"Hey! Look at me", Zess membentak si Raka seraya memukul punggungnya.
"Lo kok ngumpulin tugas bu Zuu duluan sii? Gue lo tinggalin". Tanya Zess dengan penuh amarah.
Raka berjalan sambil menyahut, "Lo sih lama, HAHAHAHA". Raka ketawa puas sambil meledek Zess.
"Baj*ngan". Sahut Zess karena sangat kesal dengan ejekan Raka.
Zess dan Raka waktu itu baru saja duduk dibangku SMA. Ya. Baru kelas 10 SMA. Mereka bersekolah di Vances Private School. Sekolahnya bisa dibilang sangat populer dan elit di kotanya. Para murid yang hampir semuanya anak orang kaya, alias menengah keatas. Dibilang berkelas? Iya, karena sekolah itu adalah sekolah favorit yang hanya bisa dimasuki oleh murid yang notabene-nya pintar.
Zess itu pribadi yang introvert. Dia anak bungsu dari tiga bersaudara. Keluarga Zess sangat mapan sehingga semua kebutuhan Zess mulai dari pakaian, elektronik, pendidikan, kesehatan, dll sangat terpenuhi. Bagaimana tidak mapan, hampir semua produk elektronik khususnya hp, laptop, dan aksesorisnya produk dari merek Apple. Bahkan Zess sudah memiliki mobil sendiri, tapi belum boleh mengendarai karena belum cukup umur. Sayang banget, tapi demi keselamatan.
_ _ _ _ _ _ _
"Zess lo kok ga bales pesanku si?", sahut Raka.
Untuk kali ini Zess masih mengabaikan si Raka karena kesal waktu di sekolah. Raka buka mulut lagi, "Zess, dih gitu aja ngambek cuih. Cepuu lo". Ejek Raka untuk memancing Zess.
Emang si Raka ini mulutnya pedas dan ngeselin banget dah.
"Lo emang minta digaplok ya?", Zess marah sambil angkat bukunya.
Raka sontak ambil jarak dari Zess karena takut bakal dipukul sama bukunya. "Eh engga gitu, maaf lah Zess. Sebenarnya aku gatau kalo lo belum submit tugasnya bu Zuu. Huhu". Jawab Raka dengan wajah memelas.
"Yah kan gue dah bilang kalo nanti kita submit-nya barengan". Sahut Zess dengan kesal.
"Gue kira elo dah submit duluan, kan gue ngerjainnya dah mepet sama deadline. Ya udah submit sendiri deh, tau nya elo belum juga submit". Jawab Raka.
"Sudah. Sekarang fokus sama tutor, biar ilmunya masuk semua".
Jadi, selain mereka satu sekolah dan satu kelas. Mereka juga punya private tutor yang sama pula. Bosen ngga tuh tiap hari ketemu mulu, wkwk.
Sebenarnya sekolah mereka menerapkan Hybrid Learning System si. Jadi, tidak setiap hari mereka harus belajar dengan tatap muka di sekolah. Sembari melalui video conference atau engga hanya diberikan materi dan tugas. Tapi para siswa difasilitasi iPad untuk pribadi, so far oke lah dengan biaya sekolahnya yang tidak semurah membeli nasi pecel😌. Kenapa ngga full tatap muka aja?? Yah karena pandemi Covid-19 lah. Semua emang gara-gara corona. Hiks
Oh iya. Fyi, mereka biasa melakukan pertemuan dengan tutor selalu tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Biasanya si di semacam study room yang tentunya harus membayar sewa. Karena lagi-lagi fasilitas ruang belajarnya sangat terpenuhi dan dibilang mevvah. Sesuai si sama budget mereka, hehe.
Sepulang belajar dengan tutornya. Biasanya mereka pergi ke perpustakaan jika ada tugas atau hal lain. Kalo engga ya pergi makan atau main ke Privilage Bar. Hmmm. Aroma cuan sekali ini.
"Zess, waktu belajar sama tutor sabi kali gue ajak temen lain? Kebetulan dia juga di tutor yang sama lohh". Tanya Raka waktu perjalanan pulang dari tempat tutor.
Zess agak berpikir sejenak mengenai usulan si Raka. "Boleh, emang siapa dia?". Jawab Zess dengan senyuman.
"Ituu, si Leo teman sekelas kita juga. Denger2 dia siswa terbaik di SMPnya". Timpal si Raka dengan serius.
"Oh, Leo. Aku si oke aja, kayaknya kalo dia gabung ke kita, sabi si grup ini dipanggil Einstein Group. AHAHA". Zess dengan excited dan tertawa kecil.
[foto hanyalah pemanis :3]
to be continued.....
KAMU SEDANG MEMBACA
"Ambis" ~ Putih Abu-abu
Teen FictionRoll up to the party~ My vibes in senior highschool merasa cuma bersenang ria saja dengan para bestie, apakah kalian juga? Atau fokus dengan akademik berkedok "Ambis"? ig : @irvaannx