Happy reading semuanya:)
Aku kembali~
Selamat menikmati kisah hidup seorang Rendra~~~
Naomi melangkahkan kakinya memasuki ruang kelasnya. Wajahnya masih menunjukkan jika dirinya emosi dengan perkataan teman-teman Rendra tadi sewaktu di kantin.
Kedua teman Naomi, Sintia dan Helena menatap bingung kearah Naomi.
"Lo kenapa Naom?" tanya Sintia.
Naomi menatap Sintia. "Gue abis dipermaluin sama anak beasiswa itu!"
"Anak beasiswa? Siapa? Rendra?" Helena bertanya.
Naomi melotot menatap kesal Helena. "Bukan Rendra! Tapi si anak kampung Surya itu. Gara-gara dia Rendra marah sama gue."jawab Naomi yang membuat kedua temannya itu memutar bola matanya malas.
"Masih aja lo ngejar-ngejar si Rendra. Di sekolah ini masih banyak cowok, move on gih."ucap Sintia sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Bener tuh Naom, ya oke sih Rendra emang ganteng, ketua geng pula. Tapi, masih ada kok yang lebih ganteng dari Rendra. Sean contohnya."imbuh Helena.
"What?! Sean? Ih, ogah ya! Gak mau gue sama tuh ketua OSIS cupu."tolak Naomi mentah-mentah.
"Terserah lo deh Naom, tapi saran gue sih mending move on. Si Rendra aja kek gak suka gitu ngelihat elo."ujar Helena.
"Gak. Gue bakal terus berjuang. Gue yakin kok, cepat atau lambat Rendra bakal luluh dan bucin sama gue."ucap Naomi sambil tersenyum senang.
Sintia memutar bola matanya malas mendengar ucapan Naomi. "Halu mulu lo Naom, ketinggian Halu lo."
~•~•~•~•~•~
Ruang BK salah satu ruangan yang menjadi tempat yang sering didatangi oleh anak anak nakal, terlebih kalo anak nakalnya kayak Rendra. Sehari bisa tiga kali masuk ruang BK.
Dan sekarang, entah udah berapa kali, lagi-lagi Rendra masuk ruang BK. Duduk dihadapan tiga orang guru yang menatapnya malas dan bosan karena harus menghadapi Rendra lagi.
"Haduh, bosen saya lihat wajah kamu Ren."ucap Pak Budi memijat keningnya pusing melihat lagi-lagi murid yang masuk ruang BK adalah Rendra.
Rendra hanya mengendikkan bahunya acuh. Kali ini Rendra masuk ruang BK karena tawuran semalam. Entah bagaimana ada salah seorang murid sekolahnya yang melihat Rendra dan gengnya sedang tawuran.
Niat awalnya buat bolos ke warung belakang sekolah gagal gara-gara ditarik sama si ketua OSIS buat ke ruang BK, disidang untuk kesekian kalinya.
Sebenarnya dia males banget, tapi sebagai ketua geng yang baik, ganteng, rajin menabung, sholeh, bertanggung jawab, calon menantu idaman para ibu-ibu, jadi gak masalah. Dia harus ngelindungi anggotanya. Dia harus bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan.
"Ngapain kamu ngangguk-ngangguk gitu?"
Lamuan Rendra buyar saat mendengar pertanyaan dengan nada ketus keluar dari mulut Bu Hani, guru kesiswaan sekaligus pembina OSIS di sekolahnya.
"Eh, si ibu, jangan ketus-ketus gitu dong Bu. Ntar cepet tua lho. Nanya nya baik-baik aja, biar awet muda."ujar Rendra.
"Gimana bisa mau nanya baik-baik kalo kamu lagi-lagi buat masalah hah?! Ini udah kesekian kalinya ya Rendra kamu buat masalah! Jika bukan karena nilai-nilai kamu yang bagus, sudah lama kamu di drop out dari sekolah ini!"ucap Bu Hani menatap kesal Rendra yang duduk santai seolah-olah tak merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ren's Story (Huang Renjun) (End)
FanfictionSepenggal kisah sederhana tentang hidup seorang Rendra Junanda, ketua geng motor yang paling ditakuti di Jakarta yang selama sebelas tahun hidup di panti asuhan... "Keluarga? cih, kayaknya Tuhan gak menuliskan kata itu di takdir gue." "Gak usah sok...