(surya pov)
Jarum jam menunjukkan pukul 22:30 saat MC menutup acara Pensi malam ini. Walaupun kelasku tidak menang, tetapi aku sangat senang malam ini. Akhirnya aku berhasil mengungkap rahasia besar yang menggelayuti pikiranku selama ini. Aku yakin dia pasti tahu alasanku membawakan lagu itu. Saat aku tampil ia hanya menundukkan kepalanya tanpa membalas tatapanku.
“Apakah batas ini membuatnya sungkan untuk menatapku?” tanyaku dalam hati. Aku tahu perlahan dia pasti akan menjauhiku. Dia berusaha menghilangkan rasa yang tidak seharusnya tumbuh diantara kita. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku ingin selalu berada di dekatnya, menjaganya, walaupun tidak bisa memilikinya.
“Bagaimana caranya agar aku bisa berada di dekatnya? Aku tidak tahan menjadi secret admirer terus menerus,” gumamku lirih. Beberapa menit aku berpikir caraku mendekatinya tanpa melawati batas.
“Hei ... Bro. Ngelamun aja nih. Noh, lihat. Nadea ngeliatin kamu terus dari tadi,” gumam Dhani yang tiba-tiba datang mengejutkanku.“Eh ... kamu, Dhan. Apaan, sih. Orang dia ngeliatin kamu ‘kok” godaku.
“Memangnya aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kalian berdua? Nadea suka ‘kan sama kamu,” tebak Dhani.
“Kamu tahu dari mana, Dhan? Memangnya Nadea cerita?” tanyaku kaget.
“Haha ... mana mungkin Nadea cerita padaku, Bro. Aku ‘kan bukan siapa-siapanya dia. Dari cara dia mandang kamu saja sudah terlihat jelas ‘kok,” jawab Dhani.“Bro, Nadea kurang apa ‘sih? Sudah cantik, pintar, bohay lagi. Aduh ... idaman banget deh. Cuma cowok bodoh yang nggak mau sama dia,” ujar Dhani.
“Ya ... mungkin aku termasuk cowok bodoh itu, Bro,” gumamku sambil tersenyum
“Hahaha ... baru sadar dia kalau dirinya oon. Lagian setiap ulangan Ekonomi kamu pasti remedial terus ‘kan. Haha ...” ejek Dhani. Aku menjitak kepalanya sambil tertawa.
“Eh ... Bro. Kamu pernah tidak suka sama cewek tapi kamu tidak bisa berhubungan lebih dari sekedar teman?” tanyaku.“Kali ini kamu ngomongin siapa? Apa Rahayu dari kelas IPA 1 itu?” senyum Dhani. Aku terkejut mendengar tebakan Dhani yang selalu tepat. Rasa maluku meningkat pesat saat Dhani ternyata mengetahui rahasiaku selama ini.
“Haha ... mukanya biasa aja dong. Jangan seperti kepiting rebus gitu,” tawa Dhani.“Kok kamu bisa tahu, Dhan?”
“Haha ... Surya, Surya. Kita itu sudah berteman sejak masuk SMP. Tentu saja aku hapal gerak-gerikmu, cara kamu memperhatikan seseorang, aku sudah tahu semua tentang kamu. Aku juga pernah melihatmu mengambil foto Rahayu diam-diam.” Ah ... ternyata selama ini sahabatku sudah tahu semuanya. Aku memang tidak bisa berbohong atau menyembunyikan sesuatu dari sahabatku ini.“Sahabat ternyata mengerikan, ya. Stalkingnya lebih ahli dibanding mantan atau gebetan,” senyumku. Dhani hanya tertawa mendengar ucapanku. Beberapa saat kemudian ia menghentikan tawanya dan mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya. Tampak sepasang anak kecil tertawa bahagia berpose di depan kamera.
“Itu fotoku dengan anak teman ibuku. Dia adalah temen cewekku yang pertama. Setiap dia datang berkunjung ke rumahku, aku pasti jadi panik sendiri. Saat itu aku belum terbiasa bermain dengan lawan jenisku. Bahkan aku pernah ngompol karena terlalu malu saat bermain dengannya,” gumam Dhani. Aku tersenyum geli mendengar cerita Dhani. Ternyata ia mempunyai pengalaman konyol saat berinteraksi dengan perempuan.
“Ini serius loh, Bro. Walaupun terdengar konyol, tapi ini kisah nyata,” ujar Dhani setelah melihatku menahan tawa.
“Haha ... gak nyangka ternyata ketua kelas kita pernah ngompol gara-gara cewek. Haha ...” aku tidak sanggup menahan tawa mendengar cerita Dhani.“Ini rahasia, ya. Kalau sampai menyebar harga diriku bisa hancur,”
“Haha ... iya, iya. Aku janji bakal merahasiakan ini. lanjut Bro ceritanya,” titahku.
“Dia adalah gadis yang cantik, pintar, tetapi cengeng dan cerewet. Dia sangat perhatian padaku. Setiap dia menangis, aku selalu berusaha menghiburnya. Bahkan aku pernah mengotori wajahku dengan lumpur agar dia tertawa melupakan rasa sakitnya saat ia terjatuh di sawah,” kisah Dhani.