49. Memburuk

1K 115 5
                                    

Happy reading semuanya:)

Author back nih:')

Selamat menikmati cerita ini:)

Selalu ingat, typo is seni:v





































"Dokter, detak jantung pasien menghilang!"ucap seorang suster yang membuat Sonya terkejut.

"Kamu bisa Rendra, saya yakin kamu bisa! Ayo Rendra berjuang lagi."bisik Sonya. Dokter muda itu kemudian menatap ke arah perawat.

"Siapkan alat kejut jantung sekarang!"lanjutnya.

Peluh keringat membasahi wajah dokter muda cantik itu, ia menatap ke arah wajah Rendra yang pucat. Hatinya sakit melihat wajah Rendra yang biasanya berekspresi tengil dan songong itu kini berubah pucat.

"Alat kejut jantung siap dokter!"

Sonya mengangguk dan mengambil alih. Sebisa mungkin ia mencoba mengembalikan detak jantung dari adik teman SMA nya itu.

Sonya menghembuskan nafas lega saat berhasil mengembalikan detak jantung Rendra. Ia tersenyum lega, pasiennya ini mulai membaik walaupun keadaannya masih sama. Setidaknya detak jantung Rendra mulai normal kembali.

Para perawat  mulai membereskan peralatan. Mereka sama bersyukur dengan Sonya karena berhasil menyelamatkan pasien yang hampir kehilangan nyawanya itu.

Meskipun tak ada yang tahu hasil akhirnya, tapi setidaknya mereka berhasil mengembalikan detak jantung yang sempat menghilang itu. Kondisi pasien saat ini masih belum terlalu stabil, meskipun detak jantungnya sudah kembali normal, tapi tak menutup kemungkinan hal buruk terjadi.

Sonya mengelus rambut Rendra. Ia tersenyum penuh rasa syukur saat mengetahui pasien kesayangannya ini mau berjuang kembali.

"Kamu hebat Rendra, kamu anak yang kuat."ucapnya.

Setetes air mata turun, ia menatap nanar kearah tubuh mungil Rendra yang terpasang begitu banyak alat kesehatan. Rendra harus tertidur dengan alat-alat itu untuk menunjang hidupnya.

Melihat semua alat itu, semua orang bisa menyimpulkan seberapa parahnya kondisi pemuda mungil itu. Kanker yang ia derita bahkan sudah naik tingkat, dari stadium dua menjadi stadium tiga.

"Dokter...." Seorang perawat muda mengelus punggung Sonya.

"Dia anak yang kuat, tapi kenapa tuhan harus memberikannya beban seberat ini? Baru beberapa hari yang lalu saya memeriksanya dan mendapati kondisinya semakin membaik. Bahkan kanker di tubuhnya hampir menghilang, tapi kenapa sekarang malah seperti ini?"tanya Sonya entah pada siapa.

"Dokter harus kuat, saya yakin dia akan sembuh seperti sediakala."ucap perawat itu menenangkan Sonya. "Mari kita temui keluarga pasien dokter, mereka sudah menunggu."lanjutnya mengajak Sonya keluar.

Sonya menganggukkan kepalanya pelan. Dengan langkah lunglai, ia berjalan keluar dari ruangan Rendra.

"Bagaimana kondisi cucu saya Sonya?"tanya Aresthon menatap ke arah Sonya.

Ia mendapat kabar dari Daniel jika cucu kesayangannya itu masuk rumah sakit. Dengan segera ia langsung pergi ke rumah sakit bersama dengan Juna, Airin, Jeffrey, Theo, dan Kartika. Chandra tidak ikut karena ia tidak ada di rumah, pria itu sedang menemani Justin membeli buku.

"Son, adek gue baik-baik aja kan?"tanya Theo menatap khawatir ke arah Sonya.

Sonya tersenyum tipis dan mengangguk kecil. "Rendra berhasil selamat. Detak jantungnya sempat menghilang, tapi kami berhasil mengembalikannya. Dia berhasil selamat, tapi----"

Ren's Story (Huang Renjun) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang