5. Permainan Arlan

43 13 25
                                    

Haii semoga suka ya sama ceritanya!

Jangan lupa masukin ke perpustakaan kalian ya guys!

Happy reading!!

~~~

Semua anak buah Arlan kini sedang mencari sang pelaku. Arlan memantau dari mansion nya, ia tak mau bersusah payah untuk ikut mencari.

"Halo bos kita sudah menemukannya!" Ucap anak buah Arlan dibalik telepon.

"Kerja bagus! Bawa dia sekarang juga!" Suruh Arlan. Ia langsung pergi ke markas dan menunggu kedatangannya.

"Bawa manuel, dia pasti akan kenyang" ujar Arlan menyeringai.

Manuel pun ikut dibawa ke markas. Markasnya tak jauh dari mansion Arlan. Arlan masuk ke dalam markas dan menuju ruang bawah tanah.

"Butuh berapa lama saya menunggu?" Tanya nya pada anak buahnya. "Tidak akan lama pak Arlan. Saya sudah menyiapkan beberapa alat yang anda ingingkan" ucap anak buahnya. Arlan mengangguk dan ia duduk di kursi kebesarannya.

Ah ya sudah lama sekali dirinya tak menginjakkan kaki diruang ini. Banyak bercak darah di mana-mana karena tempat ini adalah tempat untuk mengeksekusi.

Lumayan lama menunggu, datanglah yang ditunggu-tunggu. Arlan tertawa keras. "Akhirnya kau datang juga hahaha"

Anak buah Arlan lantas mengikat orang itu disalah satu tiang besi yang ada disana. Orang itu sudah berlumur darah karena sudah sempat dihajar oleh anak buah Arlan.

"Saya menemukannya di pelabuhan saat hendak naik kapal tuan" ucap anak buah Arlan yang menemukan pelaku itu.

"Bagaimana kabarmu Mr. Ronald?" Sapa Arlan pada pelaku itu. "Manusia iblis kau Arlan!" Ucap Ronald lirih karena dirinya sudah lemas.

"Ah aku iblis rupanya? Apa kau tak takut bertemu dengan iblis yang tampan ini?"

"Kaparat! Sebentar lagi anak buahku pasti akan menemukanku disini" ucap Ronald.

Arlan tertawa keras, "Hahaha jangan mimpi! Ucapkanlah kata terakhirmu Ronald!" Seru Arlan. "Akan ku bunuh kau Arlan!" Sahut Ronald penuh benci.

"Hey hey, lihat lah dirimu sudah lemah seperti itu!"ucapnya. "Bawakan saya pisau yang tajam itu" lanjutnya meminta pada anak buahnya.

Arlan sudah memegang pisaunya, pisau besar, tajam dan mengkilap.

"Pilihlah Ronald mau tangan,jari,kaki atau yang lain?" Ronald diam tak menanggapi.

"Ah biar aku saja yang menentukan, sepertinya memotong jarimu lebih dulu menyenangkan" tanpa ba-bi-bu Arlan memotong jari-jari Ronald.

Krekk, Arghhhh

Bunyi jari yang terpotong dan teriakan Ronald. Jari-jarinya berjatuhan dengan darah yang mengucur.

"Hentikan Arlan shhh!" Ucap Ronald dengan lirih menahan perihnya jari yang terpotong.

"Apa berhenti? Hahaha!"

Bless,

Pisau itu menancap tepat dipaha kanan Ronald. Ronald merintih kesakitan dan Arlan tertawa senang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RIGHELLO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang