Potsdamerplatz selalu terlihat glamour di malam hari. Kerlap-kerlip lampu memperindah pemandangan. Ini adalah salah satu daerah ter-elit di kota Berlin. Banyak moment bersejarah terjadi di daerah ini, di antaranya adalah tembok Berlin yang melegenda itu. potongan asli tembok Berlin masih terdapat di daerah ini. Kantor-kantor perusahaan besar juga terdapat di sini, dan tentu saja pusat perbelanjaan.
Haekal memacu mobilnya dengan santai, dia menikmati suasana malam yang hening dan indah. Di sebelah kanannya terdapat S-Bahnhof Postdamerplatz, terlihat symbol S-Bahn yang cukup besar. Perempatan lampu lalu lintas berubah merah. Haekal menghentikan mobilnya lalu termenung memikirkan banyak hal. Dia tersenyum dalam kesendiriannya memikirkan kejadian-kejadian yang telah dia lalui bersama sahabatnya, Qeys.
Dia teringat pertemuan pertama mereka, lalu obrolan pertama mereka. Ketika Haekal menumpahkan pemikirannya kepada Qeys, lalu Qeys tersenyum sumringah tanda setuju. Qeys pun menumpahkan seluruh dasar pemikirannya yang satu jalur dengan Haekal. Hal itu membuat mereka menjadi dekat.
Dia teringat akan pertanyaan-pertanyaan Qeys. Saat dia menunjukan foto keluarga besarnya kepada Qeys, keluarga besar Adiwangsa. Kehidupan glamour langsung terlihat, meskipun hanya lewat sebuah foto. Dalam foto itu terdapat foto Harmoni Adiwangsa, gadis yang begitu menawan. Harmoni adalah sepupu Haekal putri bungsu dari almarhum bibinya, Hanun Adiwangsa. Tentu saja kebanyakan orang Indonesia akan mengenal Harmoni, dia adalah Aktris papan atas Indonesia yang telah banyak membintangi Film Box Office di Indonesia. Lalu ada lagi, Hadi Adiwangsa. Dia juga sepupu Haekal, putra dari almarhum bibinya, Hani Adiwangsa. Hadi terkenal sebagai penyanyi papan atas di Indonesia.
Tentu saja, orang yang melihat foto itu akan melihat keglamouran kehidupan keluarga Adiwangsa. Ada dua Artis papan atas di dalam Foto itu, yang sama-sama orang ketahui, bahwa kehidupan artis memang begitu glamour.
Yang jadi pertanyaan Qeys adalah, kenapa Haekal bisa berbeda dari semua anggota keluarganya yang rata-rata jauh dari Islam. Haekal memiliki visi keislaman yang luar biasa. Pertanyaan itulah yang membuat Qeys begitu penasaran. Salah satu pewaris kerajaan bisnis besar ini begitu dekat dengan Islam, dari mulai pemikiran hingga perilaku. Lalu Haekal bercerita dengan semangat saat itu.
"Ini Qey pertanyaan yang saya tunggu-tunggu. Waktu SMA saya sekolah di SMA negeri Qey, karena saya ingin merasakan kehidupan biasa seperti kebanyakan orang. Entah mengapa, jiwa sosial saya waktu itu muncul. Di kala keluarga Adiwangsa yang lainnya, sepupu-sepupu saya bersekolah keluar negeri atau sekolah private bahkan bersekolah di sekolah super elit, jiwa sosial saya memberontak. Saya ingin sekali keluar dari zona super nyaman itu. Zona nyaman dimana semua keinginan terpenuhi. Akhirnya saya diizinkan bersekolah di sekolah negeri, di SMA 8 Jakarta. Pada saat itu saya menemukan dunia yang baru. Dunia yang begitu berbeda dari dunia saya selama ini. Saya melihat teman-teman sebaya saya berprilaku dan lainnya. Dan saat itu ada yang mengusik saya, keingin tahuan yang besar mengusik saya. Saya melihat kegiatan rohani sekolah, atau rohis. Para anggota rohis yang berpakaian berbeda, lalu ketika istirahat mereka pergi ke masjid sekolah untuk melakukan shalat. Saat itu saya tidak tahu Qey. Itu shalat apa? Kok shalat jam 10 pagi. Pengetahuan keislaman saya sangat sedikit waktu itu. saya berasal dari keluarga yang tidak menjunjung tinggi nilai agama. Saya juga tidak pernah Shalat waktu itu, karena ketidak pedulian saya. Saya benar-benar terpisah dari hal-hal spiritual. Karena yang diajarkan di keluarga saya adalah logika dan logika, tanpa spiritual."
"Rasa penasaran itu membuat saya mendekati salah satu anggota Rohis itu. saya bertanya tentang shalat apa yang mereka kerjakan. Lalu bertanya tentang beberapa hal yang lain, hingga akhirnya ketertarikan saya semakin besar. Saya dikenalkan kepada Bang Syafiq, dia waktu itu sering mengisi kajian keislaman pekanan di sekolah saya. Saat berkenalan dengannya, saya merasakan aura yang berbeda. Sangat berwibawa. Dan setelah berbincang banyak dengan dia, berbincang tentang keislaman, berbincang tentang kehidupan dan lain sebagainya saya tertarik untuk gabung dalam kajian pekanan. Bang Syafiq membuka wawasan keislaman yang baru bagi saya. Penyampaiannya sungguh mengagumkan. Menghujam sampai ke hati. Setelah itu, saya serius mempelajari Islam. Saya sering memanggil Bang Syafiq ke rumah saya untuk sekedar berdiskusi. Seiring berjalannya waktu, pola pikir keislaman saya semakin tajam. Saya sering mengikuti kajian-kajian keislaman, lalu saya mengikuti pesantren Tahsin dan Tahfidz karena saya waktu itu sama sekali tidak bisa membaca dan tidak hafal sedikitpun surat dari Alquran. Ya begitulah, hingga saya seperti sekarang. Saya sangat bersyukur dapat menikmati hidayah Allah. Saya sangat bersyukur dapat bertemu dengan Bang Syafiq. Saya sangat bersyukur karena Islam memeluk saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Etika, Manusia & Cinta
General FictionTerstimoni dari beberapa tokoh - Gita Savitri, Social Media Activist- "Ceritanya bagus. Kalo yang baca ini rasanya kaya di bawa ke Jerman, tapi dari sudut pandang lain. Biasanya Jerman diceritakan dari sisi travelnya, tapi ini dari sisi agama dan ba...