Dibawah Lampu Merah

965 4 1
                                    

Hari ini hari pertama Aruna masuk kerja, semalam gadis itu tidak bisa tidur ia merasa senang sekaligus gugup dan menerka-nerka bagaimana hari esok akan terjadi.

Di bawah langit Jakarta yang begitu padat akan kendaraannya yang berlalu-lalang setiap hari itulah kenapa Aruna berangkat pagi sekali, ia tidak ingin hari pertamanya memberikan kesan buruk untuk perusahaan.

Jarak rumah Aruna menuju tempat kerja lumayan jauh menempuh sekitar 30 menit perjalanan menggunakan angkutan umum.

Aruna menaiki ojek untuk pergi menuju halte bus sebelum akhirnya ia teruskan naik busway, mengingat rumah Aruna yang harus masuk ke gang-gang sempit Jakarta.

"Ahh, untung aku berangkat pagi sekali kalau aku kesiangan 5 menit aja, mau di simpan dimana mukaku ini hahaha," ujar Aruna dalam hati.

Belum saja Aruna merasa bangga pada dirinya sendiri karena berangkat tepat waktu, tiba-tiba di jalan tepat di bawah lampu merah Aruna ditabrak oleh pria bermasker putih dan mengenakan kemeja bercorak abu-abu.

Sontak berkas-berkas yang dibawa Aruna saat itu jatuh berantakan.

"Aish, kalo jalan pake mata dong!"

"Maaf mbak saya lagi buru-buru," ucap sang pria.

"Lo kira lo aja yang buru-buru? Gue juga sama!" gerutu Aruna kesal.

"Sekali lagi saya minta maaf mbak."

Pria itu segera meninggalkan Aruna tanpa membantunya terlebih dahulu.

"Siapapun yang ada di posisi gue sekarang pasti kesel, tu orang seenaknya aja ninggalin gue kayak gini, untungnya gue belum nyebrang kalo udah nyebrang mampus aja gue ketabrak truk," sembari membereskan berkas-berkasnya Aruna terus menggerutu.

***

Aruna sampai di perusahaannya ia disambut baik oleh para senior. Aruna diberi segelas air minum sebelum para senior mengajarkan apa saja tugas-tugas Aruna selama bekerja.

"Eh kemaren Tama lembur?" ucap pak David kepada salah satu senior Aruna.

Ngomong-ngomong pak David itu manager di sini.

"Iya pak, dia sengaja lembur agar hari ini bisa nemenin ibunya, kata David ibunya semakin kritis," ucap Dila yang saat itu tengah ngobrol dengan pak David.

"Aruna, selamat bergabung di  perusahaan kami, saya harap kamu betah bekerja di sini," ucap Pak David kepada Aruna.

"Siap pak, tentu saja saya akan betah dan saya akan bekerja keras untuk perusahaan."

Hari ini berjalan begitu cepat Aruna tidak menyangka pekerjaannya tidak sesulit yang ia bayangkan, apalagi seniornya yang baik membuat Aruna merasa lebih bersemangat.

"Alhamdulillah hari ini lancar, terima kasih ya Allah," ucap Aruna dan bergegas menuju halte bus tepat diseberang lampu merah.

"Lah bukannya itu cowok yang tadi pagi nabrak aku, ngapain dia disini?
Bentar deh dia nangis?" ujar Aruna.

Aruna yang saat itu ingin marah menjadi penasaran dengan keadaan pria itu, Aruna berjalan mendekatinya.

"Hallo, kamu gakpapa?"

"Entahlah, aku merasa dunia sudah hancur, hari ini ibuku pergi jauh."

Melihat nametag dengan nama Aditama dari perusaan yang sama, Aruna menebak dia adalah senior yang dibicarakan Pak David tadi pagi.

"Ibumu meninggal?"

"Ya..."

***

Hari-hari berlalu semenjak hari itu Aruna dan Tama menjadi semakin dekat, sebetulnya Tama orang yang sangat baik kepada siapapun.

Tama tidak pernah lupa menjemput Aruna untuk bekerja, bahkan Tama memberikan sebuah kartu busway katanya agar Aruna tidak perlu susah mengisi saldo.

Tepat pada hari ke 30 Aruna mengenal Tama, di bawah lampu merah sore itu, dengan segala tekadnya Aruna memberanikan diri untuk mengungkapkan bawah selama ini Aruna sudah mencintai seorang Aditama.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang