Pria berkacamata melangkah di kebekuan dunia. Langkah-langkah kakinya membekas di atas hamparan putih yang menyelimuti hampir seluruh permukaan dunia. Langkah demi langkah terus membekas dan terhapus dengan sendirinya oleh tumpukan kristal yang turun dari langit. Kebekuan menyapa setiap detik dan membuat kaku tubuhnya. Wajah, tangan, bahkan seluruh badan yang tertutupi oleh mantel tebal, hingga kaki yang dilapisi sepatu boots kulit terasa membeku di dunia putih ini. Kristal es yang terlihat suci terus berjatuhan dari langit kelabu, lalu menyelimuti dunia warna-warni ini sehingga menjadi putih seluruhnya. Pria itu terus melangkahkan kakinya. Ada rasa segar yang dirasakan ketika melihat pemandangan serba putih seperti ini. Di kanan dan kirinya terlihat banyak manusia yang berlalu-lalang. Kebanyakan dari mereka adalah manusia berambut pirang yang terlihat sangat cantik dan tampan dalam balutan mantel musim dingin. Mereka berjalan di jalanan yang diapit gedung-gedung klasik khas Eropa yang megah dan kokoh. Arsitektur yang sungguh memanjakan mata siapapun yang melihatnya.
Pria itu lalu segera berjalan menuju Bahnhof Friedrichstrasse(1). Friedrichstrasse adalah salah satu kawasan elit di kota Berlin. Bangunan-bangunan klasik berjejer rapi kawasan ini. Store dari berbagai macam merek fashion terkenal seperti Giorgio Armani, Hugo Boss hingga Louis Vuitton terdapat di jalan ini. Kantor-kantor perusahaan besar dan aula-aula megah terdapat pula di kawasan ini. Terdapat juga Bibliothek(2) terkenal tampat para mahasiswa, Cendikiawan, Ilmuan, dan Akademisi menghabiskan waktunya, yaitu Bibliothek Humboldt Universität zu Berlin.
Humboldt Universität adalah salah satu Almamater paling terkenal di dunia. Almamater yang melahirkan begitu banyak tokoh luar biasa. Lulusan universitas ini memiliki nama besar seperti Albert Einstein hingga Karl Marx.
Terdapat lebih dari 40 peraih Nobel Prize yang berafiliasi kepada Humboldt Universität. Sungguh sangat berguna untuk ilmu pengetahuan. Barusan, pria berkacamata itu sedang menghabiskan waktunya di perpustakaan Humboldt hingga seseorang menghubunginya, meminta untuk bertemu.
Pria itu terus melangkahkan kakinya menuju Bahnhof Friedrichstrasse, stasiun kereta yang cukup besar dan megah di Berlin. Dengan langkah yang cepat dia akhirnya tiba di Bahnhof Friedrichstrasse. Dia melangkah menuju escalator S-Bahn. S-Bahn merupakan salah satu moda transportasi dalam kota di Jerman. Bentuknya seperti Komuterline di Indonesia atau Train di Inggris. Ada banyak tipe moda transportasi umum dalam kota di Jerman. Dari mulai S-Bahn lalu U-Bahn, Bus dan juga Tram. Umumnya setiap kota di Jerman memiliki warna tersendiri untuk moda transportasi umum dalam kotanya. Seperti Berlin dengan warna kuningnya lalu Frankfurt dengan warna hijau dan München dengan warna merah. Berbagai macam warna moda transportasi itu mungkin menunjukan kepada dunia tentang keberagaman dari Negara Jerman.
Ada juga moda transportasi antar kota bahkan antar Negara. Jerman adalah salah satu Negara terdepan dalam bidang transportasi. Jerman memiliki Regional Bahn dan ICE untuk tranportasi antar kota dan Negara. Moda transportasi yang sangat nyaman. Bukan hanya nyaman, bentuknya pun sangat artistik. Pria itu menaiki escalator menuju S-Bahn. Ada rambu petunjuk yang mengarahkan orang-orang menuju jalur S-Bahn. Simbol S-Bahn berupa hurup S berwarna putih diatas bulatan hijau. Ketika sampai di jalur S-Bahn, pria itu melihat ke arah jadwal digital kedatangan S-Bahn. Di jadwal, yang pertama kali akan datang adalah S-Bahn dengan kode S7 Richtung Potsdam. Di jadwal digital itu S7 akan datang dalam 3 menit. Ada beberapa S-Bahn yang melewati Friedrichstrasse, diantaranya adalah S5, S7 dan S75. Kereta-kerata itu rata-rata datang setiap 5 menit sekali. Pria itu akan menuju Hauptbahnhof Berlin. Hauptbahnhof berjarak hanya satu stasiun dari Friedrichstrasse dan pria berkacamata itu dapat menggunakan S-Bahn manasaja di jalur itu untuk sampai di Hauptbahnhof.
Setelah kurang lebih 3 menit menunggu S7 arah Potsdam pun datang. Sangat tepat waktu memang, sesuai jadwal digital yang terpampang. Ketepatan waktu adalah salah satu kelebihan dari negara Jerman. Dari mulai Manusia yang tepat waktu hingga Transportasi yang juga tepat waktu. S-Bahn pun berhenti, lalu pintu S-Bahn terbuka secara otomatis. Penumpang yang ingin keluar di persilahkan terlebih keluar terlebih dahulu. Setelah tidak ada lagi yang keluar barulah penumpang yang ingin naik dipersilahkan untuk naik, begitulah aturannya. Peraturan-peraturan yang tidak tertulis memang, tapi ini membuat kekaguman tersendiri bagi si pria berkacamata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Etika, Manusia & Cinta
Ficción GeneralTerstimoni dari beberapa tokoh - Gita Savitri, Social Media Activist- "Ceritanya bagus. Kalo yang baca ini rasanya kaya di bawa ke Jerman, tapi dari sudut pandang lain. Biasanya Jerman diceritakan dari sisi travelnya, tapi ini dari sisi agama dan ba...