Chapter 13 : Deep Conversation

438 70 1
                                    

Pandangan Yara terus mengikuti gerak Bayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan Yara terus mengikuti gerak Bayu. Bayu yang baru saja keluar dari toilet UKS berhenti, membalas tatapan datar Yara. Bayu belum tahu harus berkata apa saja, dengan langkah lemas ia menuju salah satu ranjang di ruangan tersebut.

"Mbak buatin teh, Dek. Diminum, ya. Dibawa baring dulu aja tubuhnya," ucap Ria si petugas UKS, meletakkan teh hangat di meja dekat ranjang Bayu.

"Makasih, Mbak," kata Bayu agak canggung karena dia bukan murid sekolah ini, namun ia diperlakukan cukup baik.

Lalu Yara menatap Ria, tersenyum dan berterimakasih. Kemudian Ria kembali ke meja kerjanya.

Sejak beberapa saat lalu ketika Yara membawa dan menuntun Bayu ke UKS dengan sabar, keduanya belum ada obrolan sama sekali, hanya saling diam.

Yara dengan wajah datarnya, dan Bayu dengan perasaan canggungnya.

Sekali lagi Yara memandang Bayu, lalu berbalik dan siap pergi. Namun panggilan dari Bayu menahannya.

"Yara!"

Si empunya nama kembali berbalik, berdiri menghadap Bayu. "Kenapa? Butuh sesuatu?" tanyanya dengan nada cuek.

"Mau bilang makasih," kata Bayu, ia memaksakan duduk padahal untuk sekadar menggerakkan tangan saja lemas.

Refleks Yara mendekat dan menahan Bayu yang ingin duduk. "Baring! Nggak usah pecicilan," tegur Yara tajam.

Bayu segera menyahut, "Cuma mau duduk—"

"Jangan ngeyel! Lo tuh lagi sakit juga masih sok kuat," omel Yara tanpa sadar.

Membuat Bayu menunduk dan menyembunyikan senyumnya. Tak lama setelahnya kembali melihat Yara. "Gue nggak sakit," katanya yakin sambil membaringkan tubuh lagi.

Yara melengos dan sedikit mundur, rautnya kembali datar.

"Lo kenapa? Lo sakit?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Yara, dengan cuek namun terkesan khawatir.

"Gue nggak sakit, Yara," ucap Bayu mempertegas kalimat yang sebelumnya ia ucapkan. "Cuma kecapean."

Diam-diam Yara menghela napas lega. "Syukur deh," kata Yara tanpa menatap Bayu. Gengsi.

Bayu terkekeh dengan tatapan lurus ke langit-langit ruangan. "Khawatir lo?"

"Nggak." Singkat, padat, jelas.

"Lagian bukannya harusnya lo seneng kalau gue sakit. Bisa aja gue sakit karena kena karma. Karma karena udah nyakitin lo," kata Bayu.

"Hahaha." Yara tertawa dibuat-buat. "Gue nggak jahat kayak lo. Yang seneng ketika orang lain susah. Kalo pada akhirnya lo kena karma, ya, gue cuma mau liatin aja, nggak ngerasa seneng dan nggak kasian juga. Cause I don't care about you anymore," lanjutnya.

"Really? Lo nggak peduli lagi sama gue? Terus kenapa lo bawa gue ke sini? Lo nggak izinin temen-temen gue untuk ikut ke sini. Lo tungguin gue sampe kondisi gue mendingan. That's what you say you don't care anymore, hm?" balas Bayu tenang.

YARA & ASANYA | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang