5. Dunia Mimpi Buruk

0 1 0
                                    

Happy reading guys
.
.
.
.
.

Di saat Alex dan Dion mencoba menahan Dara dan Meisya yang terlihat berapi-api, datanglah Bu Siska, wakil kepala sekolah, yang mendengar keributan di lantai kelas XII. Bu Siska melihat Dara dan Meisya yang terus berontak.

“Ada apa ini ribut-ribut?” Bu Siska menghampiri Vika yang terduduk dengan pandangan yang terlihat syok. Beliau merangkul Vika dan mencoba membangkitkan Vika yang terlihat lemas tak berdaya.

“Bu Siska, Vika yang sudah menyebabkan Keyra sekarat, Bu.”

“Dar, lo, jangan asal nuduh!” tegas Alex memperingatkan Dara.

“Gue ga asal nuduh, kita semua lihat, kan, kalo Vika satu-satunya orang yang ada di sini.”

“Iya, betul, siapa lagi kalo bukan Vika pelakunya. Ini pasti gara-gara Vika dendam sama Keyra, makanya dia dorong Keyra dari lantai tiga.” Tambah Meisya semakin menyudutkan Vika.

“Enggak, Bu, Saya bersumpah tidak melakukan itu terhadap Keyra.”

Bu Siska tampak kebingungan dengan situasi kacau saat ini. Di bawah sana, Keyra, cucu pemilik yayasan sekolah tengah sekarat, di tambah suasana panas di sini yang semakin menambah masalah.

“Sudah-sudah, mari kita selesaikan di ruang wakasek. Kalian semua ikuti saya!” Ajak Bu Siska terhadap mereka semua yang ada di lantai kelas XII.


*****


Ambulans datang membawa Keyra menuju rumah sakit. Pihak sekolah telah mengubungi orang tua Keyra mengenai musibah yang saat itu menimpa anaknya. Mama Keyra pun hampir jatuh ketika mendengar kejadian yang menimpa anaknya, namun berhasil ditahan oleh salah satu pembantu di rumahnya.

Lala dan Bu Juli, wali kelas Keyra menemani Keyra di dalam mobil ambulans yang menuju rumah sakit. Kepala Keyra yang terus mengeluarkan darah telah dibalut oleh perban-perban oleh perawat untuk menahan agar darahnya tidak keluar terlalu banyak. Keyra juga dipasang alat-alat medis untuk membantunya bertahan hidup. Keyra benar-benar terlihat sekarat. Lala dan Bu Juli terlihat cemas dengan keadaan Keyra yang terus mengeluarkan darah.

“Keyra, lo harus bertahan, Key.” Gumam Lala sambil menangis sesenggukan dan memegang tangan Keyra.

Tak berapa lama, Keyra tiba di rumah sakit. Para perawat segera mendatangi mobil ambulans yang baru saja tiba membawa Keyra, mereka mengeluarkan Keyra dari dalam ambulans dengan sangat hati-hati, kemudian membawanya dengan cepat menuju ruang ICU. Keyra memasuki ruang ICU untuk mendapatkan penanganan dari dokter.

Kedua orang tua Keyra tiba di rumah sakit, mereka menghampiri ruang ICU tempat Keyra ditangani. Mama Keyra terlihat menangis sedih dan cemas dengan keadaan anak gadisnya yang tengah berjuang. Papa Keyra, Edwin Cakrawala, rautnya terlihat cemas sama dengan istrinya, bedanya ia masih terlhat cukup tegar dan mecoba menenangkan istrinya yang terus menangis.

“Pak Edwin, Bu Intan, Keyra sedang diberi pertolongan oleh dokter dan perawat di dalam.” Ucap Bu Juli menghampiri kedua orang tua Keyra.

“Kenapa Keyra bisa seperti ini, Bu Juli?”

“Saya juga tidak tahu, Pak, Bu, saat itu jam pelajaran setelah istirahat baru saja dimulai, tidak lama kemudian kami mendengar jeritan yang begitu histeris dari halaman belakang sekolah yang ternyata jeritan itu berasal dari suara Lala. Kami yang mendengar tersebut langsung segera menghampiri halaman belakang dan melihat Keyra dalam keadaan tak sadarkan diri.”

“Lala, kamu tahu apa yang terjadi pada Keyra?” tanya Intan sambil menangis.

“Lala juga engga tahu Tante, saat itu Lala, Dara dan Meisya mencoba mencari Keyra, tapi kami tidak menemukan Keyra di mana-mana, hingga akirnya kami berpikir kalau Keyra ada di halaman belakang. Saat kami tiba di halaman belakang, kami melihat Keyra terjatuh dari lantai tiga.” Ucap Lala menjelaskan kejadian yang ia ketahui.

“Kenapa Keyra bisa jatuh, Lala?” tanya Edwin mengintrogasi Lala.

“Lala juga ga tahu, Om, tapi kami melihat di lantai tiga ada Vika.”

“Vika?” gumam Intan sambil mengingat nama Vika. Ia merasa pernah mendengar nama anak itu.

Ya, Vika, adalah gadis yang pernah Keyra ceritakan kepada mamanya. Keyra menceritakan betapa bencinya ia kepada Vika.

Setelah tiga puluh menit, dokter yang menangani Keyra keluar dari ruang ICU.
Kedua orang tua Keyra segera menghampiri dokter dan bertanya mengenai keadaan anaknya. Bu Juli dan Lala pun ikut menghampiri, ingin mengetahui keadaan Keyra.

“Dokter, bagaimana keadaan anak saya, Keyra?” tanya Edwin, papanya Keyra dengan nada cemas sambil merangkul istrinya.

“Terjadi pendarahan di kepalanya, ditambah patah tulang punggung, segera mungkin kami harus segera mengoperasi Keyra.”

“Tolong, dok. Selamatkan anak kami, apapun caranya. Tolong operasi Keyra sesegera mungkin.” Ucap Intan, mamanya Keyra sambil menangis.

“Baik, kami segera menyiapkan ruang operasinya. Bapak dan Ibu berdoa saja, semoga operasi Keyra berjalan lancar.” Ucap dokter sambil menenangkan kedua orang tua Keyra yang terlihat cemas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang