Part 1

955 47 1
                                    

“Kau akan dijodohkan dengan Leo.” Kata-kata itu muncul begitu saja dari mulut Tuan Yoon dan berhasil membuat putri semata wayangnya terbengong-bengong tak percaya. Bagaimana tidak, umurnya baru menginjak 18 tahun dan ia akan dijodohkan dengan pria yang belum pernah ia temui sebelumnya.

“Tapi ayah, umurku baru 18 tahun.” Keluh Bomi sambil memajukan bibirnya.

Tuan Yoon menjitak kepala putrinya pelan. “Ayah tak mengatakan bahwa kau harus menikah sekarang.” Ujar Tuan Yoon dengan santai.

Tuan Yoon, ayah dari Yoon Bomi adalah seorang saudagar kaya dan beliau merupakan pemilik saham terbesar di Pulau Jeju. Tuan Yoon hanya memiliki seorang anak gadis yang cerewet dan susah diatur. Bomi bukan seperti anak gadis kaya lainnya, ia cenderung tomboy dan berkelakuan seenaknya.

Bomi masih memajukan bibirnya.

“Apa boleh buat? Kau adalah anak semata wayangku.” Jawab lelaki paruh baya itu sambil tetap melanjutkan makan malamnya.

“Tapi...” Keluh Bomi sambil memajukan bibir kecilnya.

“Tak ada tapi-tapian. Ini sudah keputusan diantara dua pihak. Kau tak bisa membatalkannya. Mendiang ibumu juga pasti akan setuju dan senang dengan keputusan ini.” Potong ayahnya dengan santai. “Ya, aku sudah selesai. Terimakasih atas makan malamnya.” Lanjut Tuan Yoon, Ayah Bomi lalu kembali ke kamarnya.

Bomi hanya terdiam di meja makan dengan santap malam yang hanya tersisa sebagian. Ia lalu menghabiskan makan malamnya dengan tak berselera.

‘Ah, andai saja ibu ada disini..’ Batin Bomi sambil menghela nafas panjang. Ibu gadis itu ‘menghilang’ saat Bomi baru berumur 5 tahun. Bahkan ia tak ingat bagaimana wajah ibunya. Ayahnya tak menyimpan selembarpun potret ibunya. Tapi Bomi percaya, ibunya adalah seorang wanita penyayang dan lembut seperti dirinya.

Malam itu, ia tak bisa tidur dengan lelap. Semuanya bercampur aduk di dalam pikirannya. Bagaimana sosok Leo, seperti apa sifatnya, bagaimana... ah, terlalu banyak yang ia pertanyakan. Lagipula ia tak begitu tertarik dengan penjodohan ini. Sedetik kemudian ia mulai penasaran lagi.

“Kadang aku menyesal karena keingintahuanku yang begitu besar.” Keluhnya dan mencoba tidur.

***

“Selamat pagi, nona.” Sapa seorang pelayan sambil membuka tirai jendela kamar Bomi. Sinar matahari pagi menembus kaca dan langsung menerpa wajahnya. Matanya berkedip terkena silau matahari pagi.

“Se-selamat pagi.” Ujar Bomi membuka matanya lalu duduk sambil meregangkan badannya.

“Sepertinya anda terlihat lelah sekali, nona.” Ujar pelayan itu.

“Ya, aku susah tidur semalam.” Balasnya dengan rambut seperti benang kusut.

Bomi lalu bersiap-siap pergi ke sekolah seperti biasanya.

“Selamat pa-“ Sapaannya terhenti ketika ia melihat ayahnya berbicara dengan seorang pria asing di ruang tengah. Bomi segera menuruni tangga dan menghampiri ayahnya.

“Selamat pagi, Puteri Kecilku. Kemarilah.” Ujar ayahnya sambil tersenyum pada Bomi.

Bomi kemudian menghampiri ayahnya dan menatap dingin ke arah pria itu.

I'm Your OwnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang