Happy reading semuanya:)
Aku back lagi nih setelah sekian lama menghilang hehehe┌(・。・)┘♪
Vote sama comment jangan lupa:)
Typo is seni:v
"Mommy, Justin pulang!" Justin berjalan masuk ke dalam mansion keluarga Arlangga. Ia tersenyum saat mendapati Windy berjalan kearahnya menyambutnya pulang.
"Eh, anak Mommy udah pulang. Gimana sekolahnya sayang?"tanya Windy mengelus rambut Justin lembut.
Justin tersenyum lebar dan mengacungkan jempolnya. "Baik Mom! Seru banget."
"Oh ya? Baguslah kalau begitu, Mommy senang mendengarnya."ujar Windy tersenyum lembut. Ia kemudian mengajak Justin ke ruang keluarga dimana mereka semua sedang berkumpul.
"Eh, ada Opa sama Oma ya, ada Papa Juna sama Mama Airin juga."ucap Justin melihat kehadiran empat orang yang sudah beberapa bulan terakhir ini sibuk di luar negeri.
"Hai Oma, Opa, Papa Juna, dan Mama Airin."sapanya sambil tersenyum lebar.
Oma dan Airin hanya tersenyum tipis menatap ke arah Justin, sementara Opa dan Juna hanya menatap datar Juna. Mereka tak berniat sedikitpun untuk membalas sapaan dari Justin.
"Saya lelah, saya mau istirahat dulu."ucap Opa berdiri bersama dengan Oma.
"Saya juga."imbuh Oma mengikuti Opa berjalan pergi.
"Selamat istirahat Oma, Opa."ucap Justin duduk di sebelah Dery yang tengah sibuk berkutat dengan laptopnya. Sementara Windy kembali duduk di samping Chandra.
"Papa Juna sama Mama Airin kapan sampai ke Indonesia? Kok gak bilang Justin dulu, kan Justin pengen ikut jemput di Bandara."ucap Justin menekuk wajah kesal.
"Tidak perlu, sudah ada Theo dan Jeffrey yang menjemput saya."jawab Juna dengan netra mata yang fokus menatap layar iPad nya. Ia tengah memeriksa email yang masuk dari sekretarisnya.
"Tapi kan Justin juga pengen ikut jemput."lirih Justin yang membuat Dery disampingnya menengok. Ia menatap tak tega ke arah Justin.
"Udah gak usah sedih, lagian kan Justin sekolah, makanya gak diajak."ucap Dery mengelus rambut Justin lembut.
"Eum, Papa sama Mama, kak Yasmin mana? Gak ikut pulang sama Mama, Papa?"tanya Justin yang tidak melihat cucu perempuan satu-satunya keluarga Arlangga itu.
Airin menatap jengah ke arah Justin yang sedari tadi bertanya. Tidak tahukah bocah itu jika dirinya lelah, kenapa terus-terusan bertanya? Muak sekali Airin harus bersandiwara seperti ini. Jika bukan karena Rendra, ia tidak akan mau bersusah-susah bersandiwara seperti ini.
"Kenapa memangnya? Lagian Yasmin masih harus melanjutkan studinya di sana."jawab Airin mencoba agar nada suaranya tidak terdengar ketus.
Justin mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Oh begitu ya."
"Mah, Pah, Jeff pergi dulu ya." Jeffrey memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Sedari tadi ia sedang berbalas pesan dengan temannya.
"Mau kemana Nak?"tanya Juna menatap putra keduanya itu.
"Pergi sebentar, mau ketemu Jeka sekalian ajak Rendra ketemu Jeka."jawab Jeffrey.
"Ngapain ngajak Rendra? Rendra ada urusan apa sama teman kamu itu?"tanya Airin penasaran.
"Rendra kan punya cita-cita pengin jadi pilot, Jeka juga pilot. Rencananya Jeff mau ajak Rendra ketemu Jeka biar Jeka bisa kasih tips buat Rendra biar bisa jadi pilot." Jeffrey menjawab yang langsung mendapatkan sahutan dari Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ren's Story (Huang Renjun) (End)
FanfictionSepenggal kisah sederhana tentang hidup seorang Rendra Junanda, ketua geng motor yang paling ditakuti di Jakarta yang selama sebelas tahun hidup di panti asuhan... "Keluarga? cih, kayaknya Tuhan gak menuliskan kata itu di takdir gue." "Gak usah sok...