Kata orang hujan itu terdiri dari 20% air 80% kenangan, ada-ada saja memang.
Dia adalah Yudha pacarku, mungkin dari banyaknya pria yang aku kenal Yudha lah yang terbaik, setelah Ayah pastinya.
"Hari, ini kamu ibadah kan?" tanyaku padanya.
"Iya dong, kamu mau antar aku lagi?"
"Ayo, seperti biasa nanti aku tunggu di kedai Bu Sumi kok"
Seperti itulah isi pesan ku padanya pagi ini.
Waktu menunjukan pukul 06.00 Pagi, hari ini hari Minggu hari liburku, hari waktunya untuk Yudha beribadah.
Aku harus segera bersiap-siap kalo tidak, Yudha bisa telat.
HP ku berbunyi tanda Yudha sudah ada di depan untuk menjemput ku, tak perlu waktu lama aku segera menemuinya.
"Selamat pagi, Aulia"
"Ih, apasih kaya anak abg aja kamu haha" celetukku padanya.
"Gak papa kan namanya juga basa-basi ketemu bidadari pagi ini"
"Yudh, geli banget dengernya"
"Udah-udah, ayo naik ntar keburu telat lagi," ucap Yudha sembari memasangkan helm kepadaku.
Demi tuhan, Yudha baik sekali, entah kepada siapa aku harus berterima kasih.
Dalam lamunanku, tak ku sadari ternyata aku sudah sampai di Gereja Katedral tempat ia akan ibadah hari ini.
"Kamu baik-baik makan yang banyak aja di warung Bu Sumi nanti kalo dzuhur belum kelar kamu sholat dulu aja di Istiqlal," ucap Yudha.
Ya, aku seorang wanita muslim.
Waktu Dzuhur sudah tiba aku segera pergi untuk sholat, Yudha bilang 20, menit kemudian ia baru selesai.
Setelah sholat aku menerima pesan dari Yudha, ia mengajakku untuk bertemu di lorong Istiqlal-Katedral sebentar.
Aku menangis, mengapa aku dan dia berbeda?
"Ma, ini wanitaku namanya Aulia aku berharap Mama bisa menerima dia dengan baik," ucap lelaki berbaju hitam itu kepada sang Mama.
"Halo, Aulia tante Mamanya Yudha, gapapa kamu gak usah khawatir tante gak akan ikut campur soal hubungan kalian"
Mendengar ucapan itu aku merasa sedikit lega, pasalnya sang Mama tidak mempermasalahkan agamaku.
Selesai beribadah aku dan Yudha berkeliling Jakarta, rasanya sudah lama sekali semenjak kita berdua sama-sama sibuk bekerja.
"Aw, ini udah hampir malam, aku antar pulang ya"
Sesampainya di rumah Yudha disambut hangat oleh orang tuaku, mereka berbincang bahkan sesekali tertawa.
Namun, ketika Yudha bersalaman untuk pulang ayah melihat kalung rosario di lehernya, ketika itu juga Ayah menanyakan tentang agamanya.
Setelah Yudha menjawab, ayah terdiam untuk beberapa waktu, menyuruhku masuk sebentar.
"Nak, kamu tahu kalian berbeda? Wanita muslim tidak bisa menikah dengan lelaki yang bukan muslim, Ayah menyukaimu, sungguh. Namun Ayah tidak bisa menentang perintah Allah SWT. Ayah mohon tinggalkan putri Ayah, namun kamu tetap bisa berteman dengannya"
Ayah memanggilku keluar, untuk menemui Yudha entah mengapa malam itu hujan tiba-tiba turun begitu deras.
"Kenapa Yudh?"
"Aw, kamu taukan Tuhan memang satu kita yang tak sama. Aku sayang kamu Aulia, setelah hubungan 3 tahun ini, Ayah kamu benar tidak bersamamu bukan berarti aku tidak cinta, bersamamu, aku tidak bisa meninggalkan Tuhanku dan kamu tidak boleh mengkhianati Tuhanmu"
"Tapi Yudh," pikirku kacau.
"Syukurlah hujan malam ini begitu deras, aku jadi tidak bisa melihat air matamu, sungguh itu menyakitkan. Selamat tinggal dan sehat selalu"
Aku kalut, aku tidak percaya hubungan ini telah berakhir, namun aku yakin baik aku maupun Yudha akan menjalani hidup lebih baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
RomanceHi, aku buat cerpen 500 kata, kalo kalian mau pake buat tugas sekolah atau apapun itu silahkan ya. Asalkan cantumkan copyright nya, Terima Kasih. XOXO