11. Kegilaan Lisa dan Erwin

5.5K 182 4
                                    

Terhitung sudah tiga hari Erwin berada di apartemennya. Mungkin laki-laki itu merasa apartemennya adalah tempat yang paling aman untuk bersembunyi. Lisa juga tidak bisa mengusir Erwin begitu saja.

Lisa sangat paham Erwin belum ingin muncul di hadapan publik. Karena ketika Erwin muncul di hadapan publik, Erwin akan dicecar dengan begitu banyak pertanyaan oleh awak media. Dan Lisa tahu jika Erwin merasa belum siap untuk itu. Lisa sendiri tidak keberatan jika Erwin berada lebih lama di apartemennya, karena menarik Erwin ke sisinya adalah niatnya dari awal.

Pagi itu seperti biasanya setelah berolahraga Lisa akan membuat sarapan. Dirinya menyetel musik dan akan berjoget mengikuti irama musik.

Lisa sepertinya lupa jika dirinya sedang tidak sendiri di apartemen itu. Pagi itu Lisa hanya memakai hot pant berwarna hitam yang jauh di atas lutut dan bandeau bra berwarna merah muda yang hanya bisa menutupi bagian dadanya saja. Rambut panjangnya ia ikat seperti ekor kuda.

Lisa menggoyangkan pinggul dengan menghadap ke meja dapur. Dirinya tidak tahu jika Erwin sedari tadi sedang memperhatikannya. Saat Lisa berbalik barulah dirinya sadar dengan keberadaan Erwin di apartemennya.

"Mas Erwin ...." Lisa mematung seketika.

Lisa langsung mematikan musik pada speaker yang ada di dekatnya. Wajahnya menunduk karena merasa malu. Lisa juga menyilangkan tangannya di depan dadanya. Ia berharap Erwin tidak melihat apapun.

Namun, semua itu sudah terlambat. Erwin adalah laki-laki normal yang sedang terluka karena pengkhianatan. Melihat Lisa dengan penampilan seksinya membuat hasrat Erwin terpancing.

Niat awal Erwin pergi ke dapur untuk mengambil minum, tetapi ia justru melihat Lisa dengan tingkahnya yang tidak ia duga sebelumnya. Melihat tubuh seksi Lisa membuat Erwin berdiri mematung, Erwin juga menelan air liurnya sendiri untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak terasa kering, dan celananya mendadak terasa sesak.

"Mas Er-win butuh sesuatu?" Nada bicara Lisa terdengar sangat gugup.

Jantung Lisa berdegup kencang melebihi batas normal saat Erwin berjalan mendekat. Wajahnya tertunduk saat Erwin berada dekat di depannya.

"Mas ...." Lisa gugup saat tangan Erwin bergerak ke arah pinggangnya. Lisa mengira jika Erwin akan memeluknya, tetapi ternyata hanya mematikan kompor yang masih menyala.

Lisa menghela napas lega, dirinya sudah berpikir yang tidak-tidak.

"Mas mau sarapan? Aku sudah membuatkan sarapan untukmu." Lisa mengambil sandwich daging yang sebelumnya ia buat.

Erwin menerima sandwich yang diberikan oleh Lisa, tetapi Erwin menaruhnya kembali di tempat semula.

"Aku ingin yang lain," ucap Erwin.

"Yang lain? Mas mau sarapan apa? Aku akan membuatkannya," tanya Lisa.

Erwin mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Lisa. "Aku ingin kamu."

Eh?

"Mak-sud, Mas ... apa?" Nada bicara Lisa terdengar sangat gugup.

Erwin tidak menjelaskan keinginannya dengan kata-kata. Dirinya menunjukkannya dengan perbuatan. Erwin meraih pinggang Lisa, lalu menariknya ke tubuhnya untuk mempersempit jarak di antara mereka.

"Aku ingin kamu, Lisa." Erwin mengecup pundak polos Lisa.

Tubuh Lisa merinding saat bibir Erwin terasa di pundaknya. Dari saat itu Lisa mulai mengerti maksud dari perkataan Erwin.

"Mas ...," cicit Lisa.

"Hmmmm, ada apa?" Erwin tidak berhenti mengecup leher Lisa dan meninggalkan jejak merah keunguan di leher Lisa.

Maaf Kurebut SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang