Part 3

477 39 18
                                    

 Sinar matahari pagi menerpa wajahnya dari celah tirai kamarnya. Bomi berkedip-kedip kesilauan. Hari itu hari minggu, kegiatannya hari ini adalah tidur, makan, kemudian tidur lagi. Sudah menjadi rutinitasnya di hari libur. Bomi memejamkan matanya perlahan dan membuka kembali matanya ketika mendengar ketukan dari luar pintu kamarnya. Dengan langkah enggan, Bomi membuka pintu kamarnya.


"Aku diperintahkan Tuan Yoon untuk mengajakmu berkeliling melihat kebun milik Nyonya Yoon." Ujar Taekwoon yang sudah siap dengan jas hitamnya. Bomi menghela nafas berat, gagal semua rencananya di hari libur.

"Mmh.. Baiklah. Aku akan segera bersiap." Ujar Bomi dengan rambut yang masih kusut.


 Hanya butuh waktu 10 menit bagi Bomi untuk mempersiapkan dirinya. Celana jeans pendek dengan kaus putih pendek dan rompi jeans ditambah rambut yang ia ikat kuncir kuda untuk mempermanis penampilannya. Bomi turun untuk sarapan dan berpamitan pada Tuan Yoon, ayahnya. Bomi lalu memakai sepatu kets-nya dan masuk ke mobil.


"Yap, ayo berangkat!" Ujarnya bersemangat.

Taekwoon menjalankan mobil dan melaju dalam kecepatan sedang. Jalanan tampak cukup ramai, karena itu hari libur.

"Kau terlihat bersemangat sekali." Komentar Taekwoon setelah melihat senyum menghiasi wajah Bomi dari kaca spion.

"Aku sudah lupa bagaimana wajah ibuku. Hanya kebun itu yang tersisa darinya. Aku selalu merasa nyaman ketika aku berada di kebun milik Ibu." Bomi tetap memasang senyum di wajahnya.

"Aku sudah tahu soal itu." Gumam Taekwoon.

"Hm? Kau berbicara apa?" Tanya Bomi penasaran.

"Tidak." Jawab Taekwoon pendek. Bomi hanya mengerucutkan bibirnya. Pandangannya teralihkan oleh pemandangan yang ada di kiri dan kanannya.


 Butuh waktu cukup lama untuk bisa sampai ke kebun Nyonya Yoon. Jika menempuh jarak dari kota memang lumayan jauh. Taekwoon memarkirkan mobil tepat di depan kebun itu. Bomi turun dari mobil dengan mulut menganga.


"A-apa i-i-ni?" Bomi jatuh terduduk ketika melihat kebun milik ibunya kini menjadi seperti hutan rimba. Tak ada keindahan bunga-bunga seperti terakhir kali ia mengunjunginya.

"Kau tak apa?" Ujar Taekwoon sambil memegang kedua pundak Bomi dan membantunya berdiri perlahan. "Semua karyawan yang bekerja disini mengundurkan diri karena tidak ada lagi yang bisa mengelola tempat ini. Bibit bunganya pun harus didatangkan dari luar kota, sedangkan mereka kekurangan transportasi untuk mendapatkan bibit baru. Semua bunga yang dijual dari hasil kebun ini pun kebanyakan sudah layu saat di perjalanan." Jelas Taekwoon panjang lebar.


 Bomi menitikkan airmatanya. Ini adalah satu-satunya tempat ia bisa merasakan kehangatan dari ibunya. Bomi berkeliling kebun yang cukup luas itu sendirian. Ia melihat sebuah pot bunga. Ada sebuah kuncup mawar merah di pot itu, ia lalu mengambilnya dan menunjukkannya pada Taekwoon.

"Aku menemukannya. Tapi.. Bagaimana bisa ia bertahan?" Ujar Bomi sambil masih terisak.


Taekwoon menyeka airmata Bomi lembut dan menepuk pelan kepala gadis itu.

"Hidup adalah sebuah pilihan. Jika kau bertekad untuk hidup, kau harus memperjuangkannya. Lihatlah kuncup mawar ini. Ia sudah berusaha untuk hidup meski yang lain sudah menyerah untuk hidup." Taekwoon mengajak Bomi berjalan pelan menuyusuri jalan setapak sampai ke sebuah danau yang beriak tenang. Taekwoon mendudukkan Bomi dibawah pohon yang cukup rindang.

I'm Your OwnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang