian.

Chenle perlahan membuka matanya, setelah itu diikuti dengan Mark. Mark merubah posisi dirinya yang awalnya tiduran kini duduk bersandar di batang pohon besar yang menaungi mereka.

"Renjun mana?" tanya Mark heran setelah menyadari hanya ada dirinya, Chenle, Jeno dan Jaemin di sini.

"Kok nanya kita, sih?" ujar Jeno kesal.

"Renjun ke mana? Jangan sampai terulang kek Jisung. Kalau iya, berarti ini salah kalian." ucap Jaemin dengan raut wajah datar.

"Lho? Bukannya tadi Renjun ada sama kita, ya?" tanya Chenle yang masih santai tiduran di atas daun yang dibawa oleh Renjun.

Mereka terus berdebat dan menjelaskan kronologi sebelum Renjun benar-benar hilang dan menyalahkan satu sama lain. Jaemin yang sadar hal itu hanya akan membuang-buang waktu segera menyelesaikannya.

"Cukup. Kita cari Renjun, tapi sebelum itu kita kembali ke tempat kelompok satu, Jisung udah ditemukan."

Chenle merubah posisinya seperti Mark, ia terkejut sekaligus senang mendengar kabar bahwa Jisung masih hidup.

"Bentar, kalian liat ke arah sana, deh," ujar Mark sembari menunjuk arah yang dimaksud dengan jari telunjuknya. "Ada jejak kaki," lanjutnya.

Jeno, Jaemin, dan Chenle segera melihat arah yang dimaksud oleh Mark.

"Apa itu jejak kaki Renjun?" tanya Chenle.

"Keknya iya, kalau dilihat-lihat tanah di sekitar sini agak basah, jadi jejak kaki seseorang bisa terlihat dengan jelas," sahut Jaemin sembari memperhatikan arah jejak kaki itu mengarah ke mana.

"Jadi, selanjutnya apa?" tanya Jeno kebingungan, kembali ke tempat kelompok satu dan berdiskusi bersama tentang hilangnya Renjun atau mengikuti jejak langkah kaki dan mengikuti arahnya?

Mereka semua tampak diam sesaat hingga pada akhirnya Jaemin memutuskan pendapatnya.

"Kita kembali ke tempat kelompok satu, setelah itu kita cari Renjun bersama-sama supaya gak ada lagi yang hilang diantara kita."

Mereka semua setuju dengan keputusan Jaemin. Mark dan Chenle segera merapikan daun-daun yang menjadi alas tidur mereka. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju tempat kelompok satu.

Di perjalanan, mereka menemukan pohon pisang. Mark segera mengambil buah pisang itu dari pohonnya satu persatu dan membagikannya pada Jaemin, Jeno, dan Chenle.

Jeno sempat terpeleset beberapa kali di tengah perjalanan dikarenakan tanah yang basah sehingga sangat licin jika dilewati.

"Cerita yang diceritakan Haechan waktu di mobil itu benar gak, sih? Tentang hutan ini yang banyak terjadi kasus orang hilang dan pembunuhan?" tanya Chenle sembari memakan buah pisang miliknya.

"Terlepas dari benar atau tidak nya, kita harus tetap hati-hati, dan yang terpenting jaga satu sama lain," balas Jaemin.

"Jangan-jangan Renjun-"

"Diam, Mark!" bentak Jaemin. Bagi Jaemin, perkataan Mark tadi hanya akan memperkeruh suasana.

Mark tertawa, "Lo takut, ya?" ucapnya pada Jaemin.

Jaemin melirik tajam ke arah Mark. Mark segera mengalihkan pandangannya.

Jeno yang melihat tingkah Jaemin dan Mark diam-diam tertawa kecil.

"Jisung gimana keadaannya sekarang?" tanya Mark mengalihkan topik pembicaraan.

"Baik-baik aja," jawab Jaemin singkat.

"Ceritanya panjang, Mark. Nanti setelah keadaannya membaik gue ceritain," balas Jeno. Mark pun mengangguk.

Mereka sudah lelah, lelah dalam hal apapun. Jaket dan sepatu yang mereka kenakan sudah kotor terkena lumpur. Mereka ingin beristirahat sejenak, tapi bagaimana bisa? Masalah tak pernah berhenti menghampiri mereka.

Mereka seharusnya sudah tiba di tempat tujuan dan menghabiskan waktu bersenang-senang menikmati api unggun dan bernyanyi bersama.

Tetapi, keadaan justru berbanding terbalik dari apa yang mereka harapkan.

Mulai dari pohon tumbang yang menghalangi jalan, Jisung izin buang air yang mengakibatkan dia hilang tanpa alasan yang masuk akal, dan sekarang mereka tak tau di mana keberadaan Renjun.

"Apa masih ada waktu untuk melanjutkan rencana liburan kali ini? Sedangkan masalah gak habis-habis," keluh Mark.

Jaemin menghela napasnya, untuk kali ini ia tak tahu harus menjawab apa. Ia benar-benar frustasi dengan keadaan, bukan hanya dirinya, tetapi teman-temannya yang lain pun pasti merasakan hal yang sama seperti dirinya.

"Gimana nasib mobil peninggalan mama gue yang ada di tepi jalan?" ujar Jaemin menundukkan kepalanya. Setetes air mata pun perlahan membasahi pipinya.

Mark mengelus punggung Jaemin, "Maafin gue, ya. Karena gue dan Chenle tidur kek orang mati sampai gak sadar kalau Renjun udah gak sama kita lagi dan itu nambah masalah buat kita semua," ucapnya menyesal.

"Dan seharusnya setelah Jisung ditemukan kita bisa lanjutin perjalanan ke tempat tujuan buat camping, tapi-" lanjutnya.

Jaemin menggelengkan kepalanya, "Gak apa-apa. Gue cuman merasa bersalah sama diri gue sendiri kalau seandainya gue gak bisa jaga hadiah terakhir ulang tahun dari mama gue sebelum beliau benar-benar pergi ninggalin gue buat selamanya."

Suasana yang tadinya mencekam kini berubah menjadi haru.

Chenle merentangkan tangannya bermaksud menawarkan Jaemin jika ia butuh pelukan. Jaemin pun segera memeluk Chenle dan menangis di punggung lelaki itu.

"Mah, Jaemin kangen sama mama. Jaemin kesepian, Mah. Jaemin gak punya tempat cerita buat berkeluh-kesah. Papah selalu sibuk sama pekerjaannya. Apa yang Jaemin minta pasti papah kabulin dan Jaemin selalu dikasih uang tapi gak pernah dikasih perhatian seperti mama kasih perhatian buat Jaemin, dulu."

Jaemin benar-benar meluapkan apa yang ia rasakan selama ini, masih dalam posisi di pelukan sahabatnya itu.

Jeno yang menyaksikan itu pun tak sadar air mata membasahi pipinya, begitu pun dengan Mark yang tak kuat melihat adegan yang sedang terjadi di hadapannya.

Semenjak kepergian mamanya, Jaemin menjadi anak yang tak banyak bicara dan mudah sensitif dengan lingkungan sekitarnya.

Jaemin melepas pelukannya, "Kalian janji gak akan ninggalin gue, kan?"

"Janji," ucap Mark, Jeno, dan Chenle secara bersamaan.

Setelah perasaan Jaemin sedikit membaik, mereka segera melanjutkan perjalanan ke tempat kelompok satu.

•••

CAMPING (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang