Chapter 1 : The Day We Met for The First Time

17 4 2
                                    

Gedung perusahaan besar di hadapannya membuat Angie menghela napas pelan. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, berupaya menurunkan rasa gugup yang menderanya sejak tadi. Gerakan Angie sedikit canggung saat ia menginjakkan kaki di teras bangunan megah itu. Rasanya Angie ingin memuji dirinya sendiri karena berhasil melewati pintu masuk kaca dan berjalan memasuki lobi dengan gestur tubuh yang biasa.

Meja resepsionis yang terletak di sisi kanan menarik perhatian Angie. Gadis itu melangkah ke sana, berharap bisa mendapatkan sedikit bantuan.

"Selamat datang, Nona. Apa aku bisa membantumu?" Salah satu dari dua pegawai di meja resepsionis itu menyapa Angie dengan cukup sopan.

"Aku karyawan baru dan ini hari pertamaku bekerja," ucap Angie kemudian tersenyum canggung.

Resepsionis itu mengangguk paham kemudian tersenyum formal. "Selamat bergabung di Erchanhardt Corporation. Ini tentu hari yang besar untukmu. Kau bisa memberitahuku divisimu sehingga aku bisa memberi instruksi mengenai posisi divisi tersebut di gedung ini atau mengenai orang yang bisa kau temui," sambung pegawai wanita itu dengan lugas.

Angie terkagum dengan bagaimana cara bicara resepsionis itu. Jika dibandingkan dengan resepsionis di tempatnya bekerja sebelumnya, sangat berbeda jauh.

"Aku asisten baru Mr. Erchanhardt."

Ekspresi tenang di wajah resepsionis itu berubah drastis. Wanita itu tampak terkejut, namun dengan cepat menguasai diri sehingga raut wajahnya terlihat seperti semula. Ia kembali tersenyum pada Angie.

"Angelique Ferdinand?" tanya resepsionis itu mencoba memastikan.

"Ya." Angie mengangguk pelan mendengar namanya disebut.

Hening sejenak. Resepsionis itu mengetik sesuatu pada komputer, sesekali melirik ke arah Angie dan membuat gadis itu kebingungan.

"Maaf membuatmu menunggu. Kau bisa menuju lantai 25, Nona. Ruangan Mr. Erchanhardt berada di sana." Resepsionis itu akhirnya mengatakan sesuatu.

Angie mengangguk mengerti lantas mengucapkan terima kasih. Gadis itu bergegas menuju elevator yang kebetulan tidak digunakan siapapun. Angie menekan tombol 25 dan menunggu. Pintu elevator mulai tertutup dan alat transportasi vertikal itu mulai bergerak naik.

Helaan napas Angie terdengar kasar. Demi apapun, Angie benar-benar gugup saat ini. Rasanya seperti mimpi. Angie sekarang berada di gedung Erchanhardt Corporation, salah satu perusahaan terkemuka di Amerika Serikat. Ralat, perusahaan ini bahkan bertaraf internasional. Dulu, berharap bisa bekerja di sini saja Angie tidak pernah. Nyatanya sekarang itu malah terjadi.

Dentingan elevator terdengar dan itu menyadarkan Angie. Gadis itu cepat-cepat keluar dari elevator. Langkah kakinya memasuki lorong ruangan yang didominasi warna abu-abu lembut. Angie menyusuri lorong itu dengan tergesa, kemudian gadis itu berhenti di hadapan sebuah pintu bercat hitam. Nama "Justin Erchanhardt" terpampang besar di door plate name, dan ada akronim "CEO" yang tercetak di bawah nama itu. Angie yakin jika ini adalah pintu ruangan calon bosnya.

Kegugupannya kembali, membuat Angie mengumpat pelan. Gadis itu memperhatikan pakaiannya, memeriksa apakah penampilan rapi dan tidak kacau. Merasa tak puas, Angie mengeluarkan kaca kecil dari dalam tasnya dan mematut wajahnya sekilas. Oke. Tidak ada yang aneh. Tatanan rambut ekornya kudanya masih rapi dan make up tipis yang ia pakai juga masih on point.

Angie meyakinkan diri kemudian mengetuk pintu itu dengan ritme teratur. Gadis itu mengatur napasnya dan mencoba bersikap profesional. Sekarang ia bekerja sebagai asisten salah satu orang paling berpengaruh di negara ini, ia tidak boleh melakukan hal-hal yang memalukan.

Hope and FALL (Sneak Peek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang