Chapter 2 : He is Unpredictable

16 4 3
                                    

Kantin perusahaan yang terletak di lantai satu tampak ramai oleh orang-orang. Di jam istirahat makan siang seperti ini, banyak karyawan yang mengantri di sana untuk mendapatkan jatah makan siang. Angie adalah salah satunya. Ketika gilirannya tiba, gadis itu mengambil sepiring mashed potato, satu buah burrito, dan sekotak jus kemasan. Angie tidak memedulikan tatapan aneh dari salah seorang karyawan yang mengantri setelahnya. Ia melewatkan sarapannya tadi karena terlambat bangun dan sekarang perutnya berontak untuk diisi dengan banyak makanan. Angie melenggang pergi setelah mendapatkan makanan yang ia inginkan itu. Gadis itu melihat sekeliling, melihat apakah ada meja kosong yang bisa ia isi. Angie melangkah kakinya sembari terus mencari. Wilayah kantin termasuk luas namun semua kursi sepertinya sudah diisi. Angie kembali mengidarkan pandangannya, dan ia tersenyum ketika mendapati sebuah meja untuk dua orang yang terletak di tepi jendela. Salah satu kursinya terisi, namun kursi lainnya tidak. Angie memutuskan untuk ke sana. Ia bisa bertanya pada perempuan yang sudah duduk di meja itu apakah ia boleh duduk di sana atau tidak.

"Excuse me, can I have a sit here?" tanya Angie dengan nada sopan. Perempuan yang duduk di meja itu tampak memperhatikannya, kemudian tersenyum tipis.

"Of course. You can." Perempuan itu mengisyaratkan Angie agar duduk bersamanya.

"Thank you." Angie meletakkan nampan makanannya lalu menarik kursi.

"Ngomong-ngomong, namaku Rosa. Rosabelle Gutiérrez." Perempuan di hadapan Angie mengulurkan tangan sembari tersenyum lebar.

Angie ikut mengulurkan tangannya dan menjabat tangan perempuan itu. "Aku Angelique Ferdinand. Kau bisa memanggilku Angie," ucapnya ramah.

"Apa kau karyawan baru? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya," tanya Rosa dengan kening berkerut.

"Iya. Aku baru empat hari bekerja di sini." Angie mulai memakan mashed potato-nya.

"Oo, I see."

Kedua perempuan itu sama-sama menikmati menu makan siang masing-masing. Rosa selesai lebih dulu dari Angie karena saat Angie baru duduk tadi, makanannya tinggal setengah porsi. Gadis itu kini sibuk memperhatikan Angie yang mulai menyantap burrito-nya.

"Kau tahu, Angie. Aku bersyukur karena akhirnya bisa mendapat kenalan di perusahaan besar ini. Aku sudah dua bulan di sini dan semua orang selalu bertingkah menyebalkan setiap aku mencoba untuk berkenalan." Rosa menghela napas gusar. Ia menatap Angie dengan pandangan memelas.

"Mengapa bisa seperti itu?" tanya Angie tepat setelah menelan burrito-nya.

Bahu Rosa terangkat, menunjukkan gestur tidak tahu. "Entahlah. Aku juga tidak tahu. Awalnya aku berpikir mudah untuk menemukan teman di sini mengingat jika ini adalah salah satu perusahaan besar di dunia, tetapi ternyata tidak. Orang-orangnya tetap saja menyebalkan," gerutu gadis itu kemudian menandaskan air minum di botolnya.

"Yes, annoying people are everywhere," ucap Angie yang membuat Rosa tersenyum tipis.

"Ngomong-ngomong, kau berasal dari divisi apa? Aku sangat yakin kau bukan berasal dari divisi personalia karena aku tidak pernah melihatmu berada di lantai tujuh belas," tanya Rosa yang secara tidak langsung menjelaskan dimana posisinya di perusahaan ini.

Angie ragu untuk menjawab, namun untuk diam saja rasanya juga tidak sopan. Lagipula mereka bekerja di perusahaan yang sama. Tidak ada salahnya mengatakan posisinya di sini.

"Aku asisten Mr. Erchanhardt," balas Angie dengan nada pelan.

Bola mata Rosa tampak membulat. Gadis itu mengerjakan matanya berkali-kali, kemudian menatap Angie secara keseluruhan.

Hope and FALL (Sneak Peek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang